MAGELANG, KOMPAS — Warga Desa Kemiren di Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, menutup akses menuju kawasan penambangan pasir di Kali Bebeng. Upaya ini dilakukan sejak Senin (21/5/2018) malam setelah status Gunung Merapi naik dari aktif Normal menjadi Waspada.
Kepala Desa Kemiren, Yusuf Herlambang, mengatakan, upaya penutupan akses dan penghentian kegiatan penambangan tersebut sengaja dilakukan warga untuk memudahkan upaya penyelamatan diri mereka saat status gunung Merapi meningkat menjadi Siaga.
”Mengacu pada pengalaman di erupsi sebelumnya, proses evakuasi warga biasanya terhambat karena jalan dipenuhi oleh truk-truk pasir yang juga berebutan pergi menyelamatkan diri,” ujarnya.
Karena penutupan tersebut, jalan Desa Kemiren terlihat sepi. Biasanya, jumlah truk yang melintasi Desa Kemiren mencapai 300 truk per hari.
Warsidi, salah seorang pemilik depo pasir, mengatakan, sebelumnya warga sudah menyampaikan penutupan kawasan penambangan tersebut kepada para supir truk dan penambang pasir.
Dia pun cukup memaklumi hal itu karena menambang pasir di saat gunung Merapi mengalami peningkatan status sangat berisiko, membahayakan nyawa penambang pasir dan supir truk.
”Bagaimanapun, kita harus mematuhi kehendak alam,” ujarnya.
Depo Warsidi biasa menerima pasokan dari tiga truk pasir di mana satu truk memuat tujuh meter kubik pasir.
Sejak terjadi letusan freatik pertama pada Senin (21/5/2018), aktivitas penambangan sudah beberapa kali terhenti. Setiap kali terjadi hujan abu, truk-truk pasir termasuk supir dan penambangnya selalu terburu-buru turun menyelamatkan diri.