Lasman dan Segudang Prestasi
Antarnegara bisa berkonflik, namun hal yang paling aksesibel untuk kita lakukan sebagai individu terutama dalam konteks institusi pendidikan adalah kita bisa memastikan interaksi dengan manusia dari negara itu aman.
Lasman(20), pemuda asal Samarinda membanggakan Indonesia dengan segudang prestasi. Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran ini sudah mengoleksi lebih dari 50 prestasi domestik dan kerap mewakili Indonesia di kancah internasional.
Terakhir, Juni 2023, Lasman mewakili Indonesia untuk berbicara di Forum Regional ASEAN yang diselenggarakan oleh IDEAS (Institute for Democracy and Economic Affairs) Malaysia di Jakarta. Pada kesempatan itu, Lasman menyuarakan tentang standarisasi pendidikan kejuruan dan vokasi di tingkat Asia tenggara.
Mahasiswa semester 7 ini memiliki ketertarikan di bidang hukum, kebahasaan, sosial politik, kebijakan publik, dan diplomasi. Ketertarikannya itu menghantarkan Lasman mengunjungi berbagai negara di dunia. Tahun 2022, Lasman mewakili Indonesia di Turki untuk Istanbul Youth Leader Summit 2022.
Lasman membawa isu terkait sistem proporsionalitas agar Indonesia menjadi negara yang memperhatikan perlindungan pengungsi. “Saya berharap Indonesia bisa menjadi pihak di dalam perjanjian terkait perlindungan pengungsi,” tutur Lasman dalam wawancara daring, Rabu (20/9/2023).
Di tahun yang sama, Lasman mendapatkan kesempatan mengikuti program pertukaran pelajar di Ajou University, di kota Suwon, Korea Selatan selama 1 semester. Pengalaman yang tak kalah mengagumkan adalah ketika ia ditunjuk sebagai Ketua (chairperson) G17 University Ambassador Consortium untuk Indonesia pada tahun 2022-2023.
G17 Global University Ambassador merupakan program yang memberikan kesempatan anak muda di setiap negara menjadi bagian dalam peningkatan implementasi SDGs 2030. Selain itu, ia menjadi mahasiswa yang diterima magang di 3 Kedutaan Besar Republik Indonesia, yakni KBRI untuk Malaysia di Kuala Lumpur pada tahun 2022. Tahun 2023 ia diterima di KBRI Bangkok, Thailand dan KBRI Manila, Filipina. Pengalaman-pengalaman tersebut memotivasinya untuk belajar lebih terkait dengan diplomasi dan hubungan internasional.
Hukum internasional
Aktif mengikuti berbagai kompetisi dan aktivitas pengajaran sebagai volunteer yang berkaitan dengan sosial sejak SMA, memupuk minat dan bakat Lasman. Kemampuannya semakin terasah ketika Lasman menginjak bangku kuliah.
Ia mengikuti banyak program magang seperti yang diselenggarakan DPR RI di Jakarta saat ia duduk di semester 2. “Itu memberi saya banyak pengalaman terkait bagaimana parlemen membuat sebuah format kebijakan dan formulasi kebijakan publik,” ujarnya.
Universitas Padjadjaran mengenalkan Lasman kepada Mochtar Kusumaatmadja, tokoh yang menjadi idolanya kini. Mochtar adalah mantan Menteri Luar Negeri RI, serta sempat menjabat sebagai rektor Universitas Padjadjaran. Mochtar juga tokoh yang memperjuangkan zona ekonomi eksklusif, zona yang berjarak 200 mil laut dari garis dasar pantai agar Indonesia bisa mengeksplorasi lautan sendiri.
“Beliau diplomat yang saya kagumi. Saya bermimpi menjadi the next Mochtar Kusumaatmadja. Beliau merupakan bapak hukum internasional Indonesia, itu juga yang mendorong saya mengambil konsentrasi hukum internasional,” ujar Lasman. Dia percaya diplomasi sangat penting bagi sebuah negara, terutama ketika ahli-ahli diplomasi pada masanya sudah tidak ada dan harus beregenerasi.
Baca juga : Kalamangga, Menilik Keragaman Spesies Laba-laba
Sebelum ‘mengenal’ Mochtar Lasman tidak memiliki tokoh teladan tertentu. Pertimbangan terbesarnya mengambil Ilmu Hukum adalah karena melihat realita masyarakat.
“Melihat hukum di Indonesia, banyak kasus penindasan pada masyarakat menengah ke bawah. Pertimbangan saya sederhana. Ketika saya tahu tentang hukum, saya dapat melindungi keluarga saya. Itu pikiran pendek saya saat itu,” tutur Lasman yang datang dari keluarga sederhana. Ayah ibunya putus sekolah.
