Denny Wirawan hingga Asha Smara Darra mengulurkan tangan untuk mendukung desainer-desainer belia memperluas wawasannya. Kreasi-kreasi pelajar SMK itu pun dipamerkan di landas peraga yang kerap tergolong bergengsi
Oleh
DWI BAYU RADIUS, WISNU DEWABRATA
·5 menit baca
Para pelajar sekolah menengah kejuruan yang menekuni tata busana tak lagi menjadi jago kandang dengan hanya berkutat mendesain bajunya di kelas. Mereka memamerkan karyanya di landas-landas peraga yang tak jarang tergolong bergengsi dengan dimentori desainer kondang.
Tangis sejumlah siswi spontan meledak seusai pengumuman pemenang peragaan busana bertajuk ”Ruang Kreatif: Batik Kudus in Fashion”, di Kudus, Sabtu (13/8/2022). Ketegangan yang memuncak lantas meluap dengan sukacita sekaligus keharuan seraya mereka berangkulan dan menyeka air matanya.
Sesaat sebelumnya, para pemenang tak serta-merta diumumkan. Beberapa peragawati hanya dipersilakan untuk kembali melenggang di landas peraga. Desainer-desainer muda yang mendapati karyanya menjuarai kontes itu kontan melonjak-lonjak kegirangan. Sekejap kemudian, barulah pewara menyebutkan kampiun yang bersangkutan.
Mufida Khairul Muna (17) termasuk pelajar yang larut dalam sedu sedan. Ia bersama 12 rekannya dianugerahi pemenang kategori kelompok terbaik. Murid-murid kelas XII SMK Nahdlatul Ulama (NU) Banat Kudus, Jawa Tengah, tersebut sungguh tak menyangka lantaran saingannya begitu banyak.
”Karya mereka bagus-bagus. Kalau terlalu berharap takutnya nanti kecewa. Waktu menang, enggak sadar semuanya langsung nangis,” ujar Mufida di Kudus, Sabtu (13/8/2022). Ia dan teman-temannya tergabung dalam kelompok 5. Mereka mengusung tema ”Revati” dari bahasa Sanskerta yang berarti kemakmuran.
”Persiapannya dua minggu. Banyak yang enggak mengenakkan. Sering berdebat, pulang malam, dan waktu lomba deg-degan. Akhirnya, kerja keras kami terbayar,” ujar Mufida. Ketua kelompok 5 itu sungguh bangga tak hanya menggondol juara, tetapi juga dibimbing desainer terkenal.
Denny Wirawan mementori kelompok 5 lewat panggilan video pada 1 Agustus 2022. Sepekan kemudian, mereka bertatap muka langsung. ”Pak Denny humble (rendah hati) banget. Saya semakin yakin mengambil pilihan yang tepat dan menjadi desainer,” kata Mufida.
Bukan hanya Mufida, murid-murid SMK NU Banat Kudus lain juga bersuka hati. Kelompok 3, misalnya, menyabet juara kategori sustainable fashion (mode yang berkelanjutan) dengan tema ”Basundari”. Sementara, kelompok 1 meraih juara kategori batik kudus bertema ”Sheng”.
Kegembiraan serupa juga melingkupi para pelajar SMK Negeri 3 Kudus. Tema ”The Blessing of Parijoto” mengantar kelompok 11 menjuarai kategori ready to wear. Kelompok 3 tak ketinggalan dengan menjadi tim terbaik sekolahnya yang mengetengahkan tema ”Jaring Laba-laba”.
Kejutan belum berhenti dengan Denny yang menyerahkan penghargaan kategori mentor favourite look kepada karya kelompok 2 SMK NU Banat Kudus bertema “Tabaco”. Kelompok 6 sekolah itu juga memenangkan kategori Harper’s Bazaar favourite look dengan tema ”Paciencia”.
Bersama Bakti Budaya Djarum Foundation, Denny berkolaborasi untuk memperluas pengetahuan perancang-perancang belia. Mereka berasal dari sekolah-sekolah binaan Bakti Pendidikan Djarum Foundation. Kompetisi itu melibatkan 182 individu yang terdiri atas 14 kelompok.
”Pengalaman baru berbagi ilmu yang saya peroleh selama tujuh tahun tentang batik Kudus. Mereka sangat antusias. Saya ikut terdorong untuk terus belajar,” ucap Denny. Begitu besar keingintahuan para peserta mempelajari materi, ia sampai menjawab banyak sekali pertanyaan.
