Satu Semester Belajar Banyak di Luar Negeri
Mahasiswa muda mengejar kesempatan belajar di luar negeri lewat program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA). Mereka belajar banyak hal selama di luar negeri.
Di era globalisasi ini, mahasiswa menyadari nilai tambah untuk memiliki wawasan luas dan kemampuan cepat beradaptasi dengan perkembangan dunia. Ramai-ramai mereka mencari kesempatan belajar di luar negeri.
Salah satu jalur populer untuk belajar di luar negeri adalah Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA). IISMA merupakan salah satu program unggulan Kampus Merdeka dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Program ini menawarkan beasiswa pendidikan bagi mahasiswa sarjana dan vokasi selama satu semester di universitas luar negeri.
Pada Rabu (27/9/2023), udara pagi di Olomouc, Republik Ceko, menyambut hari Angela Sunaryo (21) yang adalah mahasiswa Seni Rupa, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Teknologi Bandung. Sebagai IISMA Awardee 2023, Angela baru tiba di negara itu pada 19 September lalu untuk memulai kegiatan kuliah di Palacky University Olomouc.
”Motivasi aku mengikuti IISMA itu untuk mencari inspirasi karya lewat pertukaran budaya. Aku juga ingin mengembangkan diri karena kalau membantu orang lain kita perlu punya sesuatu untuk dikasih. Jadi aku mesti belajar terus,” kata Angela lewat sambungan telepon.
Keberhasilan Angela menjadi penerima IISMA melewati perjuangan panjang. Proses persiapan berlangsung sejak setahun lalu. Selain harus memiliki sertifikat kemampuan bahasa Inggris, dia mesti menulis empat esai tentang pencapaian akademik. Angela pun wajib bergulat dengan deretan persyaratan administrasi lainnya, termasuk proses wawancara seputar esai.
Kesibukan persiapan Angela tak berhenti di situ. Tiba saatnya bagi perempuan ini memilih kampus dan mata kuliah universitas tujuan. Awalnya dia menuliskan dua opsi, yakni Spanyol yang terkenal akan arsitektur megah dan Ceko yang identik dengan musik indah.
Akhirnya dia berangkat ke Ceko bersama 50 mahasiswa lain. Di Palacky University Olomouc, Angela mengambil lima mata kuliah, antara lain Sustainable Development, Introduction to Educational Psychology, dan Historical Olomouc. ”Aku mengambil mata kuliah yang berbeda dari pilihan awal karena dosennya sedang tidak mengajar,” imbuh Angela.
Di sela fokus utama untuk kuliah, jadwal Angela sebetulnya cukup padat. Ia harus menunaikan sejumlah misi atau tugas rutindari IISMA, seperti memperkenalkan budaya serta menulis artikel refleksi dan laporan progres akademik.
Angela pun turut mengemban tanggung jawab sebagai student representative atau perwakilan mahasiswa untuk kelompok berisi 15 mahasiswa. Tugasnya adalah mengoordinasi dan mengayomi kelompok. Ia turut menjadi penghubung, antara lain dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI), Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI), koordinator IISMA, dan perwakilan universitas setempat.
Cerita adaptasi
Mengutip iisma.kemdikbud.go.id, IISMA telah memiliki 2.554 alumnus per Desember 2022 sejak program ini meluncur pada 11 Mei 2021. Mereka belajar di 110 universitas yang berada di 26 negara, antara lain Hongaria, Spanyol, Amerika Serikat, dan Malaysia.
Belajar di luar negeri tentu membutuhkan kemampuan adaptasi diri di situasi baru. Sejumlah alumnus IISMA bercerita tentang tantangan adaptasi mereka selama tinggal di tanah perantauan. Salah satunya adalah Shaskya Widiarta (22), alumnus program studi Psikologi Universitas Bina Nusantara.
Shaskya merupakan IISMA Awardee 2021 yang sempat mengenyam pendidikan di Sussex University, Inggris. Dia mengaku mengikuti IISMA lantaran tertarik sejak awal dengan kurikulum belajar di luar negeri yang ditawarkan oleh kampusnya.
