Almas Fauziyah dan Ginaris Sekar Arum Pinasti Ciptakan Detektif Makanan dari Kudus
Dua siswi MAN 2 Kudus menciptakan pulpen yang bisa mendeteksi bahan berbahaya dalam makanan.
Oleh
Soelastri Soekirno
·4 menit baca
Maraknya pemakaian zat berbahaya seperti boraks, formalin dan pewarna berbahaya pada aneka makanan menggerakkan hati Almas Fauziyah (17) dan Ginaris Sekar Arum Pinasti (16) membuat pulpen untuk tes kandungan bahan berbahaya pada makanan. Inovasi dua siswi Madrasah Aliyah Negeri 2 Kudus, Jawa Tengah, itu meraih medali emas pada Internastional Exhibition for Young Inventors yang diadakan secara daring di Kazan, Rusia pada 1 November 2021.
Menurut Almas, Ide membuat alat tes pendeteksi zat berbahaya pada makanan dalam bentuk pulpen ia dapat dari cerita di komik tentang kisah detektif yang ia baca. Dalam perbincangan lewat Zoom dari sekolahnya di Kudus, pada Rabu (17/11/2021), ia menjelaskan, alat deteksi berbentuk tersebut juga praktis sebab banyak orang tak tahu fungsi tambahannya selain untuk menulis. Selain itu, ia mudah dibawa dan tak perlu membawa reagen di tempat berbeda.
Almas hari itu mendapat pendampingan dari dua guru pembimbing, Widayato (guru keterampilan dan kewirausahaan) dan Ekadina Dzawil Ulya (guru fisika). Sementara Sekar berhalangan hadir karena sedang periksa kesehatan ke RS di Semarang.
Ia menceritakan kekhawatiran mengenai adanya kandungan zat berbahaya pada aneka makanan yang dijual di pasar dan tempat lain. Perasaan itu memunculkan keinginan dia dan Sekar membuat alat deteksi zat berbahaya.
”Kalau sedang tidak di asrama sekolah, saya sering ke pasar di dekat rumah saya. Di pasar saya melihat ada makanan seperti manisan kolang-kaling warna merah dan hijau mencolok. Warnanya tidak wajar. Juga makanan lain,” jelas Almas. Ia dan Sekar berunding untuk mencari tahu apa kandungan dalam makanan itu. Tema proyek mereka itulah yang diajukan kepada Widayato.
Perihal ide siswanya membuat inovasi, Widayato menjelaskan, setiap tahun seluruh siswa MAN 2 Kudus mendapat tugas membuat karya inovasi untuk memupuk keterampilan berwirausaha. ”Kebetulan Sekar dan Almas jadi satu tim dan mengajukan tema itu. Dari sekian banyak ide, kami menyeleksi untuk disertakan ke kompetisi, misalnya yang diadakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,” ujar Widayato.
Keunggulan pulpen detektif selain praktis, mudah digunakan, juga berisi reagen dari bahan aman bagi kesehatan. Dua siswa memilih bahan reagen dari tanaman yang mudah didapat di sekitar mereka. Ada tiga ekstrak tumbuhan yang mereka jadikan reagen, ubi ungu, daun pacar air dan bunga telang. Almas dan Sekar mendapatkan bahan-bahan itu setelah riset ke berbagai jurnal ilmiah.
Salah satu penelitian yang menjadi dasar pemilihan bahan reagen, berjudul Inventarisasi Bahan Tambahan Makanan Penyebab Positif Palsu pada Uji Kualitatif Boraks dengan Filtrat Ubi Ungu karya Arista Suci Andini, Syuhriatin, dan Diaul Maftuha dari Jurusan Biologi, Universitas Islam Al-Azhar, Indonesia.
Dalam jurnal itu antara lain disebutkan, ekstrak ubi ungu dapat digunakan sebagai pendeteksi boraks karena ekstrak ubi ungu mengandung senyawa antosianin. Senyawa itu dapat mendeteksi adanya kandungan boraks pada makanan.
Praktis dan sederhana
Cara kerja pulpen detektif praktis dan sederhana. Bagian makanan yang akan di tes cukup ditetesi cairan reagen dari dalam pulpen. Dalam sekian detik, warna makanan akan berubah sesuai kandungan yang ada di dalamnya. Misalnya keberadaan boraks akan ditunjukkan dengan munculnya warna hijau pada makanan mengandung boraks.
Para siswa mengerjakan inovasi itu dalam dua bagian, pertama pada awal tahun 2020 ketika mengikuti lomba yang diadakan LIPI dan kemudian menyempurnakan temuan sekaligus mewujudkan pulpen detektif yang semula baru dibuat dalam bentuk prototipe.
Kendala muncul ketika Almas dan Sekar kesulitan menahan ekstrak reagen ke dalam isi pulpen. Ternyata ujung pulpen tidak mampu menahan cairan reagen sehingga bocor. Anak-anak itu harus mencari bahan lain untuk mengganti ujung pulpen. ”Kira-kira seminggu kemudian barulah mereka berhasil menemukan bahan pengganti. Ketika ujung pulpen ditekan reagen baru mau keluar,” tambah Ekadina.
Setelah menang lomba inovasi, Sekar dan Almas berencana mengurus hak paten produk buatannya sebelum menerima ajakan kerja sama dari instansi dan menjual secara bebas alat tersebut ke masyarakat. Badan Pengawasan Obat dan Makanan Jawa Tengah sudah menghubungi pihak sekolah untuk menjajaki kerja sama pembelian alat tersebut.
Kabar itu menggembirakan dua siswi MAN 2 Kudus tersebut. Mereka berharap temuan itu bisa memudahkan petugas pengawas makanan mendeteksi zat berbahaya dalam makanan dan ikut menyadarkan masyarakat mengenai bahaya mengonsumsi pangan yang mengandung zat berbahaya. (TRI)
Ginaris Sekar Arum Pinasti
Nama panggilan: Sekar
Tempat Lahir: Kudus, 2004
Prestasi:
Juara 2 National Young Inventors Award (NYIA) LIPI 2020
Meraih medali emas pada International Exhibition for Young Inventors (IEYI) di Kazan, Rusia, tahun 2021
Almas Fauziyah
Nama panggilan: Almas
Tempat lahir : Jepara, 2003
Prestasi:
Juara 2 lomba esai pada Festival Lomba Seni Siswa Indonesia Kabupaten Jepara tahun 2018,
Juara 2 National Young Inventors Award (NYIA) LIPI tahun 2020
Meraih medali emas pada International Exhibition for Young Inventors (IEYI) di Kazan, Rusia, tahun 2021