Kegigihan Pers Kampus
Kegiatan jurnalistik di kampus masih terus berjalan selama masa pandemi.
Para mahasiswa yang bergelut di bidang jurnalistik tak mau menyerah dengan kondisi pandemi. Berbagai upaya dilakukan agar kegiatan terus berjalan. Kerja jurnalistik menyajikan berita akurat tak berhenti. Di sisi lain, beragam event juga tetap digelar secara virtual.
Liputan ke lapangan menjadi kesempatan langka bagi mereka yang bergabung di pers mahasiswa. Dengan segala daya upaya, jurnalis mahasiswa tetap melihat peristiwa secara langsung sehingga bisa melaporkannya menjadi berita secara lengkap.
Faizah Diena Hanifa, mahasiswa Program Studi Ilmu Politik Universitas Indonesia, Depok, belum melupakan pengalamannya meliput kasus sengketa tanah di sebuah kawasan di Jakarta Selatan. Saat itu, bulan Maret 2021, Diena bersama teman-temannya sampai menginap di rumah penduduk untuk bisa merasakan kehidupan warga yang tanahnya tergusur. Sebagai Pemimpin Umum Suara Mahasiswa UI, Diena tetap mau membantu peliputan.
”Liputannya dengan pendekatan ke personal. Aku ngikuti cara hidup mereka, bersosialisasi dengan warga dan anak-anak. Ikut mereka mancing atau mengajar anak-anak SD. Dengan begitu, kami bisa lebih memahami permasalahan yang dihadapi mereka,” kata Diena yang dihubungi pada Kamis (19/8/2021).
Selama satu bulan, Diena dan teman-temannya investigasi terkait dengan masalah tanah tersebut. Laporan liputan ditulis menjadi beberapa artikel di website suaramahasiswa.com. Selain itu, mereka juga meliput berita-berita harian lainnya. Sebenarnya, Redaksi Suma UI diperkuat oleh reporter sebanyak 48 mahasiswa, tetapi selama pandemi sebagian dari mereka pulang ke rumahnya. ”Aku sebagai PU berusaha membantu redaksi, kalau ada yang enggak bisa turun ke lapangan, ya, aku gantikan,” kata Diena.
Pandemi membuat cara kerja redaksi ikut berubah. Mereka juga jadi lebih sering wawancara melalui telepon, panggilan video atau melalui Zoom. Namun, Diena mengatakan, mereka tetap konsisten mengisi berita harian dan tabloid Gerbatama yang memuat isu-isu seputar Kampus UI. ”Untuk pemilihan isu, kami mengadakan rapat mingguan dengan ketua-ketua divisi. Kira-kira dalam seminggu, mau mengerjakan apa saja. Lalu, ada juga rapat bulanan bersama semua staf,” ujar Diena.
Untuk mengisi website, redaksi membagi dua tim reporter, untuk menulis artikel hard news dan soft news. ”Di awal pandemi, kami mengumpulkan nomor kontak para narasumber supaya ketika dibutuhkan secara mendadak, kami bisa lebih mudah menghubungi mereka. Kalau mau janjian wawancara, kami tanya lebih dulu, apakah bersedia ditemui atau melalui telepon,” kata Diena.
Tidak hanya melaksanakan pekerjaan redaksi dengan baik, Diena bersama teman-temannya juga berusaha memperbaiki tampilan website. ”Januari 2021 kami rebranding Suma UI, supaya tampilan website lebih menarik dan enak dibaca. Selain itu, kami membuat evaluasi apakah berita-berita Suma banyak diminati pembaca. Akhir-akhir ini, jumlah pembaca semakin naik, apalagi ketika kami menulis artikel terkait statuta UI,” kata Diena.
Cara kerja yang hampir sama dilakukan Lembaga Penerbitan Kampus Invest milik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, Jawa Tengah. Meski penerbitan cetak dua produk Invest berupa Warta Ngaliyan dan majalah Invest tak bisa disebarkan, tim redaksi tetap membuatnya untuk diedarkan lewat jalur daring kepada para mahasiswa di fakultas itu. Sementara situs lpminvest.com tetap mengunggah berita terbaru.
”Selain sudah menjadi komitmen, kami juga punya kewajiban untuk tetap membuat Warta Ngaliyan dan majalah Invest terbit walau waktunya agak mundur dari jadwal,” tutur Dwi Ari Apriliani, Pemimpin Redaksi LPM Invest, melalui sambungan telepon pada Rabu (18/8/2021). Sebenarnya ia baru lulus dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Walisongo. Namun, karena masa jabatan sebagai pemred belum selesai, ia masih harus melakukan tugasnya.
Gadis yang biasa dipanggil Ari itu menjelaskan, pihak kampus meneruskan dana dari mahasiswa untuk membiayai penerbitan tiga produk LPM Invest yang berdiri tahun 2014. Menurut Ari, mahasiswa sudah membayar langganan majalah kampus lewat uang kuliah yang mereka bayarkan setiap semester.
Majalah dan warta produk LPM Insvest terbit dalam 48 halaman. Oplah penerbitan rata-rata mencapai 500 eksemplar. Isi penerbitan, selain informasi umum, opini yang bermanfaat bagi mahasiswa, ada juga mengenai tulisan yang mengkritisi kebijakan pimpinan kampus. Misalnya tentang fasilitas bagi mahasiswa, ruang kuliah yang panas dan kebijakan mengenai kuliah pada malam hari.
