Target Luas Tanam Indramayu Terancam Tidak Tercapai
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
INDRAMAYU, KOMPAS – Target luas tanam padi di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, terancam tidak tercapai. Luas tanam padi hingga akhir masa tanam kedua di sentra padi nasional tersebut minus 21.104 hektar. Serangan hama wereng dan penyakit kerdil rumput serta berkurangnya pasokan air membuat petani enggan menanam.
Berdasarkan data Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu, hingga pekan ketiga September atau akhir masa tanam gadu (kedua), luas tanam mencapai 237.416 hektar. Jumlah ini masih di bawah target luas tanam musim rendeng dan gadu pada Oktober 2016 hingga September 2017 sebesar 258.520 hektar. Angka tersebut diperoleh dari tanam padi yang mencapai tiga kali di sejumlah wilayah Indramayu.
”Memang (targetnya) belum tercapai. Kami masih mengumpulkan data luas tanam hingga akhir September,” ujar Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Indramayu Takmid, saat ditemui Kompas, Selasa (3/10/2017), di Indramayu.
Menurut Takmid, hambatan perluasan areal tanam padi antara lain serangan organisme pengganggu tanaman, seperti hama wereng dan penyakit kerdil rumput yang dikenal petani dengan sebutan klowor. Penyakit kerdil itu tampak pada padi yang tak mampu tumbuh, berwarna kemerahan, dan tidak menghasilkan bulir padi.
Takmid mengatakan, penyakit tersebut menyerang sekitar 600 hektar sawah di Indramayu. Meski demikian, sebagian besar petani di Indramayu mengeluhkan penyakit kerdil rumput tersebut.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Gatot Irianto beberapa waktu lalu datang untuk memantau serangan organisme pengganggu tanaman tersebut. Tim Upaya Khusus Padi Jagung dan Kedelai Provinsi Jawa Barat bahkan memilih Indramayu sebagai salah satu dari empat kabupaten yang menjadi daerah lahan percontohan untuk mengantisipasi serangan hama wereng dan penyakit kerdil rumput.
Lahan percontohan seluas 2.000 hektar ini terdapat di Indramayu, Cirebon, Majalengka, dan Subang. Di sana, petani mendapat benih tahan hama, pupuk, kapur, serta pendampingan dari penyuluh pertanian.
Selain kondisi tersebut, menurut Takmid, kesulitan air juga menjadi kendala petani menanam padi. Areal persawahan di Kecamatan Krangkeng dan Juntinyuat, misalnya, dibiarkan menganggur karena tidak ada pasokan air.
Trauma
Hal ini membuat petani enggan menanam padi tiga kali. ”Petani di sini trauma untuk menanam lagi. Sebab, banyak yang gagal panen. Padi tidak tumbuh sejak usia 40 hari gara-gara klowor,” ujar Wandi (33), petani di Blok Sumur Adem Wetan, Desa Wanguk.
Lahannya seluas seperempat hektar atau 2.500 meter persegi hanya mendapatkan 5 kuintal GKG. Padahal, dalam kondisi normal, ia mampu meraup 1,7 ton GKG. Untuk itu, lanjutnya, cara agar tanah terbebas dari penyakit kerdil rumput ialah dengan mengistirahatkan lahan. Di wilayah Widasar dan Lelea, sebagian besar petani beralih ke tanaman semangka agar terbebas dari penyakit kerdil rumput.
Kondisi tersebut dapat berpengaruh pada produksi padi Indramayu. Hingga Agustus, produksi padi di Indramayu mencapai 1,17 juta ton gabah kering panen (GKP). Padahal, produksi di daerah pantai utara tersebut mampu mencapai 1,7 juta ton GKP.