Seiring waktu, pikiran Lasman terbuka semakin luas. Orientasi pemuda asal Kalimantan Timur itu berubah dari hukum perdata yang semula diharapkan dapat mengantarnya menjadi pengacara sesusai mimpinya, menjadi hukum internasional.
"Saya lebih menaruh hati pada hukum internasional atas pertimbangan keprihatinan saya terkait hubungan antar negara, kaum minoritas, perdagangan manusia dan penyelundupan manusia. Saya tetap ingin berkarir pada profesi hukum namun lebih luas saya ingin sebagai diplomat memperjuangkan Indonesia di diplomasi internasional,” terangnya.
Menuntun Cita-cita
Keprihatinannya itu dibuktikan dengan kasus yang menjadi fokus perhatiannya dalam program magang di KBRI. Lasman menjelaskan, selama di KBRI ia fokus pada kasus perlindungan warga negara Indonesia (WNI).
Di Kuala Lumpur, fokus perhatiannya adalah pada kasus kekerasan pada WNI, warga negara yang hilang dan percobaan bunuh diri yang dilakukan WNI. Sementara di Manila dan Bangkok, Lasman menaruh perhatian pada kasus tindak pidana perdagangan orang (TPPO).
Hal-hal yang dia perjuangkan, terkait imigrasi dan perlindungan warga negara, tanpa ia sadari memiliki kesamaan dengan kehidupan keluarganya. Sang Ibu, ternyata merupakan salah satu pengungsi akibat kerusuhan di Ambon, Maluku sekitar tahun 1999.
Baca juga : Adib Mumtaz Irfani Mencari Solusi Masalah Sosial
Situasi yang tak terkendali dan akses pendidikan yang sulit menjadi alasan sang ibu berhenti sekolah. Sang Ibu lalu bermigrasi ke Pulau Sulawesi.
Ayahnya, berasal dari Sulawesi. Saat Lasman belum genap satu tahun ayahnya bekerja menjadi pekerja migran di Sarawak, Malaysia. Kesamaan-kesamaan tersebut mendorong Lasman semakin dalam memperjuangkan hak-hak warga negara.
“Saya melihat kilas balik ke belakang, saya menemukan kesamaan yang sebelumnya tidak saya sadari. Walaupun yang saya angkat dalam kapasitas internasional, sementara keluarga saya dalam konteks domestik. Saya merefleksikan bahwa tidak enak sekali jadi pengungsi. Segala hal harus dikorbankan, mimpi untuk belajar, juga mimpi untuk,” ujarnya.
Representasi Indonesia
Lasman mengungkapkan rasa bangga yang ia dan orang tuanya rasakan. Namun menurutnya, ada tanggung jawab besar di balik rasa bangga tersebut. Lasman harus dapat menjadi representasi yang baik dari Indonesia. Momentum interaksi dan relasi dengan manusia dari berbagai negara dimanfaatkan oleh Lasman untuk memperkenalkan Indonesia.
“Momen tersebut memberikan kesempatan untuk saya mengklarifikasi hal-hal yang tidak baik tentang negara saya.” Mengetahui pandangan orang luar tentang Indonesia juga menjadi langkah Lasman mempromosikan Indonesia dalam bentuk diplomasi.
Ketika ditanya mengenai alasan kecintaannya terhadap negara, Lasman menjawab, “Sudah banyak sekali hal yang saya terima dari Indonesia. Sependek pengetahuan saya, Indonesia adalah negara yang merebut kemerdekaannya dengan keberanian. Perasaan sebagai fighter tersebut yang terus memotivasi saya,” katanya.
Sebagai representasi Indonesia di luar negeri, Lasman selalu membawa pesan perdamaian. “Perdamaian menjadi hal yang sangat penting. Mungkin antar negara bisa berkonflik, namun hal yang paling aksesibel untuk kita lakukan sebagai individu terutama masih dalam konteks institusi pendidikan adalah kita bisa memastikan interaksi dengan manusia dari negara lain itu aman, ” tuturnya.
Lasman menjelaskan orang tua Lasman selalu menitipkan pesan bahwa dengan siapapun ia berjumpa, dari negara manapun, ia harus bisa belajar dari orang tersebut.
Lasman
Lahir : Samarinda, 11 November 2002
Kampus : Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum Internasional, Universitas Padjadjaran.
Kolaborasi dengan Intern "Kompas".
Nikolaus Daritan, Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.