Maria Olivia Susilo, Meleburkan Kesehatan Mental dan Seni
Maria Olivia Susilo membuat pelantar bertema kesehatan mental bernama Studio Djiwa ketika baru lulus SMA. Ia membantu sesama kaum muda mengakrabi kondisi mental melalui karya seni. Ia jadi pembicara termuda di TEDxUAJ.
Maria Olivia Susilo (21), akrab disapa Olivia, mulai tertarik dengan isu kesehatan mental sejak SMA. Ia pun tergerak mendirikan wadah edukasi digital, Studio Djiwa, di ujung masa sekolahnya, tepatnya pada 20 Mei 2020.
”Itu aku lagi liburan dari SMA ke kuliah dan udah keterima di jurusan psikologi. Jadi aku pikir kenapa enggak belajar dikit-dikit tentang kesehatan mental untuk persiapan aku (di kuliah),” katanya ketika ditemui di Tangerang Selatan, Banten, Rabu (1/11/2023).
Mahasiswi Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta ini mengatakan pada mulanya Studio Djiwa hanyalah proyek kecil-kecilan untuk mengisi waktu luang. Olivia yang senang menggambar sejak kecil coba mengolaborasikan karya-karyanya dalam bentuk edukasi. ”Dari awal aku fokus ke seni karena basic aku sebenarnya lebih ke desain,” ucapnya.
Menurut dia, seni bisa menjadi media penyampaian pesan yang menarik untuk anak muda. ”Kalau visualnya menarik, orang bakal lebih tertarik untuk membaca,” katanya. Ada satu pesan kuat yang ia sisipkan dalam setiap desainnya, yakni ilustrasi manusia di halaman depan konten. Olivia menjadikan ini sebagai ciri khas Studio Djiwa yang memiliki makna ”dari orang untuk orang”.
Selama tahun pertama berdirinya Studio Djiwa, Olivia masih menangani semuanya seorang diri. Ia bersyukur lantaran bisa bebas bereksperimen melalui Studio Djiwa.
Ia mencoba berbagai cara untuk mengetahui jenis konten yang cocok dengan audiensnya. Salah satunya dengan berinteraksi bersama audiensnya melalui fitur Story di Instagram. Selain menjalin komunikasi dua arah, cara ini juga membantunya mendapat ide-ide baru dari Kawan Sedjiwa, sebutan untuk audiens Studio Djiwa.
Olivia tidak pernah membayangkan Studio Djiwa akan tumbuh pesat. Pada Desember 2020, Studio Djiwa tercatat sudah memiliki lebih dari 20.000 pengikut di akun Instagram mereka. Jumlah ini diraih Olivia tanpa menggunakan bantuan layanan iklan digital yang banyak digunakan untuk meningkatkan jangkauan audiens.
Karena lebih fokus pada tahap pencegahan, yakni mengedukasi anak muda tentang kesehatan mental, Studio Djiwa tidak menyediakan layanan konsultasi profesional. Namun, Olivia tidak menutup kemungkinan adanya kerja sama dengan psikolog profesional di kemudian hari.
”Kami sangat terbuka kalau nanti bekerja sama dengan psikolog profesional. Tapi, kalau sekarang, Studio Djiwa lebih fokus menyebarkan kesadaran. Kalau kerja sama dengan psikolog profesional konotasinya itu untuk mengatasi permasalahan yang sudah terjadi,” tuturnya.
Potensi untuk berkembang semakin besar disadari keluarga Olivia yang mendorongnya segera mematenkan Studio Djiwa. ”Di akhir 2020 keluarga akungedorong aku buat patenin Studio Djiwa. Lalu, kami mulai kumpulkan berkas-berkasnya dan dikirimkan secara online,” ucapnya.
Meski proses pengumpulan berkas berjalan lancar, Olivia menuturkan perlu menunggu sekitar satu tahun hingga pengajuannya diterima. Olivia baru resmi mendapat hak paten atas Studio Djiwa pada 2021 akhir.
Baca juga : Lasman dan Segudang Prestasi
Menjaga konsistensi
Studio Djiwa saat ini sudah berusia tiga tahun dengan lebih dari 90.000 pengikut di akun Instagram mereka, @studiodjiwa. Konsistensi Olivia menjaga Studio Djiwa tetap berjalan merupakan salah satu kunci penting. Namun, Olivia juga tidak memungkiri pasang surut dalam semangatnya.
