logo Kompas.id
MudaPemilih Pemula Gen Z, Antusias...
Iklan

Pemilih Pemula Gen Z, Antusias tapi Bingung

Gen Z mantap menggunakan hak suara mereka di Pemilu 2024. Mereka yakin suara mereka akan menentukan masa depan negeri.

Oleh
BUDI SUWARNA
· 4 menit baca
Para santri mengikuti kegiatan Peci Santri (kompetisi ceramah demokrasi antarsantri) yang merupakan bagian dari Kirab Pemilu 2014 di Pondok Pesantren Nurul Hikmah, Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (17/11/2023). Acara yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bogor tersebut adalah upaya sosialisasi Pemilu 2024 kepada para pemilih mula.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Para santri mengikuti kegiatan Peci Santri (kompetisi ceramah demokrasi antarsantri) yang merupakan bagian dari Kirab Pemilu 2014 di Pondok Pesantren Nurul Hikmah, Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (17/11/2023). Acara yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bogor tersebut adalah upaya sosialisasi Pemilu 2024 kepada para pemilih mula.

Generasi Z yang berada pada rentang usia 17-21 tahun menyambut pemilu pertama mereka tahun ini. Sebagian dari mereka antusias mengikuti pemilu, tetapi bingung menentukan calon anggota legislatif atau calon presiden/wakil presiden yang akan mereka pilih.

Hal itu dirasakan Rosalina Binti Habibah (21), mahasiswa Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jember. Ia mengaku telah memantapkan hati untuk mengikuti pemilu pertamanya pada 2024 ini. ”Saya ingin tahu bagaimana rasanya ikut pemilu. Di media sosial, orang riuh membicarakan soal ini. Jadi penasaran juga,” ujar Rosalina, Senin (12/2/2024), di Jakarta.

Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Kunjungi Halaman Pemilu

Awalnya, ia tidak terlalu tertarik mengikuti pemilu. Ia berpikir suara yang ia miliki, tidak terlalu penting. ”Tetapi, belakangan saya sadar, meski suara saya cuma satu, tetapi bisa ikut menentukan masa depan kita semua, termasuk generasi Z seperti saya,” tambahnya.

Baca juga: Pemilih Harus Kritis agar Tidak Terjebak di Ruang Gema

Kesadaran bahwa suara pemilih itu penting muncul ketika Rosalina mengikuti Debat Capres Pertama pada 12 Desember 2023 dan debat capres/cawapres berikutnya. ”Di situ, kan, dibahas soal demokrasi, korupsi, kesempatan kerja, kerusakan lingkungan, dan segala macam. Itu semua terkait dengan masa depan generasi saya juga. Jadi, saya merasa harus ikut memilih pemimpin yang punya perhatian atas isu-isu itu, terutama yang bisa menyediakan lapangan pekerjaan,” ujar Rosalina.

Sejauh ini, Rosalina mengaku mengikuti informasi terkait pemilu, capres/cawapres, dan kondisi bangsa melalui media sosial, seperti Tiktok dan X yang dulu bernama Twitter. Setiap hari, ia mencari informasi terkait rekam jejak capres/cawapres dan partai politik peserta pemilu. ”Pengaruh media sosial buat saya lebih besar dalam menentukan keputusan saya untuk memilih dibandingkan orangtua dan teman-teman, sebab setiap saat saya buka medsos,” katanya.

Jelang pencoblosan yang digelar pada Rabu (14/2/2024), Rosalina punya pilihan untuk pilpres. Tetapi, ia masih bingung menentukan pilihan pada pemilu legislatif di semua tingkatan. ”Benar-benar bingung karena nggak ada yang saya kenal dan saya tahu rekam jejaknya. Saya akan random saja memilih nanti waktu di TPS. Yang penting calegnya dari partai yang tidak korupsi. Itu pun kalau ada,” ujar Rosalina, yang akan memilih di sebuah TPS di Kota Tangerang, Banten.

Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Lebak melakukan sosialisasi kepada pemilih mula di SMKN 1 Lebak, Banten, Selasa (19/9/2023). Sosialisasi ini merupakan rangkaian dari Kirab Pemilu 2024 yang merupakan program KPU yang berlangsung sejak 14 Januari 2023 atau satu tahun menjelang pemungutan suara.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Lebak melakukan sosialisasi kepada pemilih mula di SMKN 1 Lebak, Banten, Selasa (19/9/2023). Sosialisasi ini merupakan rangkaian dari Kirab Pemilu 2024 yang merupakan program KPU yang berlangsung sejak 14 Januari 2023 atau satu tahun menjelang pemungutan suara.

