MATARAM, KOMPAS — Bupati Lombok Barat Fauzan Khalid mengimbau para kepala desa menggunakan dana desa untuk membantu korban terdampak gempa di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Meski demikian, masih banyak pengungsi yang mengeluhkan minimnya bantuan.
”Sejak gempa bermagnitudo 7,0, minggu lalu, saya langsung buat imbauan agar dana desa yang sudah dikucurkan dipakai untuk membantu logistik warga, tetapi aparat di desa kurang gesit,” ujar Fauzan Khalid, Selasa (14/8/2018), di kediamannya di Desa Gerung, Lombok Barat. Hingga Rabu, 15 Agustus, distribusi bantuan belum sepenuhnya merata.
Lewat imbauan itu, Bupati meminta tiap kecamatan menunjuk satu koordinator dari personel kantor camat. Sesuai mekanismenya, laporan kebutuhan itu diusulkan kepala dusun ke kepala desa yang menindaklanjuti laporan itu ke koordinator tiap desa di kantor kecamatan sebagai posko utama pendistribusian ke dusun dan desa.
”Silakan laporkan keperluan warga. Kalau terhambat dana, gunakan dana desa. Yang penting, penuhi dahulu kebutuhan mendesak masyarakat,” ujarnya.
Dari pantauan Kompas hari Senin lalu, korban terdampak gempa di Lombok Barat yang minim mendapat bantuan antara lain Dusun Medas Munawarah di Desa Kekait dan Dusun Batu Butir di Desa Taman Sari, lalu Dusun Ireng Lauk (Desa Jatisela) dan Dusun Seraya (Desa Bengkuang). Dusun-dusun itu berjarak 5 kilometer dari Mataram, ibu kota NTB, dan umumnya berada di dataran tinggi yang luput dari perhatian.
Mereka umumnya membutuhkan beras, selimut, dan tenda karena mereka tidak bisa bekerja sebagai buruh tani, buruh bangunan, dan tukang kayu serta tidak bisa menempati rumahnya yang rusak. Mereka mendirikan tenda di areal kebun dan sawah serta menggunakan terpal plastik bekas reklame atau membentangkan kain sarung untuk berteduh dari panas dan cuaca dingin pada malam hari.
Beras, selimut, tenda
Menurut Murad, petugas di posko utama Dusun Medas Munawarah, di dusun tersebut ada 16 posko yang dihuni 230 keluarga. Sejak gempa, warga di dusun itu baru dapat dua kali bantuan dari Pemerintah Kabupaten Lombok Barat. Terakhir, Senin pagi, dibagikan 25 kg beras untuk 5 posko, 30 kg beras untuk 5 posko, dan 75 kg beras untuk 6 posko. Beras tersebut habis dalam sekali pembagian.
Haerul Warid, petugas posko di Dusun Batu Butir, mengatakan, saat gempa M 7,0, warga mengungsi ke areal kebun dan sawah. Dua hari pascagempa, warga mendapat bantuan 50 kg beras, 3 dus mi instan, 3 tray (per tray 30 butir) telur, dan 2 lembar terpal plastik.
Belakangan, ada bantuan 80 lembar selimut yang diprioritaskan untuk ibu yang punya bayi dan warga lanjut usia karena udara sangat dingin pada malam hari. Dusun tersebut dihuni 663 jiwa.
Adapun warga Dusun Ireng Lauk mendapat bantuan beras, tenda, dan nasi bungkus dari warga kompleks perumahan dusun itu. ”Saya minta beras dari teman-teman atau menunggu bantuan nasi bungkus,” ujar Sukamah (50), yang rumahnya roboh dihantam gempa. Di tenda Sukamah ada tiga keluarga yang mengungsi.
Warga tidak tahu mekanisme pendistribusian bantuan karena kepala dusun dan kepala desa tidak pernah menjenguk warganya di pengungsian.
”Tenda, beras, dan mi instan merupakan sumbangan para penyumbang yang langsung membagikan kepada kami,” ucap Ahyar, warga Dusun Seraya, Desa Bengkuang, Kecamatan Batu Layar, Lombok Barat. (ILO/SYA)
Bangunan rumah di Dusun Bengkaung Tengah, Desa Bengkaung, Kecamatan Batu Layar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, roboh akibat gempa. Beberapa warga mengais puing-puing reruntuhan bangunan untuk mencari barang-barang tersisa akibat gempa.