Mahasiswa Memperkaya Keahlian Digital
Saat ini, keahlian digital mutlak dimiliki para mahasiswa yang akan masuk ke dunia kerja.
Di masa pandemi Covid-19, banyak kegiatan yang dilakukan secara virtual sehingga kemampuan digital menjadi kebutuhan mutlak. Kondisi ini memaksa para mahasiswa untuk belajar beragam keterampilan digital. Tak hanya belajar teori, mahasiswa menjajal kemampuan digitalnya dengan magang di perusahaan.
Linkedin merangkum mengenai jenis pekerjaan yang muncul di masa pandemi dalam laporan berjudul Jobs on The Rise 2021. Laporan itu melihat trend lowongan pekerjaan di negara-negara Asia Tenggara yang terjadi pada April hingga Oktober 2020. Saat ini, pekerja muda yang memiliki keterampilan digital memiliki peluang lebih besar mendapat pekerjaan. Beberapa lowongan pekerjaan yang banyak muncul seperti data analyst, cyber security, dan digital content specialist.
Dari laporan Linkedin menyebutkan lowongan pekerjaan untuk konten digital seperti editor, copywriter, podcaster, youtuber dan video editor sangat banyak. Ketika pandemic dimulai tahun 2020, pengguna internet yang mencari hiburan secara daring semakin banyak, sehingga permintaan pekerja yang kreatif membuat konten digital pun terus bertambah.
Lalu, bagaimana para mahasiswa menghadapi tantangan di era digital sekarang? Sebagian mahasiswa sudah melihat kebutuhan keahlian digital dalam dunia kerja. Mereka segera berlomba-lomba memperkaya keahlian digital yang menjadi syarat mutlak dalam mencari pekerjaan.
Ida Ayu Gisca Giancana (20), mahasiswa Fakultas Cognitive Science, University of California San Diego, mulai menyadari pentingnya keterampilan digital setelah melanjutkan studi di Amerika Serikat. Kesadaran itu muncul setelah Gisca menyelesaikan college selama dua tahun di sana dan melihat langsung relevansi dunia digital terhadap masyarakat.
Gisca pun memutuskan untuk mengambil Fakultas Cognitive Science dengan spesialisasi Design and Interaction. Jurusan ini berfokus tentang interaksi komputer manusia (human computer interaction), yakni bagaimana menjembatani pemikiran manusia dengan teknologi.
“Aku memang pengen jurusan teknologi karena sekarang relevan banget, enggak bakal mati. Apalagi, Indonesia itu negara yang perkembangan teknologi digital sedang bertumbuh jadi literasi digital sedang naik. Aku ingin ikut bantu berkontribusi dengan pengembangan teknologi digital di Indonesia,” kata Gisca, saat dihubungi dari Jakarta, Minggu (9/5/2021).
Gisca, yang bercita-cita bekerja di bidang teknologi pendidikan, mengasah pengetahuan yang dimiliki dengan mengikuti berbagai program magang di perusahaan media dan teknologi. Selain magang di Kompas sebagai UI/UX Designer, Gisca juga menggali pengalaman di Ovo sebagai product designer dan C Channel sebagai UI/UX Designer.
Sebagai UI/UX Designer, Gisca bertugas untuk meningkatkan fungsionalitas serta pengalaman pengguna ketika mengakses situs dan aplikasi perusahaan. Beberapa proyek yang telah dikerjakannya di Kompas, antara lain situs Kompas Karier, pembuatan tutur visual untuk Kompas.id, dan Kompas Belajar untuk platform e-learning internal.
“Saat ini, hampir semua industri sudah mengalami disrupsi digital. Jadi, sejak awal bisa diajarkan pentingnya punya keterampilan digital karena hampir semua pekerjaan di berbagai sektor akan memakai teknologi digital, termasuk dunia agrikultur. Kita jadi lebih fleksibel untuk masuk ke dunia kerja,” ucap Gisca.
Meski baru kuliah semester dua di Program Studi Kesehatan Masyarakat Institut Agama Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Gianluigi Fahrezi (19) sudah menyadari kebutuhan dunia komunikasi sudah berubah. Sebagai mahasiswa kesehatan masyarakat yang bakal kerap mengajak masyarakat melakukan pola hidup sehat, ia sadar tak cukup lagi membuat poster lalu menempelkannya di mading.
“Mungkin cara itu masih perlu tetapi saat ini, ketika kami yang mahasiswa sudah lebih dari setahun tidak ke kampus, ya tak mungkin menempelkan poster di madding,” ujar Gianluigi pada Senin (10/5/2021). Ia menambahkan semua usaha untuk mengedukasi masyarakat mau tak mau dilakukan lewat media social agar lebih efektif, cepat sampai dan warga yang menjadi sasaran edukasi dengan mudah membukanya.
