Siswa SMA Negeri Seribu Bukit Ciptakan Inovasi Penyulingan Sereh
Minyak sereh wangi menjadi andalan sebagian warga Kabupaten Gayo Lues, Provinsi Aceh. Disayangkan, upaya memeroleh minyak tersebut kerap memakai cara tak ramah lingkungan. Petani memakai kayu bakar dalam penyulingan daun
Oleh
SOELASTRI SOEKIRNO
·5 menit baca
Minyak sereh wangi menjadi andalan sebagian warga Kabupaten Gayo Lues, Provinsi Aceh. Disayangkan, upaya memeroleh minyak tersebut kerap memakai cara tak ramah lingkungan. Petani memakai kayu bakar dalam penyulingan daun sereh wangi. Dua siswa SMA Negeri Seribu Bukit, Gayo Lues bersama guru pembimbingnya membuat kompor berbahan bakar air dan oli bekas sebagai pengganti kayu bakar. Dengan cara itu, penyulingan minyak sereh menekan produksi karbon sekaligus hemat biaya produksi.
Inovasi tersebut membawa SMA Negeri Seribu Bukit menjadi juara ketiga pada Toyota Eco Youth atau TEY ke 12 tahun 2021 yang diumumkan Oktober 2022 lalu di Jakarta. Kompetisi yang melombakan upaya para siswa bersama sekolahnya melakukan gerakan hijau sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan itu diadakan oleh PT Toyota Astra Motor dan Toyota Motor Manufacturing Indonesia bekerja sama dengan National Geografic Indonesia. Lomba kali ini bertema upaya menetralisir zat karbon yang mencemari lingkungan.
Untuk memotivasi peserta, penyelenggara menyediakan bimbingan bagi sekolah peserta lomba saat mewujudkan inovasinya. Tak hanya itu, Toyota juga memberi hadiah penghargaan berupa uang mulai puluhan juta hingga Rp 100 juta kepada setiap tim pemenang.
Minyak sereh biasanya menjadi bahan baku minyak telon yang bisa menghangatkan tubuh, campuran kosmetik sampai pembersih lantai. Petani di Gayo Lues menjual minyak sereh murni dalam ukuran galon ke pembeli yang datang ke desa mereka.
Pimpinan SMAN Seribu Bukit yang merupakan sekolah berasrama memilih dua siswanya, Cascya Nadifa (17) dan Muhammad Saifullah (17) menjadi pelaksana utama pembuat inovasi itu dibawah bimbingan guru fisika mereka, Muhammad Syamsul. Inovasi kompor berbahan air lahir dari keprihatinan Syamsul yang sering melihat petani memakai bahan bakar kayu untuk menyuling tanaman sereh wangi. Mereka memilih cara tersebut karena di kawasan Gayo Lues masih banyak hutan. Lagipula, ongkos pemakaian kayu bakar lebih murah daripada mereka memakai gas.
“Saya sering melihat orang menebang pohon, kayunya dijual kepada petani untuk menyuling minyak sereh wangi,” tutur Syamsul lewat Zoom pada awal November 2022 lalu. Ia khawatir, penebangan pohon pinus akan membuat hutan di kabupaten itu gundul hingga memunculkan bencana banjir dan tanah longsor dan mengurangi upaya penyerapan zat karbon. Ia kemudian memikirkan cara mengganti kayu bakar dengan alat atau bahan lain yang lebih ramah lingkungan.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik yang dihimpun Cascya dan Saiful, di Gayo Lues terdapat lebih dari 34 hektar tanaman sereh wangi. Petani membutuhkan kayu bakar seberat empat ton untuk menyuling daun sereh hasil panen dari lahan seluas satu hektar. Empat ton kayu setara dengan tiga pohon pinus ukuran sedang.
Revisi berulang kali
Keprihatinan itu membuat Syamsul merencanakan membuat kompor berbahan bakar oli bekas dan air untuk merebus daun sereh lalu menyalurkan uapnya menjadi minyak sereh. Ide itu kemudian didiskusikan dengan Cascya dan Saiful. “Anak-anak yang kemudian mewujudkan ide itu,” ujar Syamsul. Pemilihan oli menjadi bahan bakar untuk memanaskan air karena di daerah dua anak itu tinggal terdapat banyak oli bekas yang bisa diperoleh secara gratis.
Cascya mewujudkan inovasi tersebut menjadi kompor setinggi sekitar 30-an sentimeter dengan cerobong dan pipa bernama nosel berisi uap air. Gabungan uap air dan oli bekas itu menghasilkan semburan api lebih kuat guna memanaskan ketel untuk memasak daun sereh. Dari ketel dipasang pipa untuk mengalirkan air hasil penyulingan yang didinginkan lalu menjadi minyak sereh.
Selain membuat gambar desain kompor, Cascya juga mencari info berkait cara pengolahan minyak sereh dari banyak literatur serta mendatangi petani sereh di ladang mereka. “Membuat desain gambar kompor gampang-gampang susah, sampai harus direvisi beberapa kali supaya ketika dibuat menjadi kompor yang sebenarnya bisa berfungsi dengan baik,” ujar Cascya dalam pembicaraan lewat zoom.
Gadis yang bercita-cita menjadi dokter itu terjun ke ladang sereh yang berada di perbukitan di Gayo Lues. Kadang -kadang ia kesulitan mendaki bukit yang terjal tempat sereh tumbuh. Kedatangannya selain untuk lebih mengenal tanaman sereh juga untuk memberi pemahaman kepada petani mengenai penggunaan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan untuk mendukung usaha penyulingan minyak sereh.
Saifullah mendapatkan tugas sama ditambah pengolahan data hasil percobaan dari inovasi kompor itu. “Para petani bisa mengerti ajakan untuk beralih memakai kompor inovasi kami, dan mulai meninggalkan pakai kayu bakar,” ujar Cascya. Sebelum memakai kompor tersebut, petani harus mengeluarkan ongkos Rp 800.000 untuk menyuling sereh hasil panen satu hektar lahan. Kini biaya penyulingan bisa dipangkas sampai tinggal Rp 100.000 per hektar.
Kompor tersebut masih dalam penyempurnaan untuk diproduksi massal. Berkat inovasi siswa SMA Negeri Seribu Bukit, petani paham bahaya menebang pohon pinus di hutan lalu mulai beralih memakai kompor berbahan air dan oli bekas yang lebih hemat biaya dan satu lagi, menekan produksi gas karbon.
Cascya Nadifa
Lahir : Gayo Lues, 2005
Pendidikan : SMA Negeri Seribu Bukit / XII MIPA 1
Prestasi :
- Juara I Duta Sadar Hukum Kabupaten Tahun 2021 yang diadakan Kejaksaan Negeri Gayo Lues dan Kantor Cabang Dinas Pendidikan Gayo Lues
- Juara III Toyota Echo Youth Tingkat Nasional ke 12 Tahun 2022 yang diadakan Toyota Indonesia
Organisasi : Ketua Bidang Wirausaha OSIS SMA Negeri Seribu Bukit Periode 2021-2022
Muhammad Saifullah
Lahir : Kisaran, September 2005
Pendidikan : SMA Negeri Seribu Bukit / XI MIPA
Prestasi :
- Juara I Duta Kamtibmas 2022 diadakan Polres Gayo Lues & Cabang Dinas Pendidikan Gayo Lues
- Juara III TEY 12 Nasional 2022 Toyota Indonesia
Organisasi : Sekretaris OSIS SMA Negeri Seribu Bukit Periode 2022-2023