Joanita Chatari, Bahagia Itu Sederhana

Joanita Chatari berharap, lewat film ”Sepeda Presiden”, orang bisa melihat sisi baik Papua, yakni Papua yang aman.

KOMPAS/DWI AS SETIANINGSIH

Joanita Chatari

Joanita Chatari (24) tak bisa menutupi rasa senangnya bisa terlibat dalam film Sepeda Presiden arahan sutradara Garin Nugroho dan Hestu Saputra. Apalagi film ini berlatar Papua, tanah kelahirannya. ”Perasaan Joan senang sekali. Ini pertama kali di layar lebar,” ujarnya gembira seusai premier film Sepeda Presiden, pekan lalu di Epicentrum Walk, Kuningan, Jakarta.

Awalnya, Joan mendapat peran sebagai Suster Ana. Demi perannya itu, Joan belajar menjaga wibawa. ”Pertama kali lihat peran sebagai Suster Ana, Joan bilang terima kasih Tuhan, berwibawa sekali ini. Eh, diganti jadi Jenny. Pas lihat Joan punya peran seperti apa, mata Joan tertuju pada tulisan, genit. Oke, Joan coba ikuti genit dan akhirnya diterima,” tutur juara 3 Indonesian Idol 2018 ini seraya tertawa.

Terlepas dari keterlibatannya dalam film itu, Joan merasa bangga dan bahagia karena Sepeda Presiden yang pengambilan gambarnya dilakukan di Sorong dan Raja Ampat mengambarkan Papua. Selain menggunakan lagu-lagu khas Papua sebagai lagu latar, Sepeda Presiden juga menggambarkan keseharian masyarakat Papua.

”Film ini lebih menyatu dengan kita. Beberapa lagu menggunakan lagu-lagu adat kita, menggunakan bahasa asli. Film ini juga menggambarkan kebiasaan kita waktu kecil, kebiasaan sehari-hari di mana kita selalu nyanyi, kumpul, bahkan saat shooting pun, ada ukulele, tanpa di-shooting sudah otomatis nyanyi,” ungkap pemilik singel ”Tiadakah Maaf” ini.

Dia berharap, melalui film ini, orang bisa melihat sisi baik Papua. ”Selama ini Papua banyak diangkat dari hal-hal kayak rasisme, kemudian ada banyak masalah, perang sana-sini. Semoga dari film ini orang bisa lihat Papua aman dan sangat welcome. Orang di sana bahagia dengan kesederhanaannya,” kata Joan.