Ia mengakui awalnya berpikir hanya butuh belajar membuat poster, grafis kepada temannya yang sudah pintar membuat aneka desain grafis. Pemuda yang senang menulis itu juga belajar program seperti Corell Draw, Photoshop untuk membuat kemampuannya dalam membuat poster lebih mudah.
Belakangan ternyata keterampilan itu belum cukup. “Sekarang saja, kalau ada tugas dari dosen, kami yang studi kesmas musti bisa membuat video, mengedit, lalu mengunggahnya di social media seperti Instagram dan lainnya. Mau tak mau akhirnya saya harus belajar keterampilan membuat video dan lainnya itu,” kata Gian.
Berhubung cara belajar keterampilan itu sudah banyak tersedia di Youtube, ia merasa cukup belajar sendiri secara otodidak dari akun gratis tersebut. Sementara soal membuat teks di medsos, ia tak banyak menemui kesulitan sebab hobinya membaca dan menulis memberi banyak masukan kata untuk membuat konten digital.
Di pihak lain, walau Salsabila Nafa Nikita (20) menyukai dunia seni dan desain lalu kemudian menjadi mahasiswa Program Studi D4 Manajemen Produksi Media, Universitas Padjadjaran. Dalam prodi ini, ia belajar memproduksi konten untuk media digital dan cetak, namun, gadis itu baru menyadari pentingnya jurusan ini setelah pandemi. Menurut dia, pandemi membuat banyak sektor beralih ke dunia digital. Keberadaan media digital seperti media sosial ikut menjadi krusial sebagai platform untuk menyediakan konten dan informasi bagi masyarakat.
“Medsos menjadi penting karena bisa digunakan untuk personal, menjalin hubungan dengan orang lain, dan kebutuhan bisnis. Konten di medsos menjadi sangat beragam sehingga berbagai perusahaan kini menggunakan jasa editor video dan desainer grafis untuk menarik audiens. Konten visual akan semakin penting untuk kedepannya,” kata Salsabila dari Tangerang.
Tidak hanya lewat kuliah, Salsabila berusaha meningkatkan keterampilan di dunia digital. Perempuan ini mengasah pengalaman dengan magang di berbagai perusahaan media dan teknologi, yaitu Kompas, Sayurbox, Aksel, dan Sirclo. Salsabila juga mengikuti kelas daring dari universitas luar negeri di Coursera terkait desain grafis pada tahun lalu.
Salsabila meyakini, dengan memiliki keterampilan di dunia digital, prospek kerja akan tersedia lebih besar setelah banyak sektor beralih ke dunia digital pasca pandemi. Untuk itu, anak muda harus bisa memanfaatkan fasilitas yang ada untuk mengembangkan keterampilan dan berkarir.
“Di internet itu sudah menyediakan banyak informasi agar kita bisa belajar lewat kelas online. Kita juga bisa menerapkan keterampilan digital kita melalui magang yang bisa dicari di platform digital, seperti Linkedin dan lainnya. Jadi, tidak ada tantangan yang membuat anak muda kesulitan mengembangkan keterampilan digital,” ujar Salsabila.
Konsultan HCCM (Human Capital Character Management) dari Power Character Constantine Alfarinda Hygieta atau Tita mengatakan, pekerja muda perlu memiliki kemampuan digital yang mumpuni. Apalagi, hampir semua pekerjaan di berbagai bidang membutuhkan keterampilan digital.
“Biasanya, kalau sedang wawancara untuk rekrutmen karyawan, kami akan menanyakan kemampuan digital yang dimiliki, sesuai dengan permintaan dari klien perusahaan. Paling tidak calon karyawan harus memiliki kemampuan dasar komputer baru kemudian ditanyakan software apa saja yang dikuasainya,” kata Tita.
Tita mengatakan, saat ini dia sedang membantu salah satu kliennya yang memiliki toko bangunan untuk membangun sistem manajemen kantor secara digital. Dari mulai sistem penjualan, pemasaran hingga bagaimana menangani keluhan pelanggan melalui media sosial. “Klien kami ini ingin mengubah sistem manajemen toko yang konvensional menjadi digital secara keseluruhan. Mau enggak mau, dia belejar dari awal, supaya memiliki sistem lebih baik,” kata Tita.
Baca juga Mahasiswa Menanti Jawaban Dosen
Menurut Tita, dengan banyaknya klien perusahaan yang mengedepankan digitalisasi, peluang kerja di bidang digital pun semakin terbuka. “Sebenarnya sudah dari dulu, setiap orang perlu memiliki kemampuan digital, minimal bisa mengoperasikan komputer. Kini, banyak pekerjaan yang lebih spesifik membutuhkan keahlian digital untuk menunjang pekerjaannya, misalnya marketing communication, bagaimana harus membuat promosi secara digital,” katanya. (SIE)