”Kami pernah kena tegur pimpinan fakultas karena judul tulisan dianggap terlalu keras. Tak apa, kami perbaiki judulnya saja, tetapi isi tidak diubah he-he-he,..,” ujar Ari, Pemimpin Redaksi LPM Invest periode 2020/2021. Menurut dia, biasanya pimpinan kampus merespons kritik dari para mahasiswa lewat media mereka. Fasilitas yang mahasiswa persoalkan diperbaiki, kuliah pada malam hari yang dianggap rawan bagi mahasiswi kemudian ditiadakan.
Pada awal pandemi, kinerja tim sempat terhambat lockdown di kampus yang berada di kawasan Ngaliyan Semarang. Tim kemudian sempat mencari tempat untuk bertemu guna merundingkan cara kerja dan isi majalah dan Warta Ngaliyan. ”Kami sempat bertemu di kafe di dekat kampus pada awal pandemi sebelum benar-benar kampus menghentikan pembelajaran tatap muka.
Sebelum pandemi, diskusi dan rapat perencanaan dan menulis kami lakukan di kantor LPM Invest dalam kampus,” kata Ari. Pertemuan di luar kampus itu diadakan pada awal April 2020.
Ketika pandemi tak kunjung reda, dan kampus memutuskan pembelajaran hanya lewat daring, ia dan anggota redaksi lain sempat memindahkan kegiatan keredaksian ke rumah indekos salah satu anggota yang mudah dijangkau. Namun, sejak Desember 2020 sebagian anggota ti,m redaksi, termasuk dirinya pulang kampung.
”Sesekali kami bertemu. Paling tidak sekali sampai dua kali per bulan kami bertemu di Semarang untuk diskusi dan rapat. Biasanya saya tidur satu malam di kos kawan, lalu besoknya pulang ke Pati,” ujar Ari yang mengendarai sepeda motor sendirian selama 2,5 jam dari rumah orangtuanya di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, ke kawasan kampus UIN Walisongo Semarang. Selain menentukan tulisan apa saja yang akan dimuat di media mereka, ia juga membagi tugas kepada teman-teman satu tim.
Pembagian tugas ia lakukan agar situs terisi dengan berita terbaru dan dua produk lain tetap bisa terbit. Calon anggota LPM mendapat tugas mengisi situs. Tulisan mereka lebih banyak membuat berita (hardnews) sesuai dengan kemampuan. Isi situs, tiga kali dalam seminggu, harus diperbarui. Selain calon anggota LPM, anggota LPM juga boleh mengisi dengan tulisan berbentuk opini dan lainnya.
Sebelum pandemi, dua produk cetak LPM itu teratur terbit satu kali per semester diberikan kepada para mahasiswa, tetapi sekarang akan langsung dibuat untuk dua edisi tahun 2021. Peredarannya akan dilakukan secara daring untuk memudahkan mahasiswa mengaksesnya.
Meski pembagian tugas sudah dilakukan, pandemi membuat anggota yang mendapat tugas menulis kadang-kadang tidak bisa menyelesaikannya karena banyak tugas dari dosen. ”Kadang-kadang mereka sulit dihubungi lewat telepon. Kalau sudah begitu menjadi tugas saya untuk menggantikan dia membuat tulisan yang sudah dijadwalkan terbit untuk edisi ini,” tuturnya. Ia mengaku pembatasan kegiatan menyulitkan ia dan tim mencari bahan dan narasumber, tetapi dengan segala upaya akhirnya tulisan bisa selesai sebelum tenggat waktu.
Saat ini LPM Invest beranggota 40 mahasiswa ditambah 23 kru magang. Setelah menjalani pelatihan selama setahun, kru magang akan naik tingkat menjadi anggota LPM. Setiap tahun sekitar 100 mahasiswa mendaftar ikut seleksi menjadi kru magang LPM Invest UIN Walisongo. Dari jumlah itu, 20-25 orang biasanya lolos menjadi kru magang.
Kompetisi daring
Selain urusan keredaksian, pers mahasiswa juga menyelenggarakan event terkait dengan bidang jurnalistik. Salah satunya dilakukan oleh Kompas Corner Universitas Widya Mandala Surabaya yang menggelar Youth Culture 5.0 dengan mengadakan lomba Instagram Magazine bertema ”Digital As The New Normal pada Juli lalu.
Lomba dengan mengundang peserta siswa SMA seluruh Indonesia ini diawali dengan pelatihan jurnalistik. Pada puncak acara, mereka mengundang Aulion, kreator konten untuk berbicara mengenai mengisi konten kreatif selama pandemi. Semua rangkaian acara dilakukan secara daring. Sebelum pandemi, ajang tahunan itu berlangsung secara tatap muka dengan mengadakan pelatihan jurnalistik yang mengundang peserta mahasiswa.
Project Manager Kompas Corner UWM Marcella Trifani Wongkar mengatakan, persiapan acara YC 5.0 dilakukan selama dua bulan. ”Kendala yang sering kami alami soal komunikasi yang semuanya dilakukan secara online karena hampir semua panitia pisah kota. Kadang apa yang kami sampaikan ditangkap berbeda dengan teman lain,” ujar Fani yang berada di Palu selama kuliah jarak jauh.
Situasi itu hampir sama dengan yang dialami Kompas Corner Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Tangerang, Banten, yang dipimpin Vincent Alston dari Surabaya. Vincent berkoordinasi dengan teman-temannya di Tangerang dan kota lainnya secara daring. Komunikasi pun sempat terkendala dengan adanya anggota yang mangkir.
”Pertama kali dilantik sempat bingung karena belum pernah ketemu teman-teman. Ada anggota yang lebih senior dari aku, itu jadi tantangan juga. Pas rapat virtual, masih diem-dieman kalau ditanya ada ide apa. Aku usul supaya ada malam kearakraban virtual, dari situ baru mulai mencair,” kata Vincent, mahasiswa Program Studi Film UMN.