Koneksi dan Pengalaman dari Membantu Dosen di Kampus
Menjadi asisten dosen dan membantu penelitian dosen ternyata memberi banyak manfaat. Dapat pengetahuan, keterampilan, dan koneksi baru. Bisa mendapat bonus sekalian melakukan penelitian untuk skripsi.
Menjadi asisten dosen dan membantu penelitian dosen ternyata memberi banyak manfaat. Dapat pengetahuan, keterampilan, dan koneksi baru. Bisa mendapat bonus sekalian melakukan penelitian untuk skripsi. Bahkan ikut konferensi internasional di luar negeri, loh!
Suara Balawara Andika (23) yang baru lulus dari Program Studi Pendidikan Bilologi Universitas Jember, Jawa Timur, terdengar riang ketika menceriterakan pengalaman membantu penelitian dosennya, Dr Iis Nur Asyiah, membuat pupuk hayati selama lima bulan.
Sebelum murni membantu Iis di penelitian atas akar padi, Bala, demikian panggilan akrab Balawara, sudah magang kepada kakak kelasnya yang juga membantu penelitian Iis di Bantul, Yogyakarta. Di sana ia belajar mengukur lahan sawah dan kebutuhan pupuk hayati temuan Iis serta berkomunikasi dengan petani penggarap lahan yang terlibat penelitian.
Awal 2022 ia baru sendirian membantu menangani penelitian di Bantul. Pengalaman magang membuat Bala tahu apa saja yang harus ia lakukan sesuai bimbingan Iis. Demi melancarkan tugas, ia juga diizinkan memeriksakan obyek penelitiannya di Laboratorium Nematologi Universias Gadjah Mada Yogyakarta.
”Saya tak menyangka mendapat banyak hal baru dari kegiatan itu. Bahkan, Bu Iis mengajak saya ikut ke The Seventh International Congress of Nematology di Perancis pada Mei lalu. Sungguh tak pernah bermimpi mendapat kesempatan itu karena memberi pengalaman tak terlupakan dan link baru setelah kenal para ahli nematologi dari negara lain,” ujar Bala lewat telepon dari Jember, Jumat (26/8/2022).
Tak hanya hadir, Bala juga mendapat kesempatan memaparkan hasil penelitian tentang parasit dalam tanah dan pengaruhnya pada tanaman padi yang mendapat pupuk hayati di forum tersebut. Penelitiannya itu ia lakukan berbarengan dengan membantu penelitian Iis.
Keterlibatannya dalam penelitian Iis berawal dari niatnya mengisi masa libur semester. Usai membantu penelitian Iis di Batu, Malang, ia justru tertarik melanjutkan tugas penelitiannya. Ketika hendak menyusun skripsi, ia mencari-cari apa yang bisa ia lakukan untuk membuatnya. ”Ternyata nama saya sudah ada di Ibu Iis. Saya diajak beliau, senang sekali mendapat bagian penelitian lanjutan di Bantul,” kata peraih IPK 3,8 itu.
Iis secara terpisah menyatakan, sejak 2009 ia sudah mengadakan penelitian pembuatan nematoda pupuk hayati bernama BRE4. Namun, untuk pengujian efektivitas kinerja pupuk alami itu ia butuh banyak penelitian lagi sampai mendapat hasil memuaskan bagi pemakainya kelak. ”Dalam proyek ini, saya sengaja mengajak mahasiswa untuk membantu dan memang sesuai aturan diizinkan,” tutur Iis. Tujuan mengajak mahasiswa antara lain agar mereka mendapat pengalaman baru dari tugas-tugas penelitian yang mereka ikuti.
Di tempat lain, Gilang Ramadhan (21) sempat khawatir saat mengawali tugas menjadi asisten dosen. Gilang yang baru lulus dari Program Studi Analisis Kimia Sekolah Vokasi IPB University itu kini makin lancar mengajar adik kelasnya di kampus dan mendapat pembelajaran cara mengatur adik kelas, belajar kepemimpinan serta belajar sabar.
