MATARAM, KOMPAS - Secara sosial ekonomi dan budaya, penduduk Pulau Lombok dan Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, sudah akrab dengan kayu gaharu baik yang dihasilkan di alam maupun budi daya. Oleh sebab itu gaharu hasil budi daya dan proses pengolahan produk turunannya bisa menjadi bagian dari atraksi wisata yang disuguhkan kepada wisatawan.
“Bagaimana warga mendapatkan gaharu di alam, atau mengolahnya menjadi produk turunan merupakan atrakasi wisata di NTB, sekaligus bagian dari pengembangan destinasi wisata berwawasan lingkungan,” ujar Witjaksono, Kepala Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia/LIPI), di sela-sela Dialog Hasil Penelitian peneliti LIPI di Lombok, Jumat (30/11/2018) di Kantor Bappeda NTB, Mataram.
Materi dialog bertema Pembangunan Berkelanjutan di Sektor Pariwisata yang Inklusif dan berdaya saing di Provinsi NTB, hasil kajian lapangan yang dilakukan Maret-April 2018 di kawasan wisata dan sejumlah desa di Lombok, dikaitan dengan unsur penunjang seperti infrastruktur, kesiapan sumber daya manusia, pembiayaan dan tata kelola kawasan wisata secara baik.
NTB memiliki destinasi dan keragaman budaya hayati seperti di Pulau Sumbawa (Pulau Moyo dan Gunung Tambora), termasuk cagar biosper Gunung Rinjani seluas 41.000 ha, telah mengundang kedatangan wisawatan dalam dan luar negeri ke Lombok. Dalam pengembangan wisata Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika, Kute, Lombok Tengah, misalnya, memiliki konsep ecoturism yang berorientasi pada pelestarian alam, lingkungan dan kearifan lokal, termasuk kesiapan SDM lingkar kawasan dan infrastruktur.
Dalam kaitan itulah, secara sosial ekonomi, sosial budaya, dan pelestarian keanegaraman hayati mendukung daya saing dan kesejahateraan masyarakat. “Kami dan Pak Sekda (NTB, Rosiyadi Sayuti) disini rame membicarakan pemanfaatan dan pengembangan kayu gaharu,” ujar Witjaksono.
Para peneliti juga melakukan penelitian di KEK Mandalika. Menurut Agus Eko Nugroho, Kepala Pusat Penelitian Ekonomi LIPI, dalam pengembangan pariwisata KEK harus disiapkan SDMnya, mengingat saat ini di lingkar KEK Mandalika warga umumnya lulusan SD dan tidak tamat, kualitas vokasi pendidikan politeknik pariwisata kurang memadai dan terbatas daya tampungnya.
“Jika KEK Mandalika berkembang cepat, dengan puluhan ribu kamar hotel yang akan dibangun, sangat riskan kebutuhan tenaga kerja disuplai oleh SDM lokal yang ada, dan sudah pasti ada tenaga kerja dari Bali dan Jawa,” ujarnya.
Di pihak lain, perlu infrastruktur jalan yang memadai untuk konektivitas KEK Mandalika dengan destinasi lain di Pulau Lombok.
Sekretaris Daerah Pemprov NTB, Rosiyadi, mengatakan, sehubungan dengan gaharu sebagai atrakasi wisata, akan melakukan revitalisasi areal budi daya gaharu di Desa Senaru, Lombok Utara, yang menjadi pusat pendidikan dan penelitian dan dikelola Universitas Mataram, Mataram. Namun aktivitas di pusat penelitian tidak berjalan setelah DR Parman, penemu resin gubal gaharu meninggal.
“Kami sepakat untuk mengangkat gaharu sebagai salah satu branding pariwisata NTB, sebab sudah menjadi komoditi yang dikenal, juga memberi manfaat ekonomi masyarakat,” Rosiyadi minta segera diadakan penandatanganan kerjasama antara Pemprov NTB, Unram dan LIPI, bersamaan Hari Ulang Tahun Nusa Tenggara Barat, 17 Desember 2018.
Barter
Dalam pantauan Robert Siburian dari LIPI, masyarakat NTB mengenal gaharu abad 18 dan 19, dari warga keturunan Arab bermukim di seputar Pelabuhan Ampenan, Kota Mataram. Tahun 1970-an, atas permintaan warga keturunan Arab, warga membarter gubal gaharu satu bakul (7 kg) dengan sekarung beras (10 kg).
Sejak saat itu warga beberapa desa memburu populasi pohon pengahasil gaharu (Gyrinops) di hutan Pulau Lombok dan Sumbawa. Belakangan gaharu di alam sulit ditemukan, lalu dikembangkan gaharu secara budi daya, dan memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat Desa Gegerung, Lombok Barat.
Dalam konteks itu, kata Robert Siburuan, biji gaharu, pohon, gubal (isi dalam), serpihannya (chip) cara menanam dan merawat gaharu, kemudian tahap pengolahan produk turunan menjadi minyak gaharu, adalah keunikan tersendiri guna memperkaya atraksi wisata Lombok.
Agen perjalanan wisata pun bisa menjual paket wisata gaharu bagi wisatawan Timur Tengah dan Cina –sebagai konsumen gaharu, yang dikirim dari Lombok.