”Misalnya dulu pas aku sendiri di awal, agak kurang konsisten karena menyesuaikan juga dengan jadwal dan mood-ku,” ujarnya.
Ia mengakui peran besar keluarganya dalam mendukung sejak awal pendirian Studio Djiwa. Sang adik, terutama, beberapa kali diajaknya berdiskusi untuk menggali ide-ide baru. Meski masih duduk di bangku SMA, sang adik diakuinya juga memiliki minat di bidang psikologi.
Saat ini, Studio Djiwa sudah memiliki tim berjumlah 10 orang. Studio Djiwa bahkan membuka kesempatan volunter dengan periode waktu lebih singkat untuk Kawan Sedjiwa yang ingin turut berkontribusi dalam memberikan edukasi.
Meski begitu, Olivia tidak memungkiri adanya waktu-waktu tertentu ketika ia merasa mengendur. Ia pun memilih untuk mengatasinya dengan mengambil jeda sejenak atau mencoba layanan peer counseling yang disediakan kampusnya.
Peer counseling adalah layanan konsultasi gratis bersama mahasiswa jurusan psikologi yang telah dilatih terlebih dahulu untuk menjadi konselor. ”Waktu itu aku minta pendapat tentang bagaimana supaya bisa menata diri sendiri dengan lebih baik,” katanya.
Untuk tetap menjaga konsistensinya, Olivia juga terus mengingat alasan utamanya mendirikan Studio Djiwa. ”Kenapa aku mau diriin Studio Djiwa ini lebih ke semangat berbagi. Karena memang aku passionate di bidang kesehatan mental dan juga seninya. Jadi aku ngerasa walaupun kadang-kadang ada demotivasi, tapi tidak menganggap itu sebagai beban.”
Baca juga: Angkat Pamor Himpunan Mahasiswa
Pengalaman berkesan
Olivia mengaku banyak mendapat pengalaman berkesan sejak mendirikan Studio Djiwa. Pada 2022, Olivia berhasil memperoleh peringkat 2 Mahasiswa Berprestasi Universitas Katolik Atma Jaya. Salah satu yang ia angkat dalam ajang ini adalah aktivitas Studio Djiwa yang sedang ia jalani.
Selang satu tahun, Olivia terpilih menjadi salah satu pembicara di ajang TEDxUAJ. Olivia yang sejak kecil gemar mendengarkan TEDx merasa kesempatan itu seperti mimpi. ”Aku udah dengerin TEDx dari kecil dan ngeliat orang-orang di sana udah kayak beda level,” katanya.
Dari iseng mengirim naskah yang membahas tentang Studio Djiwa, Olivia berhasil lolos dan menjadi pembicara termuda sekaligus mahasiswa pertama yang menjadi pembicara dalam TEDxUAJ. ”TEDxUAJ sudah berjalan delapan tahun, tapi aku baru tahu aku mahasiswa pertama yang jadi pembicara,” tuturnya.
Olivia pun mendapat pembekalan dalam lima kali sesi daring bersama penggagas TEDxUAJ. Ia sempat merasa minder lantaran naskahnya masih jauh dari kata sempurna. Namun, Olivia bersyukur karena bisa belajar bertutur dan mengeksplor lebih banyak tentang Studio Djiwa.
Meski harus membagi waktu antara kesibukannya di kampus dan Studio Djiwa, Olivia mengaku masih bisa menikmati kedua aktivitas tersebut. ”Aku masih have fun karena setiap hari ada saja yang baru,” ucapnya.
Olivia berambisi untuk terus melanjutkan Studio Djiwa agar lebih banyak anak muda Indonesia bisa teredukasi tentang kesehatan mental melalui seni.
Maria Olivia Susilo
Lahir : Jakarta, 1 Februari 2002
Pendidikan: Psikologi Universitas Katolik Atma JayaPrestasi: Pembicara TEDxUAJ 2023, Peringkat 2 Mahasiswa Berprestasi Universitas Katolik Atma Jaya
* Kolaborasi dengan peserta program magang harian Kompas Aghniya Fitri, mahasiswa Jurusan Kriminologi, Fakultas Ilmu Politik dan Ilmu Sosial, Universitas Indonesia.