Baca juga: Mode Berkelanjutan Menjaga Napas Bumi
Ia menjadi asisten dosen alias asdos sejak awal Agustus 2022 setelah lolos seleksi dengan syarat sudah lulus dan dapat nilai minimal B untuk mata kuliah yang diasisteni. ”Saya menerima tawaran sebagai asdos pertimbangannya karena waktu itu lagi cari kerja dan cari kegiatan. Saya kalau enggak ada kegiatan suka bingung sendiri,” tutur Gilang, Rabu (24/8/2022).
Gilang sedikitnya sudah masuk kelas sebanyak 10 kali untuk dua mata kuliah yang dia pegang, yaitu Kuliah Lapang dan Teknik Pemisahan, ditambah dua kali pelatihan untuk mahasiswa baru yang sebelumnya menjalani perkuliahan online agar bisa mengikuti perkuliahan tatap muka.
Untuk mata kuliah Kuliah Lapang, tugas Gilang memberi gambaran tentang peluang mahasiswa program studi analisis kimia di lapangan serta mengenal industrinya lebih dalam. Sementara untuk mata kuliah Teknik Pemisahan, Gilang mengajarkan teknik-teknik pemisahan sebelum melakukan analisis sampel. ”Teknik pemisahan ini basic dari analisis kimia karena sebelum sampel dianalisis ada persiapan yang dilakukan seperti ekstraksi-ekstraksi, pemisahan komponen-komponen,” tutur Gilang. Saat dia mengajar, biasanya dosen pengampu mata kuliah juga hadir sebagai penanggung jawab.
Awalnya dia grogi, takut melakukan kesalahan, khawatir materi yang dia jelaskan tidak sampai atau ternyata salah sehingga menimbulkan salah persepsi. Namun, Gilang terus berusaha menyakinkan diri bahwa dia bisa melakukan tugas dan tanggung jawab barunya itu dengan baik.
”Kebetulan saya masuknya mahasiswa online ya sebagian besar perkuliahannya, jadi sebelum ngasisten ya pelajari lagi materi-materinya, review-review lagi, recall lagi. Menarik banget karena kalau ngajarin maunya nyampe ya, enggak cuma mereka capek belajar, ngedengerin doang. Tapi penginnya apa yang kita ajarin nyampe, merekanya juga seneng,” kata Gilang yang mendapat briefing lebih dahulu dari dosen penanggung jawab laboratorium yang menjabat sebagai koordinator untuk asisten dosen.
Kebetulan saya masuknya mahasiswa online ya sebagian besar perkuliahannya, jadi sebelum ngasisten ya pelajari lagi materi-materinya, review-review lagi, recall lagi.
Membuat film
Eurico Kevin, mahasiswa semester tujuh Jurusan Film Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Tangerang, Banten, ikut dalam pembuatan salah satu film yang digunakan sebagai kampanye antigratifikasi. Keterlibatan Eurico berawal dari rekan kuliahnya yang menjadi koordinator program. Ia lalu ditunjuk untuk ikut proyek itu bersama dengan dosen.
Eurico yang aktif ikut berbagai proyek film menyambut dengan gembira. ”Sebelumnya lebih sering bantu teman, adik, atau kakak angkatan. Karena di kampus tugas tiap semester selalu ada bikin karya. Jadi yang sama teman angkatan itu pasti ada. Kakak tingkat juga sering minta bantuan untuk jadi kru. Kalau aku, ya, sikat-sikat aja kalau diajakin,” ujarnya.
Kali ini, ia mengikuti proyek yang digarapnya bersama dosen kampusnya. Dalam waktu bersamaan, ia juga tengah menjalani proyek magang dari dosennya. ”Fokusku ke kepenulisan. Biasanya di proyek dengan kakak tingkat, aku sering jadi script continuity juga, karena ketertarikanku di situ,” jelasnya.
