Made Indra Dananjaya Ciptakan Inovasi Buah Beku untuk Bantu Petani
Made Indra Dananjaya menciptakan inovasi buah beku untuk membantu petani menaikkan harga buah hasil panen mereka.
Oleh
Soelastri Soekirno
·4 menit baca
Sedih melihat buah yang tak terjual terbuang percuma, Made Indra Dananjaya (25) berupaya menyelamatkan aneka buah agar tak menjadi sampah. Ia mendirikan Bali Food Industry yang memproduksi air lemon kemasan dan membekukan (frozen) aneka buah untuk menampung hasil tanaman petani. Pasar di Bali dan pulau lain menyambut baik usahanya sampai ia kewalahan memenuhi permintaan.
Berkat idenya, warga Bali dengan mudah mendapatkan 15 jenis buah dan sayur, seperti alpukat, strawberi, mangga, dan wortel yang sudah dibekukan (frozen) serta air jeruk lemon dalam botol. Bahkan, aneka jenis buah dan sayur beku akan merambah Jakarta dan sekitarnya dalam waktu dekat.
Toh, keberhasilannya itu belum membuat Made Indra puas. Ia masih punya rencana besar agar Indonesia memiliki ketahanan pangan yang kuat dengan mengajak anak muda menjadi petani seperti dirinya.
Dari sisi teknologi pangan, alumnus Program Studi Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor itu terus membuat inovasi agar makin banyak hasil panen di bidang pertanian, peternakan, dan perikanan dalam negeri tak terbuang karena harga komoditas jatuh.
Saat ini, ia sedang membesarkan usaha dengan mengajak petani menanam jeruk lemon dan alpukat. Ia membimbing dan menjamin kelak akan menampung hasil panen mereka dengan harga wajar. Ada sekitar 5 hektar lahan milik sembilan petani di Kabupaten Negara, Bangli, dan Singaraja yang sudah bermitra dengannya. Pohon jeruk akan berbuah saat berumur 1,5 tahun, sedangkan pohon alpukat mulai berbuah pada usia tiga tahun.
Bagi Made Indra, bidang pertanian sudah menarik perhatiannya sejak ia belajar di SMA. Ia tak tertarik ke bidang teknik, ekonomi, dan hukum tetapi memikirkan opsi belajar di bidang pendidikan, kedokteran, atau pangan. ”Masalahnya saya tak suka mengajar, jadi dokter, tak ada passion. Tapi sampai kapan pun orang akan tetap butuh pangan,” katanya pada Rabu (9/6/2021) lewat telepon. Kebetulan waktu itu ada tim dari IPB datang ke sekolahnya untuk mengenalkan perguruan tingginya. Ia pun mantap memilih kuliah di IPB.
Merasa tertampar
Lulus dari IPB, ia mengikuti program pertukaran di bidang pertanian di Ohio State University, AS. Di situlah matanya terbuka setelah melihat betapa serius petani Amerika Serikat mengurus lahan pertanian. Begitu pula saat ia bekerja di lapangan golf di New York. ”Orang Amerika itu pekerja keras. Mereka sangat serius bekerja. Saya seperti tertampar melihatnya,” kata Made.
Pada hari libur, ia sering berjalan-jalan ke supermarket. Dia lihat banyak buah, sayuran, daging, ikan dibuat dalam bentuk frozen. ”Apa pun ada sehingga ketika tak sedang musim buah A misalnya, kita tetap bisa makan dari frozen,” ujarnya.
Pulang dari AS, orangtuanya memintanya mencari pekerjaan. ”Ya, sama seperti orangtua lainnya. Tapi saya tak berminat jadi pegawai negeri atau karyawan di balik meja,” tutur Made. Ia lalu membuka usaha pembersihan tembok atau gedung dengan semprotan air sambil membuat usaha pemerasan jeruk lemon. Hal itu ia lakukan karena pernah melihat petani jeruk lemon dan komoditas buah lain kecewa saat harga hasil panennya jatuh sehingga tak menutup biaya produksi. Banyak di antara mereka memilih membuang buah hasil panen.
Setiap petang hingga tengah malam, ia memeras jeruk. ”Waktu itu masih pakai tangan, rasanya capek sekali, tapi sudah niat, he-he-he,” katanya. Ayah dan ibunya belum paham dengan apa yang dilakukan anak kedua dari tiga bersaudara tersebut. Menurut Made, ibunya sampai bingung menjelaskan kepada orang yang bertanya ia bekerja di mana.
Usaha sejak 13 September 2019 itu menampakkan hasil. Ia memasarkan air lemon kemasan lewat media sosial dan jalur teman, ternyata laris. Made juga kerap ke kafe dan hotel untuk menanyakan kebutuhan air jeruk lemon dan buah-buahan. Bak gayung bersambut, banyak kafe dan hotel butuh dua barang itu agar tak menolak pesanan jus buah tertentu karena sedang tidak musim.
Ia ingat kejadian petani yang membuang buah panenan karena harga jatuh dan kawannya membeli alpukat tetapi sering zonk karena daging buah di dalamnya busuk. ”Kejadian itu membuat saya mencoba membuat buah frozen,” ujar Made. Lewat berbagai percobaan dan cara, ia memastikan kandungan vitamin dan lainnya dalam buah yang dibekukan tak berkurang. Lewat akun Instragram ia terus mengedukasi konsumen mengenai mutu dan kandungan vitamin buah atau sayur beku.
Usahanya berhasil. Permintaan buah frozen dan air lemon dari kafe dan hotel berdatangan, tetapi begitu pandemi Covid-19 melanda, order turun hingga separuh. Made Indra tak berkecil hati, ia menyasar warga rumahan yang mulai hidup sehat dengan sering membuat jus atau smoothie. Walau belum seramai dulu, setidaknya ia menjual ber ton-ton buah frozen yang bahannya ia dapat dari petani buah di Bali, Jawa Timur, dan Jawa Barat. Usaha memperkuat ketahanan pangan dan membantu petani berjalan sukses.
Made Indra Dananjaya
Pekerjaan: Pendiri Bali Food Industry (2019-sekarang)
Pendidikan:
SMAN 3 Denpasar (2010-2013)
Institut Pertanian Bogor Prodi Agronomi & hortikultura, Fakultas Pertanian (2013-2017)
Ohio State University Global Exchange Program for Agriculture (2018-2019)
Summerhill Landscape Intern, New York (Maret 2018-Desember 2018)