Iklan

Seperti Rosalina, M Faiz Ramadhan (18), siswa SMAN 3 Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, sangat antusias mengikuti pemilu perdananya. ”Saya merasa sangat antusias sebagai pemilih pemula yang akan menggunakan hak suara dan menjadi bagian penting dalam proses demokrasi,” ungkap Faiz pada Selasa (6/2/2024).

Meski masih belia, Faiz mengaku tidak terlalu buta politik. Pasalnya, keluarganya, terutama orangtua, bibi, uak (pakde/bude), dan pamannya, sering membicarakan soal pasangan capres/cawapres pada Pemilu 2024. Teman-teman sekolahnya juga kerap mengajak diskusi soal politik. Dari situ, ia jadi rajin memperhatikan isu-isu politik.

Sejauh ini ia telah menentukan pasangan capres/cawapres yang akan ia pilih. Pilihannya dipengaruhi oleh obrolan di keluarganya dan pembicaraan yang berseliweran di Tiktok. ”Banyak dari teman saya yang secara terang-terangan menjelek-jelekkan paslon lain. Saya lebih baik diam untuk menghindari perdebatan yang berisiko perpecahan dalam kelas,” ujar Faiz.

Ketika mulai ada percikan perdebatan, Faiz mengingatkan teman-temannya bahwa tiap pasangan capres/cawapres memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. ”Tinggal dari kitanya sebagai pemilih pemula yang harus mempertimbangkan secara seksama sebelum membuat keputusan,” ujarnya.

Baca juga: Pemilih Muda Menjadi Pertimbangan Partai Politik Menjaring Caleg

Pemilu 2024 juga merupakan pemilu perdana bagi Rizky Fahreza (21). Ia sangat antusias untuk menggunakan hak pilihnya pada Rabu (14/2/2024) nanti. Masalahnya, ia masih bingung menetapkan caleg atau pasangan capres/cawapres mana yang akan ia pilih. Kebingungan itu muncul terutama karena terlalu banyak perdebatan dan informasi simpang-siur soal parpol dan capres/cawapres di media sosial.

Ia merasa media sosial seperti pedang bermata dua. Di satu sisi memberikan keleluasaan bagi netizen untuk mengakses informasi. Di sisi lain, isinya penuh perdebatan antarkubu. Sejauh ini yang bisa ia lakukan agar tidak tersesat dalam rimba raya informasi di medsos adalah bersikap bijak pada setiap informasi yang ia terima. ”Yang mungkin harus kita perhatikan adalah bagaimana mengolah dan mencerna informasi dari medsos,” ujar Rizky, yang kuliah di Universitas Mercubuana.

Salah satu peserta berceramah saat mengikuti Peci Santri (kompetisi ceramah demokrasi antarsantri) yang merupakan bagian dari Kirab Pemilu 2014 di Pondok Pesantren Nurul Hikmah, Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (17/11/2023). Acara yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bogor tersebut adalah upaya sosialisasi Pemilu 2024 kepada para pemilih mula.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Salah satu peserta berceramah saat mengikuti Peci Santri (kompetisi ceramah demokrasi antarsantri) yang merupakan bagian dari Kirab Pemilu 2014 di Pondok Pesantren Nurul Hikmah, Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (17/11/2023). Acara yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bogor tersebut adalah upaya sosialisasi Pemilu 2024 kepada para pemilih mula.

Pada Pemilu 2024 ada 46.800.161 pemilih dari kalangan Gen Z atau 22,85 persen dari total pemilih yang jumlahnya 204.807.222 orang. Sebagian Gen Z yang lahir pada periode 1997-2009 menggunakan hak pilih mereka untuk pertama kali. Antusiasme mereka yang tinggi dan jumlah yang besar memang akan menentukan juga hasil Pemilu 2024 dan masa depan kita nanti.

Ada beberapa isu penting yang menjadi perhatian Gen Z, antara lain, soal perubahan lingkungan, korupsi, kualitas, perkembangan teknologi, kesempatan kerja, pemerataan pembangunan di bidang pendidikan, hingga pelestarian budaya. ”Pokoknya isu-isu yang sangat memengaruhi masa depan generasi muda nanti. Itu sebabnya generasi saya mau tidak mau mengikuti pemilu. Teman-teman saya pun bersikap sama,” ujar Rosalina.

Hasil kolaborasi dengan intern harian Kompas: Chelsea Anastasia, Mahasiswa Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran dan Kamila Meilina, Mahasiswa Antropologi Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia

Editor:
DWI AS SETIANINGSIH
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000