Bagi dia, bekerja sama dengan dosen punya nilai tersendiri. ”Dosen itu kan ladang koneksi. Di bidang yang mau aku jalani ini, jaringan merupakan hal yang penting. Tapi selain jaringan, lewat proyek dengan dosen ini kita juga bisa tahu perspektif industri seperti apa. Ditambah lagi, portofolio dan jam terbang itu juga hal penting di bidang ini. Jadi, kesempatan yang ada ya diambil,” tuturnya.
Hal serupa dirasakan Rindi Salsabilla, alumnus jurusan jurnalistik UMN. Perempuan yang aktif sebagai asisten laboratorium ini semasa kuliah tak kesulitan mengatur waktu karena sudah mengaturnya agar tak bentrok dengan jadwal kuliah. ”Aku yang menyesuaikan dan mengerjakannya tengah malam setelah selesai tugas kuliah. Tapi tidak ada masalah dan tidak mengganggu kegiatan reguler,” jelas Rindi.
Dosen itu kan ladang koneksi. Di bidang yang mau aku jalani ini, jaringan merupakan hal yang penting. Tapi selain jaringan, lewat proyek dengan dosen ini kita juga bisa tahu perspektif industri seperti apa. Ditambah lagi, portofolio dan jam terbang itu juga hal penting di bidang ini.
Tugas asisten laboratorium, yang istilahnya berubah menjadi asisten praktikum saat pandemi, sama dengan tugas asisten dosen. Untuk bisa menjadi asisten ini, mahasiswa harus telah lulus mata kuliah yang berkaitan dengan nilai minimal B dan ikut wawancara dengan koordinator laboratorium.
”Tapi aku pernah enggak ikut seleksi itu karena dosen yang minta dan mengajukan langsung ke koordinator,” ujar Rindi yang pernah membantu memegang enam kelas dengan enam dosen yang berbeda.
Tujuan Rindi menjadi asisten karena ingin berbagi ilmu. Menurut dia, tidak adil jika ilmu yang diperolehnya hanya untuk dirinya sendiri dan tidak dibagikan ke orang lain yang juga membutuhkan. Ia bahagia ketika banyak mahasiswa terbantu oleh perannya itu.
Dari Universitas Indonesia, Muhammad Haikal (23) yang juga baru lulus dari Departemen Arsitektur Fakultas Teknik juga merasa beruntung mendapat pengetahuan dan pengalaman baru dari ikut mengerjakan proyek dosennya, Widyarko, di Pulau Untung Jawa, Kepulauan Seribu. Proyek konstruksi kayu berkelanjutan itu mewajibkan ia dan dua temannya, Satria Jetmelin Pamungkas serta Muhammad Arif Rahman, membuat saung dari bahan kayu yang bisa dipasang dan dicopot sehingga lebih sehat bagi bumi.
Ia menyebut teknik membuat rumah seperti itu sangat efisien sebab jika ingin mengganti dengan bangunan baru, rumah lama tinggal dibongkar, untuk dipindahkan ke tempat lain atau kayunya diurai untuk disimpan. Ia ikut proyek itu karena tertarik dengan teknik konstruksi bangunan. ”Kebetulan Mas Wid (sebutan untuk dosennya) menjadi pembimbing skripsi saya. Ikutlah saya ke proyek itu agar bisa makin dapat ilmunya. Apalagi selama mengerjakan proyek Mas Wid selalu mendampingi,” ujar Haikal.
Baca juga: Kreasi SMK Berkibar di Landas Peraga
Terjun langsung ke lapangan, melihat lahan tempat bangunan akan dibuat sesuai kebutuhan warga, menjadi hal penting bagi dirinya sebab ia merasa selama pandemi praktikum lebih banyak dilakukan secara daring. ”Ketika harus praktik langsung dan meninjau ke Pulau Untung Jawa, saya merasa banyak mendapat pelajaran baru. Tak hanya bagaimana membuat bangunannya agar kuat, aman bagi penghuni, tetapi juga berkomunikasi dengan warga yang akan menggunakan,” katanya. (DOE/IAN/TRI)