CIREBON, KOMPAS — Produksi perikanan di Kota Cirebon, Jawa Barat, meningkat dalam dua tahun terakhir. Pelarangan alat tangkap tidak ramah lingkungan dan penindakan tegas terhadap pencurian ikan oleh kapal asing dinilai mendukung peningkatan tangkapan nelayan.
Berdasarkan data Dinas Pangan, Pertanian, Kelautan, dan Perikanan (PPKP) Kota Cirebon, hingga triwulan III 2017, produksi perikanan tangkap mencapai 5.172,25 ton. Jumlah ini melebihi target produksi 2017, yakni 4.480 ton.
Produksi perikanan tangkap tahun 2017 juga meningkat dibandingkan 2016, yang mencapai 5.043 ton. Perikanan tangkap yang dimaksud antara lain ikan, cumi, dan rajungan. Kecamatan Kejaksan dan Lemahwungkuk menjadi sentra perikanan di Kota Cirebon.
”Produksi perikanan tangkap meningkat karena alat tangkap tidak ramah lingkungan, seperti cantrang dan arad sudah dilarang. Selain itu, kapal asing juga semakin sedikit. Jadi, nelayan Cirebon yang kerap melaut ke Selat Sunda dan Karimata mendapat tangkapan lebih banyak,” ujar Kepala Bidang Kelautan dan Perikanan Dinas PPKP Kota Cirebon Erythrina Oktiyani kepada Kompas, Rabu (3/1) di Cirebon.
Seperti diketahui, melalui Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 72 Tahun 2016, pemerintah melarang penggunaan alat tangkap tidak ramah lingkungan. Kebijakan ini sempat tertunda dan akan dilaksanakan secara menyeluruh pada 2018.
Menurut Erythrina, alat tangkap tidak ramah lingkungan merusak terumbu karang yang merupakan rumah ikan. Akibatnya, populasi ikan terancam berkurang. Untuk itu, pihaknya mendukung pengalihan alat tangkap ke ramah lingkungan.
Hingga akhir September tahun lalu, Dinas PPKP Kota Cirebon telah menyiapkan jaring milenium sebagai alat tangkap pengganti bagi 93 perahu di bawah 5 gros ton (GT) di pesisir Kota Cirebon. Adapun total perahu di bawah 10 GT di Kota Cirebon tercatat 187 unit.
Nilai produksi
Hingga triwulan III tahun lalu, Dinas PPKP Kota Cirebon mencatat nilai produksi mencapai Rp 7,9 miliar. Sepanjang 2016, nilai produksi mencapai Rp 10 miliar. ”Data triwulan masih dikumpulkan. Kami yakin nilainya melebihi tahun sebelumnya,” ujarnya.
Secara terpisah, Ketua Rukun Nelayan Samadikun, Kota Cirebon, Sofyan, mengaku tidak dapat memastikan jumlah tangkapan ikan pada 2018. Menurut dia, volume alat tangkap pengganti yang diterima tidak sesuai kebutuhan nelayan.
”Kami hanya menerima 9 helai jaring insang (gill net). Padahal, yang dibutuhkan sekitar 25 helai. Ini berpengaruh pada jumlah tangkapan ikan,” ujarnya.