Baca juga: Kimchi Pun Masuk Kampus
Selama belajar di Sussex University, dia mengaku mengalami culture shock dengan cara belajar yang diterapkan. ”Sebelum kelas kami akan dikasih beberapa pertanyaan dan reading materialsgitu. Terus kami harus membaca dan menjawab pertanyaan tersebut, baru di kelas akan diskusi mengenai pertanyaan tersebut,” kata Shaskya, Kamis (28/9/2023).
Sama seperti penerima IISMA lainnya, Shaskya mendapat misi untuk memperkenalkan Indonesia kepada masyarakat lokal. Shaskya dan kawan-kawan diminta membuat acara kebudayaan di mana dia bertugas sebagai ketua divisi acara.
Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Shaskya dalam membagi waktu antara kuliah dan persiapan acara mengingat dia sedang berada dalam masa reading week sebelum ujian tengah semester. Dengan waktu persiapan yang singkat, Shaskya dan para penerima IISMA menyelenggarakan acara Indonesian Youth Fair bertemakan Sumpah Pemuda.
Acara tersebut menghadirkan lima stan berbeda, mulai dari makanan, kelas bahasa, keragaman budaya, permainan tradisional, hingga photo booth. Acara ini bahkan mendapat dukungan KBRI. Menurut Shaskya, acara itu cukup sukses karena mahasiswa di sana cukup antusias datang.
Baca juga: Bekerja, tetapi Belajar Tetap Jalan
Sementara itu, pada tahun kedua pelaksanaannya, IISMA mulai membuka kesempatan bagi mahasiswa vokasi. Berbeda dengan IISMA untuk sarjana, IISMA vokasi memiliki tiga pilihan skema, yakni skema magang, skema belajar, dan skema campuran. Namun, tidak semua universitas menawarkan ketiga skema ini.
Taufiq Hidayat (23), alumnus Program Studi Akuntansi Vokasi Universitas Indonesia, adalah salah satu yang memetik peluang itu. Dia berhasil menjadi IISMA Awardee 2022 untuk berkuliah satu semester di Coventry University, Inggris.
”Aku pilih Coventry University karena programnya itu ada industrial visit, terus juga mereka menawarkan skema magang yang mana itu sesuai dengan program yang seharusnya aku lakukan di semester lima di vokasi,” kata Taufiq yang kemudian magang di sebuah perusahaan logistik.
Di tengah kesibukan akademis, Taufiq menjabat sebagai perwakilan mahasiswa. Dia mewakili 41 penerima IISMA. Namun, dia mengaku sempat mengalami kesulitan menjalankan tanggung jawab itu karena merupakan seorang introver.
”Akhirnya aku memaksakan diri buat lebih bisa membaur dengan semua awardees. Walaupun memang enggak bisa deket sama semua. Perbedaan pendapat juga sering terjadi jadi enggak bisa semulus itu buat mencapai mufakat di antara semua awardees,” tuturnya.
Wawasan global
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kemendikbudristek Nizam mengatakan, program IISMA bertujuan menyiapkan generasi muda yang berwawasan global. Pengalaman belajar di luar negeri dengan lingkungan yang berbeda akan mengasah kemampuan mahasiswa beradaptasi dengan cepat.
”Mereka juga akan membangun persahabatan antarnegara, belajar dari pusat ilmu dunia di perguruan tinggi terbaik di negara-negara sahabat, sekaligus menjadi duta bangsa untuk persahabatan dunia,” ujar Nizam.
Menurut Nizam, program IISMA dan IISMAVO dirancang bersama dengan perguruan tinggi mitra di luar negeri. Perguruan tinggi yang dipilih adalah yang terbaik di masing-masing negara. Untuk menjamin tujuan IISMA tercapai, Kemendikbudristek memastikan agar ada dosen dan mentor yang bertanggung jawab atas program IISMA di negara penempatan.
Nizam melanjutkan, hasil studi penelusuran independen pada 2022 mendapati alumni IISMA memiliki kompetensi tambahan berupa keterampilan teknis dan nonteknis yang sangat bagus. ”Masa tunggu alumni IISMA di dunia kerja lebih singkat dibandingkan rata-rata sarjana dengan nilai IP yang sama, sementara penghasilan pertamanya juga lebih baik dibandingkan rerata sarjana yang tidak mengikuti IISMA,” kata Nizam. (*)
Kolaborasi dengan Intern Kompas:
- Aghniya Fitri Kamila, Mahasiswi Jurusan Kriminologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia