Surabaya Ingin Mengokohkan Predikat Kota Layak Anak
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
Sebagai kota yang sangat peduli pada anak, Pemerintah Kota Surabaya telah memiliki berbagai fasilitas untuk menampung anak-anak menyalurkan hobinya dan sarana pendukung untuk sekolah mereka. Fasilitas untuk anak agar Surabaya dapat dikukuhkan sebagai kota layak anak antara lain taman baca masyarakat di taman, balai rukun warga, serta ruang terbuka, termasuk broadband learning center, rumah bahasa, dan beragam fasilitas olahraga.
Kesiapan Surabaya sebagai kota layak anak dibeberkan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di hadapan Tim Evaluasi Nasional Kota Layak Anak di kediaman wali kota, di Jalan Sedapmalam, Kamis (7/6/2018).
Tim Evaluasi Nasional Kota Layak Anak juga mengunjungi sejumlah tempat di Surabaya, antara lain Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) serta Command Center 112 dan Koridor Co-Working Space di Gedung Siola, Jalan Tunjungan. Kunjungan tersebut dalam rangka penilaian dan verifikasi lapangan lomba Kota Layak Anak 2018.
Dalam kesempatan itu, Risma juga menyampaikan berbagai upaya Pemerintah Kota Surabaya dalam menjadikan ”Kota Pahlawan” sebagai kota yang layak terhadap anak. Upayanya mulai dari menyediakan berbagai fasilitas untuk anak-anak hingga bagaimana menyelesaikan masalah anak-anak yang mengalami kasus hukum.
Sebagai contoh, Pemkot Surabaya melalui Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak juga memiliki Puspaga di Gedung Siola. Di Puspaga, warga Surabaya bisa melakukan konsultasi seputar masalah keluarga hingga konsultasi bagi pasangan yang akan menikah (pranikah). Pemkot juga mendorong anak-anak muda untuk aktif di karang taruna yang tersebar di 154 kelurahan di Surabaya.
Selain itu, lanjut Risma, Pemkot Surabaya juga memiliki tempat khusus yang bertujuan untuk menampung anak-anak Surabaya yang tersandung dengan berbagai kasus hukum. Menurut dia, penempatan anak-anak tersebut diperlukan untuk memberikan pembinaan kepada mereka agar bisa berubah dan tidak mengulangi perbuatannya. ”Kami juga memiliki shelter khusus untuk anak-anak yang memerlukan penanganan khusus,” ujarnya.
Sebagai kota yang sangat peduli pada anak, Pemerintah Kota Surabaya telah memiliki berbagai fasilitas untuk menampung anak-anak menyalurkan hobinya dan sarana pendukung untuk sekolah mereka.
Hampir satu jam Risma menyampaikan paparannya kepada tim juri tentang bagaimana keberhasilan Kota Surabaya dalam menjadikan kota metropolitan yang ramah terhadap anak-anak.
Seorang pakar anak yang juga Ketua Tim Evaluasi Kota Layak Anak Hamid Patilima memberikan apresiasi positif kepada Risma atas keberhasilannya dalam penanganan yang telah dilakukan kepada anak korban jaringan teroris. ”Menurut saya, Ibu telah sukses untuk mengatasi itu,” ujarnya.
Menurut Hamid, salah satu kota yang menempati urutan utama kota layak anak baru Surabaya dan Surakarta pada 2017. Ia berharap, Kota Surabaya bisa menularkan ke kota-kota lain tentang bagaimana keberhasilan Surabaya menjadi kota layak anak. Dokumen-dokumen nanti ada di kantor wali kota sehingga ketika ada yang ingin belajar di Surabaya, setiap indikator yang dicapai menyebar ke seluruh Indonesia.
Ketua Dewan Pendidikan Surabaya Martadi menambahkan, ada tiga hal yang membuat Surabaya lebih unggul dari kota-kota lain. Strategi Tri Pusat Pendidikan yang telah diterapkan Pemkot Surabaya, yang dimulai dari keluarga, sekolah, hingga masyarakat, dianggap sangat efektif dalam meningkatkan kualitas pendidikan Surabaya.
Tak sekadar predikat
Surabaya sebagai kota layak anak sudah diakui Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Anak-anak (Unicef). Dalam pertemuan kota layak anak bertajuk ”Growing Up Urban Making Cities Safe and Sustainable for Every Child”, Senin (7/5/2018) di Surabaya, terungkap bahwa upaya menciptakan kota layak anak perlu terus ditingkatkan. Sebab, capaian menjadi kota layak anak bukan hanya predikat keberhasilan kepala daerah, melainkan juga memberikan hak kepada anak yang menjadi salah satu warga kota. Menciptakan lingkungan yang aman dan ramah untuk anak jadi modal untuk menciptakan generasi penerus yang berkualitas.
Pertemuan tersebut diikuti perwakilan Unicef serta 10 wali kota dari delapan negara di Asia Pasifik, yakni Indonesia, Malaysia, China, Vietnam, Myanmar, Filipina, Thailand, dan Kamboja. Perwakilan dari Indonesia adalah Surabaya, Solo, Jayapura, dan Dumai.
Risma saat itu mengatakan, upaya membangun kota layak anak dilakukan tidak untuk mengejar predikat sebagai kota layak anak, tetapi sebagai bagian menciptakan generasi penerus bangsa yang berkualitas. Keberpihakan pemerintah kepada anak-anak dibutuhkan karena mereka dalam posisi yang tidak berdaya dan masih bergantung kepada orang lain.
Upaya membangun kota layak anak dilakukan tidak untuk mengejar predikat sebagai kota layak anak, tetapi sebagai bagian menciptakan generasi penerus bangsa yang berkualitas.
”Sering kali kepala daerah hanya membicarakan pembangunan infrastruktur dalam pembangunan kota, tetapi di situ ada hak-hak anak yang tidak boleh terabaikan. Fasilitas yang ramah anak harus dikondisikan oleh pemerintah untuk menunjang pertumbuhan generasi ini,” ujarnya.
Sebab, anak-anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik apabila didukung lingkungan yang memadai. Semakin tidak mendukung kondisi lingkungan tempat tinggal anak, perkembangan anak bisa terganggu.
Direktur Regional Asia Pasifik Unicef Karin Hulshof menuturkan, Unicef memprediksi, pada 2030 ada 800 juta anak yang tinggal di perkotaan. Mereka akan menghadapi masalah yang tidak mudah karena populasi yang padat menjadikan persaingan lebih ketat. Padahal, anak-anak tersebut harus memiliki keahlian agar bisa bersaing di abad ke-21 yang penuh dengan perkembangan teknologi.
”Tidak hanya wali kota perempuan yang biasanya peduli pada anak-anak, wali kota laki-laki juga harus mengakomodasi kebutuhan anak-anak. Semua pemimpin harus memiliki paradigma untuk membangun kota yang layak anak,” ucapnya.