Bagi Dewi Lestari, penulis yang akrab disapa Dee, ternyata penghargaan bagi seorang penulis itu dimaknai sebagai hidangan penutup.
Oleh
Nawa Tunggal
·2 menit baca
Dunia kepenulisan seperti bidang karya lain yang bertabur ragam penghargaan. Bagi penulis Dewi Lestari, yang akrab disapa Dee, penghargaan bagi seorang penulis itu dimaknai sebagai hidangan penutup.
”Fokuslah pada hal-hal yang bisa kita kendalikan. Penghargaan hanya pelengkap makanan utama,” ujar Dee dalam Sarasehan Daring Komunitas Penulis Satupena bertema ”Penulis, Penghargaan, dan Marwahnya”, Minggu (22/8/2021).
Dee menyampaikan pengantar itu sebelum dua pembicara, Goenawan Mohamad dan Linda Christanty, memaparkan gagasan masing-masing. Menurut Dee, ada atau tidak ada penghargaan bagi seorang penulis itu semestinya bukanlah masalah.
Fokus pada hal-hal yang bisa dikendalikan, menurut Dee, tidak lain fokus pada kualitas karya penulisan. Karya penulisan inilah yang menjadi menu makanan utamanya. Kalaupun ada penghargaan, itu sebagai menu pelengkap dari hidangan utama itu.
Bagi Dee, seorang penulis harus fokus terhadap karya kepenulisannya, bukan pada penghargaan yang diinginkan. Bahkan, penghargaan itu sendiri seperti apresiasi pembaca yang ada di luar batas kendali seorang penulis.
Pembaca selalu mengapresiasi berdasarkan kualitas penulisan. Akan tetapi, Dee mengakui, adanya penghargaan bagi seorang penulis akan memberikan dinamika tersendiri bagi dunia kepenulisan.
”Penghargaan menjadi apresiasi atas kerja keras seorang penulis,” ujar Dee, dalam sarasehan yang dimoderatori Debra H Yatim dan Geger Riyanto.
Salah satu narasumber lainnya, Eka Kurniawan, batal hadir. Sebelum para narasumber membuka sarasehan, penyair Dyah Merta membacakan puisi tentang seorang ibu yang kesulitan memberikan susu bagi anaknya.