Banyak cara yang bisa dilakukan generasi muda untuk kampanye pelestarian lingkungan melalui media sosial.
Oleh
Susie Berindra
·5 menit baca
Di era digital, kampanye pelestarian lingkungan bisa dilakukan melalui media sosial. Meski tak bertatap muka, para pegiat pelestarian lingkungan bisa memengaruhi sekaligus mengajak anak muda untuk ikut menjaga alam. Malahan, media sosial bisa lebih efektif terutama di masa pandemi.
LSPR Climate Change Champions Club (LSPR 4C) yang menjadi wadah mahasiswa London School of Public Relations Jakarta untuk kegiatan pelestarian lingkungan terus beraktivitas meski melalui daring. Kegiatan terbaru adalah kompetisi LOADING: Lomba DIY Lingkungan LSPR 4C. Melalui kompetisi itu, peserta ditantang untuk membuat video DIY (do it yourself) mendaur ulang suatu barang menjadi barang baru yang menarik.
Antuasiasme peserta cukup lumayan untuk lomba yang diselenggarakan melalui media sosial ini. Pengumuman dengan mengunggah video pemenang pada Jumat (28/2/2021). Juara 1 diraih Gusti Putu Iangy Marina yang membuat tas keren dari plastik kresek.
Gerakan pelestarian lingkungan melalui media sosial juga dilakukan Fabianus Bayu yang tinggal di Tuban, Jawa Timur. Secara berkala setiap minggu, dia mengunggah karya komik berisi ajakan untuk menjaga satwa liar. Bagi Fabi, satwa liar harus dibiarkan di alamnya dan jangan dipindahkan ke rumah.
Fabi menamakan seri komiknya, Eat & Run, yang merupakan dua ciri makhluk hidup, lari untuk makan, lari untuk tidak dimakan. Dalam salah satu gambar uang diunggah pada awal Mei 2021, Fabi memberi judul Kisah Macan Jawa yang mengangkat cerita tentang harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) dan macan tutul Jawa (Panthera pardus melas). Dia memberi keterangan pentingnya kedua satwa liar yang memiliki peran ekologis sebagai pengontrol populasi mangsa seperti rusa dan babi hutan.
Sementara itu, Indorelawan sejak Agustus 2020 membentuk komunitas Generasi Bebas Plastik. Saat ini, di media sosial, mereka gencar merekrut sukarelawan batch 2. Perekrutan sukarelawan dilakukan dengan cara pelatihan kelas secara daring serta praktik ke lapangan dengan memperhatikan protokol Kesehatan yang ketat. Perpaduan dua kegiatan secara daring dan tatap muka ini mau tidak mau dilakukan supaya aktivitas tetap bisa berjalan. Meski demikian, komunitas tetap dapat mengajak ratusan sukarelawan untuk kampanye mengurangi sampah plastik.
Kreatif
Para aktivis lingkungan dituntut untuk kreatif dalam aktivitasnya menjaga kelestarian alam. Kampanye untuk menyadarkan masyarakat mencintai alam harus diulang-ulang. Untuk itulah, saat pandemi, satu-satunya jalan hanya mengoptimalkan media sosial dan kegiatan melalui daring.
Ketua LSPR 4C R Reinda Cayari yang juga mahasiswa Jurusan Public Relations LSPR menghadapi tantangan besar ketika menjadi pengurus sejak tahun lalu. Saat itu, pandemi Covid-19 sudah memaksa semua orang berada di rumah saja.
”Kami mengadakan kegiatan secara online, jadinya agak sulit juga mengajak orang untuk berpartisipasi. Selama ini, kami mengadakan tiga kali webinar, peserta cukup banyak ketika kolaborasi dengan komunitas lainnya, seperti Yayasan Kehati,” kata Reinda yang dihubungi di Jakarta, Kamis (27/5/2021).
Banyak kegiatan rutin komunitas yang tertunda sejak setahun terakhir. Salah satunya, menurut Reinda, Earth Hour yang berlangsung setiap tahun. Akhirnya, kegiatan secara daring menjadi pilihan terbaik. Mereka mengadakan berbagai kompetisi yang bisa sekaligus menyadarkan masyarakat. Salah satunya kompetisi LOADING: Lomba DIY Lingkungan LSPR 4C yang baru saja usai. Sebelumnya, ada kompetisi Lomba Desain Poster ”Dari Pohon Kembali ke Kita”.
