MAGELANG, KOMPAS — Operasi pasar beras sudah intensif dilakukan sejak Agustus hingga sekarang. Meski demikian, upaya ini belum cukup efektif untuk mengendalikan atau menahan laju kenaikan harga gabah dan beras, yang saat ini masih terus terjadi di Kabupaten Magelang dan Temanggung, Jawa Tengah.
Darmanto, salah seorang pengelola penggilingan padi di Desa Kalijoso, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang, mengatakan, sejak seminggu lalu, harga gabah kering panen (GKP) naik dari sebelumnya Rp 4.500 per kilogram (kg) kini menjadi Rp 5.000 per kg. Mengikuti kenaikan harga gabah tersebut, harga beras juga naik, dari harga Rp 9.500 per kg menjadi Rp 10.000 per kg.
Menurut dia, kenaikan harga ini menjadi hal yang tak terhindarkan karena stok hasil panen mulai menipis akibat kekeringan dan juga karena saat ini sudah memasuki akhir musim panen.
”Kami pun sekarang cemas kenaikan harga masih akan berlangsung karena saat ini, mayoritas petani baru memulai musim tanam padi dan sudah menjual semua hasil panennya ke pasar,” ujarnya, Rabu (5/9/2018).
Hal serupa juga diungkapkan Yanto, pengelola penggilingan padi di Desa Badran, Kecamatan Kranggan, Kabupaten Temanggung. Kelangkaan hasil panen saat ini, menurut dia, pada akhirnya membuat aktivitas menggiling gabah tidak bisa berlangsung setiap hari.
”Karena kesulitan mendapatkan gabah, kami pernah berhenti menggiling gabah selama satu minggu lebih,” ujarnya.
Karena di Desa Badran banyak tanaman padi gagal panen, Yanto pun terpaksa membeli gabah dari wilayah Kabupaten Magelang. Saat ini, harga gabah pun sudah mencapai Rp 5.000 per kg.
Pariyah, salah seorang petani di Desa Badran, mengatakan, 8.000 meter persegi tanaman padi yang ditanamnya tidak memberikan hasil panen optimal karena banyak tanaman di antaranya gagal panen.
”Jika biasanya 8.000 meter persegi padi tersebut bisa menghasilkan lebih dari 4 kuintal gabah, pada musim panen kali ini, hasil yang saya dapatkan bahkan kurang dari 2 kuintal gabah,” ujarnya.
Kepala Perum Bulog Subdivre Wilayah V Kedu Sri Emilia Mudiyanti mengatakan, kelangkaan stok akibat kekeringan dan kondisi akhir panen memang memicu terjadinya kenaikan harga beras, yang akhirnya juga menyebabkan Perum Bulog kesulitan melakukan kegiatan pengadaan beras di gudang Perum Bulog.
Kendati demikian, di sejumlah daerah masih ada beras kualitas medium yang ditawarkan dengan harga stabil, kurang dari Rp 10.000 per kg.
Emilia mengatakan, pihaknya juga akan terus berupaya mengendalikan harga beras. Hal ini akan diwujudkan dengan terus melakukan OP beras hingga akhir tahun 2018.