Gelombang Capai Empat Meter, KSOP Jayapura Larang Aktivitas Pelayaran
KSOP Jayapura mengeluarkan larangan berlayar bagi kapal perintis dan kapal nelayan karena tinggi gelombang laut mencapai empat meter. Sejauh ini, belum ada laporan kelangkaan logistik.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Kantor Kesyahbandaran Otoritas Pelabuhan Jayapura mengeluarkan larangan kapal berlayar selama beberapa hari terakhir karena kondisi cuaca ekstrem. Tinggi gelombang laut di wilayah pesisir utara Papua masih 2-4 meter.
Hal ini disampaikan Kepala Seksi Keselamatan Berlayar Kantor Kesyahbandaran Otoritas Pelabuhan (KSOP) Jayapura Ferdinand Seralurin saat dihubungi dari Jayapura, Papua, Jumat (10/12/2021).
Ferdinand mengatakan, pihaknya mengeluarkan surat edaran larangan berlayar bagi kapal dari Jayapura sejak hari Selasa (7/12/2021). Larangan ini berdasarkan data tinggi gelombang dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Diketahui terdapat lima rute kapal perintis dan penumpang yang menjadi kewenangan pengawasan KSOP Jayapura. Lima rute ini tersebar di tiga kabupaten, yakni Biak Numfor, Sarmi, dan Mamberamo Raya.
Dari hasil pendataan KSOP, total tujuh unit kapal yang selama ini melayani jasa pengangkutan penumpang dan barang ke lima rute tersebut. Lima rute ini berada di kawasan pesisir utara Papua.
”Kami akan terus berkoordinasi dengan BMKG. Apabila kondisi cuaca masih ekstrem, kami akan memperpanjang surat edaran larangan berlayar kapal dari Jayapura,” tegas Ferdinand.
Ia menuturkan, nakhoda kapal yang tetap melaut wajib membuat surat pernyataan bahwa sudah mendapatkan informasi bahaya melaut dari KSOP Jayapura dan siap menanggung risiko. ”Beberapa hari lalu, ada kapal yang nekat melaut, namun harus kembali lagi ke Jayapura karena cuaca buruk,” tambah Ferdinand.
Beberapa hari lalu, ada kapal yang nekat melaut, namun harus kembali lagi ke Jayapura karena cuaca buruk. (Ferdinand Seralurin)
Pantauan Kompas, sejauh ini belum ada laporan adanya kelangkaan pasokan logistik akibat penutupan pelayaran itu. Harga sejumlah bahan pangan masih seperti biasa. Cabai rawit, misalnya, masih Rp 55.000 per kilogram.
Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Dok II Jayapura Heri Purnomo mengatakan, tinggi gelombang laut di wilayah pesisir utara Papua masih berkisar 2-4 meter dari hasil pantauan pada Jumat ini. Kondisi tersebut masih berbahaya bagi kapal kecil dan perahu nelayan.
Adapun penyebab tinggi gelombang itu adalah perpindahan angin monsun barat ke timur dan dampak dari La Nina. Selain itu, tinggi gelombang di wilayah utara Papua juga disebabkan adanya pola sirkulasi siklonik atau pertemuan masa udara sehingga menyebabkan angin kencang dan gelombang tinggi.
”Kami juga mengimbau warga yang bermukim di pinggiran pantai wilayah pesisir utara Papua untuk mewaspadai potensi banjir rob. Sebab, kondisi tinggi gelombang diperkirakan terjadi hingga berberapa hari ke depan,” katanya.
Terdapat lima daerah di Papua yang terdampak banjir rob akibat tinggi gelombang pasang sepekan ini, yakni Kabupaten Supiori, Kabupaten Waropen, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Mamberamo Raya, dan Kota Jayapura. Tinggi air berkisar 2-4 meter.
Dari data Pusat Pengendalian Operasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Papua, sebanyak 40 keluarga yang terdampak banjir rob di Mamberamo Raya dan 51 unit rumah warga dalam kondisi rusak berat.
Di Kabupaten Supiori, 61 keluarga dari empat kampung terdampak banjir rob dan 10 unit rumah warga rusak. Sementara di Kabupaten Waropen, rob menggenangi rumah 115 keluarga dari 14 kampung. Sebanyak 17 rumah rusak berat dan 97 unit rumat rusak ringan.
Di Kabupaten Jayapura, rob menggenangi rumah yang ditempati 414 keluarga di empat distrik (kecamatan). Sebanyak 10 rumah warga mengalami kerusakan. Sementara di Kota Jayapura, banjir rob menerjang destinasi wisata Pantai Hamadi dalam dua hari terakhir. Sebanyak 15 unit pondok wisata yang tergenang air laut.