Meski demikian, Reinda bersama pengurus lainnya berusaha ikut dalam aksi nyata. Akhir tahun lalu, Ranger of Change LSPR berpartisipasi kampanye #AksiDemiBumi dari Jaga Indonesia dan Ruma Beta Foundation. Dalam kegiatan itu, mereka mengumpulkan botol plastik PET yang bisa didaur ulang. Mereka berhasil mengumpulkan 27,25 kilogram botol plastik untuk didaur ulang.
Gerakan penyelamatan lingkungan melalui kampanye pelrlindungan satwa liar dilakukan Fabianus Bayu. Fabi, panggilan akrabnya, setiap minggu mengunggah dua konten gambar komik ke akun Instagram miliknya.
Dengan gambar-gambar yang lucu dan menarik, Fabi mengajak pengikutnya untuk mencintai dan menjaga satwa liar. Konten serial komik Eat & Run sudah diisinya sejak dua tahun lalu. Fabi juga digandeng Biodiversity Warriors dari Yayasan Kehati untuk beberapa kegiatan yang terkait dengan fotografi dan ilustrasi.
Tak punya harapan yang muluk-muluk, melalui karyanya Fabi ingin mengajak anak muda mengenal satwa liar dan berpartisipasi dalam kegiatan konservasi. ”Yang penting aku kenalin aja dulu,” katanya.
Salah satu pengalaman menarik bagi Fabi adalah ketika dari perubahan perilaku orang lain saat melihat gambarnya. Saat itu, Fabi membuat gambar mengenai bahaya menerbangkan balon gas ke udara yang sampai ke bumi bisa dimakan satwa liar terutama di laut. ”Dari postingan itu, ada yang komentar kalau dia batal menggunakan balon gas diterbangkan ke udara dalam resepsi pernikahannya setelah melihat gambar saya,” cerita Fabi.
Membentuk komunitas
Keterbatasan jarak tak membendung generasi muda untuk membentuk komunitas pecinta lingkungan. Generasi Bebas Plastik yang digagas Indorelawan beberapa minggu terakhir sedang gencar merekrut sukarelawan. Melalui media sosial, mereka mengajak anak muda untuk mengurangi sampah plastik.
Leader Generasi Bebas Plastik Shendy Ristandi yang juga Project Officer Indorelawan mengatakan, sejak Agustus 2020, pembentukan komunitas sudah dimulai dengan pilot project yang diikuti 50 orang. Kemudian pada Maret 2021, selama satu bulan sebanyak 100 relawan mengikuti program Generasi Bebas Plastik Batch 1 secara daring dan tatap muka. ”Kegiatan dilakukan 80 persen online dan 20 persen offline,” kata Shendy.
Selama satu bulan, sukarelawan dari sejumlah daerah mengikuti lima kali kelas materi dan diskusi, serta melakukan tujuh tantangan. Dalam melaksanakan tantangan, mereka harus turun ke lapangan sekaligus mengedukasi masyarakat untuk diet plastik. Salah satu tantangan yang unik adalah rampok plastik. Peserta diminta ke pasar atau warung untuk mengamati siapa saja yang masih menggunakan kantong plastik. Bila menemukannya, mereka harus meminta kantong plastiknya dan menggantinya dengan tas ramah lingkungan.
”Karena pandemi, kami membebaskan mereka untuk pergi tidak jauh dari rumah masing-masing. Misalnya, rampok plastik di warung dekat rumahnya,” kata Shendy.
Dengan keterbatasan gerak, hasil yang diraih cukup lumayan. Relawan bisa mengumpulkan 276,28 kilogram yang dipilah dan disetorkan ke bank sampah, tempat pengelolaan sampah, pelapak, maupun platform jemput sampah.
Kini, komunitas membuka kesempatan kepada generasi muda lainnya, usia 18-25 tahun, untuk ikut bergabung di Generasi Bebas Plastik Batch 2. Targetnya bisa menggaet 180 sukarelawan. Shendy mengatakan, tahun 2024 bisa menggaet 1.000 sukarelawan untuk satu batch. Dengan sukarelawan yang semakin banyak, diharapkan bisa menularkan kebaikan untuk bumi kita.