DEMAK, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Demak, Jawa Tengah, terus mendorong para petani agar menghasilkan produk pertanian yang sehat dan ramah lingkungan. Sosialisasi tentang pupuk organik serta pengurangan bahan-bahan kimia dalam perawatan tanaman pun terus digencarkan.
Sekretaris Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Demak Ahmad Nur Hidayat di Demak, Kamis (14/9), mengatakan, pupuk organik, misalnya, lebih ramah lingkungan. Kualitas beras yang dihasilkan pun akan lebih baik.
”Sekarang, pada tahun ini, sosialisasi kami gencarkan lagi. Ini untuk meminimalisasi kerusakan lingkungan ataupun penyakit pada konsumen beras, yang diakibatkan bahan-bahan kimia yang digunakan oleh para petani,” kata Hidayat.
Dari total 75.000 hektar lahan pertanian di Demak, 52.000 hektar diantaranya merupakan lahan sawah, yang menghasilkan sekitar 600.000 ton gabah kering panen (GKP) per tahun. Menurut Hidayat, upaya peningkatan produksi pertanian perlu diimbangi peningkatan kualitas, termasuk dari sisi kesehatan.
Pemikiran itu, kata Hidayat, menjadi tantangan karena mayoritas petani berpikir untuk menghasilkan uang sebanyak-banyaknya. ”Kebanyakan dari mereka inginnya instan, sedangkan produksi menggunakan pupuk organik butuh proses. Kami upayakan agar mereka terbiasa,” ujar Hidayat.
Hidayat menambahkan, penggunaan bahan organik dalam memproduksi hasil pertanian adalah urusan jangka panjang. Karena itu, upaya membiasakan petani harus dimulai dari sekarang.
Ketua Kelompok Tani Ngudisantoso, Desa Botosengon, Kecamatan Dempet, Demak, Sucipto (60) mengatakan, penggunaan pupuk organik juga membuat tanah lebih subur. Jika diterapkan, penggunaan obat-obatan berbahan kimia pun dapat dikurangi.
Namun, lamanya proses dan biaya menjadi kendala. ”Dengan pupuk organik, butuh 1-2 tahun untuk merasakan manfaatnya. Sementara itu, petani sangat membutuhkan uang hasil penjualan gabah, terutama petani lahan sewa. Selain itu, ongkos produksi pun lebih mahal 50 persen,” ujar Sucipto.
Berkelanjutan
Sucipto berharap sosialisasi, pelatihan, dan bantuan pemerintah terkait dengan pupuk organik dilakukan berkelanjutan. Itu karena selama ini bantuan kerap terhenti di tengah jalan sehingga para petani kembali menggunakan bahan-bahan kimia yang bertujuan mempercepat proses produksi.
Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Sidoklakokn, Desa Boyolali, Kecamatan Gajah, Demak, Suyono (50) mengatakan, di daerah Demak, lahan pertanian sangat rentan terserang hama, khususnya pada masa tanam pertama. Akibatnya, obat-obatan pembasmi hama pun mau tidak mau digunakan.
Meski demikian, kata Suyono, petani yang mencoba bercocok tanam dengan metode organik tetap ada meski jumlahnya sedikit. ”Salah satunya dengan memanfaatkan bekas tanaman kacang hijau menjelang masa tanam pertama untuk kesuburan tanah,” ujar Suyono.
Suyono juga memperlihatkan fakta-fakta tertentu. Lahan yang digarap Suyono seluas 2,8 hektar. Dalam sekali produksi, dia membutuhkan biaya sekitar Rp 15 juta. Namun, apabila dia menggunakan proses organik, ongkos produksinya lebih mahal 30 persen yang dikeluarkan untuk membayar tenaga dalam perawatan.