AMBON, KOMPAS – Jembatan Merah Putih kini menjadi area paling rawan penjambretan di Kota Ambon, Maluku. Sejak Januari lalu, telah terjadi 20 kali penjambretan di salah satu ikon Kota Ambon itu. Masyarakat pun diminta waspada.
Hal tersebut terungkap setelah polisi membekuk jaringan penjambret yang selama ini beroperasi di Jembatan Merah Putih. Jembatan terpanjang di kawasan timur Indonesia itu diresmikan pada April 2015. Pengungkapan kasus itu berawal dari penangkapan KS alias M (21) pada Sabtu (31/3/2018).
"Mereka leluasa beraksi karena tidak ada lampu jalan yang memadai, tidak ada kamera pemantau (CCTV), dan tidak ada pos pengamanan. Mereka bisa beraksi kapan saja," tutur Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease Ajun Komisaris F Teddy kepada Kompas di Ambon, Senin (2/4/2018).
Menurut dia, kasus penjambretan di Jembatan Merah Putih itu terjadi lebih dari 20 kali dalam tahun ini. Kasus penjambretan menjadi kasus terbanyak yang ditangani polisi setelah kasus penganiayaan.
KS alias M kepada Kompas mengaku sudah menjambret 18 korban di Jembatan Merah Putih. Aksinya berakhir di tahanan setelah dia menjambret tas milik Ruzlan Polanunu (28). Ruzlan, yang kebetulan pebalap lokal itu, langsung mengejar KS dan menabrak motornya. Setelah KS terjatuh, Ruzlan menahan dia dan membawanya ke pos polisi terdekat.
"Sasaran kami adalah ibu-ibu yang bawa motor. Biasanya kami tarik tas mereka. Mereka tidak mungkin bisa kejar kami. Siang hari kami jambret asalnya sepi," kata KS. Namun, ia menolak menyebutkan jaringan penjembretan yang dia kenal.
Kepala Polres Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease Ajun Komisaris Besar Sutrisno Hady S mengatakan, ia telah memerintahkan anggotanya agar menembak pelaku penjambretan. "Biar ada efek jera. Saya perintahkan untuk tembak di tempat," katanya.