MATARAM, KOMPAS - Distribusi logistik dan fasilitas seperti beras dan toilet portable di sejumlah lokasi pengungsian Kabupaten Lombok Utara dan Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, terus dipenuhi secara bertahap. Kebutuhan beras dan fasilitas mandi, cuci, dan kakus (MCK) itu menjadi keluhan rata-rata warga selama enam hari pascagempa Lombok hari Minggu (29/7/2018).
“Kami terus berupaya memenuhi keperluan di lokasi pengungsian. Untuk itu tidak bisa memenuhi secepatnya, karena sebelum kebutuhan itu didistribusikan dan yang membutuhkannya banyak, perlu pendataan agar pembagiannya merata,” kata Agung Pramuja, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah NTB, Jumat (3/8/2018) di Mataram, Lombok.
Menurut Agung Pramuja, Jumat pagi, pihaknya mendapat bantuan beras dari Divisi Regional Bulog NTB sebanyak lima ton. Beras itu dibagikan sebanyak 2 ton untuk Posko Utama Kecamatan Bayan, Lombok Utara, dan masing-masing satu ton untuk Posko Desa Sajang, Desa Medayin dan Desa Sembalun, Lombok Timur.
Kemudian untuk kebutuhan air bersih ada 14 mobil tangki berkapasitas 5.500 liter dioperasikan guna menyuplei kebutuhan air bersih. Dari total mobil tangki itu, sebanyak 10 mobil tangki untuk pasokan air bersih bagi titik pengungsian di Lombok Timur, sisanya empat mobil tangki untuk mengangkut kebutuhan pengungsi di Lombok Utara, kata Agung Pramuja.
Selimut yang menjadi kebutuhan utama bagi pengungsi terus dipenuhi secara bertahap. Saat ini, tercatat 12.000 lembar selimut dikirim ke lokasi pengungsian dari stok yang tersedia di Kantor BPPD NTB dan Kantor BPBD Kabupaten Lombok Utara dan Lombok Timur. Jumlah selimut itu masih kurang dibanding total pengungsi sebanyak 25.271 jiwa (9.468 keluarga).
“Hari ini kami dapat beli 300 lembar selimut dan segera didistribusikan,” ungkap Agung Pramuja. Selimut dibutuhkan sebab suhu udara di lokasi pengungsian Kecamatan Sembalun berketinggian 1.100 mdpl, mencapai 14-15 derajat Celcius.
Dalam dua hari terakhir, BPBD NTB juga membagikan 50 unit toilet portable, yang 26 unit di antaranya dipasang di lokasi-lokasi pengungsian Lombok Timur, 20 unit di Lombok Utara dan empat unit toilet sisanya disimpan sementara di Kantor BPBD NTB sebelum dikirim ke lokasi pengungsian. "Pemasangan toilet itu berdasarkan kebutuhan tiap Posko Pengungsian," tutur Agung Pramuja.
Sementara, Kepala Desa Sembalun, Diralam, mengatakan, gempa bermagnitudo 6,4 itu menjadikan 500 rumah milik 500 keluarga rusak, sehingga warga mendirikan tenda di halaman rumahnya. Warga belum berani beraktivitas di dalam rumah, karena masih terjadi gempa susulan.
Kepala Stasiun Geofiika Mataram, Agus Riyanto, mengatakan, setelah gempa utama hari Minggu lalu, masih terjadi gempa susulan hari Jumat (3/8/2018), pukul 18.03 wita, bermagnitudo 4,3 dengan pusat gempa 27 km Timur Laut Lombok Timur di kedalaman 10 km.
Pascagempa, warga Desa Sembalun baru kebagian jatah dua kuintal beras yang habis dibagi sekali pembagian. Beras itu rata-rata untuk kebutuhan dua hari. Pasokan air bersih juga terbatas menjadikan warga hanya mandi sekali dalam tiga hari.
Aktivitas ekonomi warga pun cenderung menurun yang terindikasi dari tidak adanya pedagang keliling ikan laut sejak gempa. “Biasanya para pedagang mendatangi tiap rumah pagi hari. Tetapi sejak terjadinya gempa, tidak nampak pedagang menawarkan dagangannya kepada warga,” tutur Diralam.