BANDUNG, KOMPAS — Memasuki Juli 2018, udara di kawasan Bandung dan sekitarnya lebih dingin dari biasanya. Suhu terendah hingga 16 derajat celsius pada malam dan dini hari. Padahal, saat ini wilayah Bandung memasuki musim kemarau.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Bandung Tony Agus Wijaya mengatakan, udara dingin yang terjadi pada musim kemarau merupakan gejala normal. ”Ini disebabkan angin pasat tenggara dari Australia yang saat ini sedang mengalami musim dingin. Kondisi ini akan terjadi hingga September 2018,” ujarnya, Selasa (10/7/2018).
Agus menuturkan, kondisi tersebut rutin terjadi setiap musim kemarau antara Juni dan September. Namun, suhu terendah pada setiap tahun tidak selalu sama.
Dalam 40 tahun terakhir, udara terdingin di Bandung terjadi pada 6 Agustus 1987 dengan suhu 11,2 derajat celsius. Sementara itu, suhu udara maksimum terjadi pada 7 April 2011 dengan suhu 36 derajat celsius.
”Untuk tahun ini, kecil kemungkinan suhu terendah itu (11,2 derajat celsius) terulang. Diprediksi suhu terendah pada musim kemarau tahun ini masih sekitar 16 derajat celsius,” ucapnya.
Agus mengatakan, karakteristik udara pada musim kemarau dingin kering. Oleh sebab itu, perlu untuk tetap menjaga kesehatan dan daya tahan tubuh.
Menurut Suparman (35), warga Kota Bandung, udara dingin di Bandung terjadi sejak awal Juli. Suhu dingin terjadi pada malam hari, tetapi terasa cukup panas pada siang hari dengan suhu 30 derajat celsius.