Bekerja sama
Rasendriya Jihan Widya (17) turut tampil bersama enam rekannya pada acara tahunan bergengsi, Semarang Fashion Trend (SFT) 2022, Jateng, 4-6 Agustus lalu. Ada delapan rancangan busana bertema ”Snowy Tokyo” ditampilkan gadis kelas XII SMK Negeri 6 Semarang ini.
Jihan bangga karena pada SFT 2022, kreasinya diperagakan peragawati dan peragawan profesional. Busana itu juga ditampilkan sepanggung bersama karya desainer senior yang tentunya sudah punya nama. Sebut saja Sudarna Suwarsa, Elkana Gunawan, Bramanta Wijaya, dan Tuty Adib, perancang busana Muslim langganan Ibu Negara Iriana Joko Widodo.
Parade yang digelar maraton di Fashion Runway Hall Balai Besar Pelatihan Vokasi dan Produktivitas Semarang itu diikuti lebih dari 100 desainer senior maupun yunior, termasuk dari sekolah mode. Jenama yang ditampilkan bahkan sudah dikenal di luar negeri. Sekolah-sekolah lain seperti SMK Negeri 1 Salatiga dan SMK Negeri 1 Tengaran juga berpartisipasi.
Guru pembimbing Jihan, Dewi Zulaekah, menyebut pihaknya rutin bekerja sama dengan banyak desainer profesional di kotanya. Pada tahun 2021, SMK Negeri 6 Semarang ikut menampilkan karya beberapa murid di Jogja Fashion Week. Beberapa lomba merancang busana rutin antar SMK, sekolah mode, atau instansi pemerintahan juga kerap diikuti. ”Pastinya bangga, ya, apalagi sepanggung dengan desainer terkenal. Jika mengembangkan brand sendiri setelah lulus, mereka bisa lebih percaya diri,” ujarnya.
Kerja sama dengan nama-nama desainer profesional sudah biasa dilakukan. Kadang, kerja sama dalam bentuk asistensi, workshop, dan ajakan kerja bareng disanggupi untuk membantu para desainer mengerjakan pesanan atau proyek tertentu. ”Beberapa nama desainer yang punya hubungan baik dengan kami seperti Inge Chu, Fenny Chen, Christine Wibowo, dan beberapa butik serta garmen,” ujar Dewi.
Perancang ternama
Peragaan busana juga rutin diselenggarakan SMK Negeri 30 Jakarta. Wadah ekspresi murid-murid tersebut dilengkapi Job Fair dengan sejumlah perancang ternama yang tak jarang ikut urun rembuk untuk menambah wawasan mereka. Oscar Lawalata, contohnya, menurunkan tim untuk menyampaikan paparan pada Mei 2022.
Mereka juga membuka peluang rekrutmen untuk lulusan sekolah itu. Bahkan, beberapa siswa sedang merampungkan PKL yang difasilitasi Oscar. ”Sejak tahun 2014, fashion show digelar untuk aktualisasi yang sangat prestisius dan bergengsi buat murid,” kata Kepala SMK Negeri 30 Jakarta Sri Endang Rahayu.
Pada 23 Juli 2022, umpamanya, sekitar 30 peserta yang saat itu masih duduk di kelas XII menuntaskan tugas akhir untuk memenuhi syarat kelulusannya, tahun ini. Bersama mereka, 63 alumnus yang lulus pada tahun 2021 turut mempersembahkan rancangannya.
”Soalnya, tahun 2021, peragaan busana tidak dilaksanakan,” kata Ketua Panitia Fashion Show SMK Negeri 30 Jakarta Tahun 2022 Mega Puspa Aulia (19). Hasrat unjuk kebolehan begitu besar sehingga alumni tahun 2021 pun tetap semangat untuk berpartisipasi. Total, sekitar 80 busana dipamerkan.
Lebih kurang lima kelompok lulusan tahun 2022 menyuguhkan pakaian bertema ”Rexiel”. Berbeda dengan tema “Puranata” yang diambil 10 kelompok lulusan tahun sebelumnya. ”Sudah tradisi. Jadi, alumni tahun lalu tetap pengin ikut meski sudah tamat sekolah,” ujar Mega yang lulus pada tahun 2021 itu.