Desvita Tria Menggagas Binokular untuk Literasi Anak Muda
Desvita Tria mendirikan Binokular yang menjadi wadah anak muda unjuk bakat dan karya.
Oleh
MARIA SUSY BERINDRA
·4 menit baca
Bermula dari pengalamannya kesulitan memahami ”benang merah” dari bacaan, Desvita Tria (21) atau Vita memutuskan untuk membuat platform literasi yang diberi nama Binokular pada tahun 2020 bersama beberapa teman dekatnya. Idenya berakar dari keresahan dirinya sendiri yang gemar membaca, tetapi kesulitan mengerjakan soal-soal terkait inti bacaan ketika mempersiapkan diri dalam ujian masuk perguruan tinggi.
”Aku suka baca buku dari kecil dan aku cukup dikelilingi oleh teman-teman yang suka baca buku. Tapi, ketika aku kerjain soal UTBK itu rasanya, kok, kayak agak sulit untuk bisa cari benang merah dari suatu bacaan panjang,” ucap Vita saat diwawancarai melalui Zoom pada Jumat (3/8/2023).
Lebih lanjut Vita menjelaskan, Binokular juga dilatarbelakangi oleh hasil riset yang pernah dibacanya. Menurut riset tersebut, kenyataannya tingkat pendidikan seseorang tidak selalu linear dengan kemampuan literasi yang dimilikinya. Artinya, belum tentu mereka yang memiliki pendidikan tinggi mampu menarik kesimpulan dari suatu bacaan.
”Berangkat dari latar belakang tersebut dan ngobrol sama teman-teman, akhirnya kita coba bentuk platform Binokular yang mendorong nilai literasi, khususnya bagi anak-anak gen Z usia 18 hingga 25 tahun,” ungkapnya.
Dari awalnya hanya berfokus pada literasi buku, Vita dan tim Binokular telah memperluas fokus platform ini ke beberapa hal lain selain buku, seperti karya seni, jurnal, dan materi lain yang dapat memperkaya wawasan. ”Kita sadar bahwa literasi bukan jadi isu yang seksi di mata banyak orang. Jadi, kita harus mengemas isu ini menjadi lebih menarik, salah satunya melalui karya seni,” jelas Vita.
Binokular menjadikan seni sebagai salah satu media belajar dalam memahami suatu karya. Oleh karena itu, Binokular kerap menyelenggarakan kegiatan berbau seni, seperti pentas seni, teater, dan sesi mengulik film atau karya sastra lainnya. ”Karya seni itu jadi gerbang untuk menekankan nilai literasi karena sebenarnya literasi, tuh, enggak sebatas membaca dan menulis, tapi juga memahami suatu hal secara lebih mendalam,” katanya.
"Open mic"
Dalam upayanya membagikan nilai-nilai literasi melalui karya seni, Binokular kerap menyelenggarakan berbagai kegiatan. Salah satu yang paling dikenal adalah pentas open mic yang dinamakan ”Raga Rasa Swara”. Pada kegiatan ini, Binokular membuka kesempatan bagi khalayak umum untuk mengekspresikan diri dengan menampilkan karya seni mereka.
”Event open mic ini sudah diselenggarakan sembilan kali dan semuanya offline. Kita membuka ruang ekspresi dan eksplorasi bagi teman-teman untuk tampil. Ada yang baca puisi, monolog, main band, bernyanyi, dan lain-lain. Semuanya ada,” ujar Vita.
Dengan semangat Vita menceritakan bahwa sepanjang diselenggarakan, Raga Rasa Swara yang merupakan kegiatan dibuka untuk umum ini mendapatkan antusiasme cukup besar. ”Bisa sampai 10 orang yang mendaftar untuk ikut open mic. Tapi, di hari H, kita tetap membuka siapa saja yang mau tampil spontan dan sejauh ini bisa sampai 20 orang yang tampil,” ungkapnya.
Selain pentas open mic, Binokular juga secara rutin memublikasikan 1-2 audiobook yang dinamakan ”Binokulareads” setiap bulan di aplikasi Spotify. Dalam konten rekaman audio tersebut, tim Binokular membagikan ringkasan atas buku-buku bacaan. ”Buku bacaan yang tebel kita ringkas jadi bite size audiobook yang cuma 20 menit aja,” kata Vita.
Selain sebagai cara mengasah keterampilan tim Binokular dalam menyimpulkan intisari dari bacaan, Vita dan tim Binokular ingin kegiatan membaca menjadi lebih terakses bagi semua orang tanpa harus membaca buku aslinya. ”Surprisingly dari statistik per tahun 2022, ternyata lumayan banyak yang dengerin (audiobook Binokular). Mungkin karena buku-buku yang kita bahas juga adalah buku-buku arus utama yang jarang dibacain,” jelas Vita.
Tantangan
Vita menceritakan, selama lebih kurang tiga tahun Binokular berdiri, terdapat dua tantangan utama yang harus terus dilalui bersama timnya. ”Cukup rumit untuk menyimplifikasi pesan dan value yang ingin kita bawa, yakni literasi tingkat lanjut. Bukan hanya sekadar membaca, melainkan juga memahami. Meskipun kita sudah memakai medium karya seni, tetap enggak semudah itu juga membawa pesan literasi ini,” ungkap Vita.
Selain itu, Vita mengungkap, tantangan juga datang dari tim internal Binokular sendiri. ”Kesulitannya mempertahankan konsistensi sumber daya manusia untuk terus keep up dengan konten dan program yang ada. Jadi, memang dibutuhkan orang-orang yang loyal untuk menjalankan visi misi Binokular,” katanya.
Vita dan tim Binokular berharap, ke depan, platform ini dapat memperluas jangkauan audiens dan lebih banyak mengadakan kegiatan tatap muka untuk mengumpulkan orang-orang yang suka membaca buku dan karya seni. ”Kita pengin bikin konten-konten edukasi lebih rutin dan event tatap muka reguler yang bisa jadi ruang eksplorasi, diskusi, dan belajar satu sama lain,” harap Vita. (SIE/*/**)
Desvita Tria
Usia: 21 tahun
Pendidikan: Ilmu Komunikasi, Universitas Indonesia
Prestasi: Mahasiswa Berdaya di Bidang Pendidikan dalam Penghargaan Praktik Baik oleh Semua Murid Semua Guru