Tetap Nyaman Bergaya Kasual
Saat situasi sudah memungkinkan untuk keluar rumah meski terbatas, tak usah ribet memilih baju. Setidaknya kita bisa mulai menyesuaikan penampilan dengan pilihan yang lebih praktis.
Saat harus keluar rumah, kita bisa memilih outfit dengan model simpel, warna polos atau motif ukuran pas di badan. Untuk para cewek tinggalkan dulu koleksi sepatu high heels, ganti saja dengan sneaker, sepatu atau sandal hak pendek yang lebih memudahkan bergerak.
Model simple yang bisa menjadi pilihan, misalnya gaun berpotongan lurus yang agak longgar di badan. Kita juga bisa memakai blus sederhana, tidak banyak detail, dipadu celana panjang dari bahan katun. Buat cowok, bisa dipilih kaus oblong atau kemeja dengan celana agak longgar. Pakaian seperti itu akan tetap membuatmu nyaman saat harus bekerja dari rumah atau sekadar jalan-jalan ke mal.
Setelah merasakan kondisi serba terbatas, anak muda mulai beradaptasi dengan situasi sekarang. Mereka menyesuaikan pakaian yang dikenakan saat bepergian. Salah satunya dilakukan Suci Marta (29) ketika pergi ke kantor. Sebelum pandemi, Suci yang menjadi pegawai di sebuah kementerian sering mengenakan pakaian berlapis, seperti memakai outer. Kini, saat harus ke kantor ia memilih memakai baju kerja yang lebih sederhana dan menghindari penggunaan aksesori.
Hal itu dilakukan agar ia tidak kerepotan membersihkan pakaian dan aksesoris setelah digunakan. ”Kebayang enggak sih, kalau harus pakai outer (baju berlapis) dan aksesori seperti kalung, sampai rumah cucian menumpuk karena semua harus dibersihkan. Jadi, biar tidak repot,” kata perempuan yang sehari-hari mengenakan kerudung ini pada Senin (26/10/2020).
Biasanya, Suci memilih baju berlengan panjang berbahan kaus. Selain sesuai kebutuhan, kaus juga cepat kering setelah dicuci dan mudah digosok. Ia bersiasat untuk mengurangi pekerjaan-pekerjaan di rumah mengingat, selain bekerja, Suci juga harus mengurus keluarga.
Untuk alas kaki, Suci hanya menyiapkan dua pasang sepatu untuk dikenakan bergantian saat harus keluar rumah. Sepatu yang dipilih berjenis flat shoes yang membuatnya nyaman beraktivitas. Perempuan yang tinggal di daerah Permata Hijau, Jakarta Selatan, ini terpaksa menyimpan belasan pasang sepatu lainnya karena tidak mau repot membersihkan.
Ketika berkerja dari rumah, Suci mengenakan pakaian yang nyaman dan sederhana. Kecuali pada hari-hari tertentu di mana kantornya mewajibkan pegawai memakai seragam ketika rapat daring. ”Nah, kalau ada rapat, saya pakai seragam. Tetapi, hanya saat rapat saja. Setelah itu saya akan ganti pakaian yang lebih nyaman, ha-ha-ha,” ujarnya, sambil tertawa.
Di sisi lain, Lisna Dwi Astuti (30) tidak banyak melakukan perubahan gaya berpakaian. Sejak sebelum krisis Covid-19, perempuan yang bekerja sebagai assistant program di suatu lembaga pendidikan fotografi ini suka memakai baju berpotongan cukup longgar dengan warna-warna dasar, seperti hitam dan putih.
Jenis pakaian yang sama juga dikenakan selama pandemi. Namun, ia mengalami perubahan dalam pilihan alas kaki dan aksesori. Lisna terpaksa menyimpan sepatu-sepatu karena tidak ada acara khusus untuk dihadiri. Ia juga jarang memakai aksesori berupa anting-anting.
”Saya suka merasa kangen memakai high-heels. Sejak pandemi, ke mana-mana pakai sandal karena tidak ada kegiatan formal. Saat berbelanja sekalipun, hanya memakai sandal,” katanya.
Selama pandemi, Lisna lebih sering menjalani work from home. Dalam tiga bulan terakhir, ia baru satu kali ke kantor. Meski bekerja di rumah, Lisna tetap berusaha tampil rapi dan mengenakan kosmetik, terutama ketika harus menjalani rapat atau mengisi pelatihan daring.
Gaya kasual
Stevanus Andreas Gozali (20) atau Epen membagi kebiasaannya berpakaian. Ia menyukai gaya casual preppy untuk kegiatan sehari-hari. Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, ini sering mengenakan baju kasual berupa kemeja polos, kemeja flanel, dan kaus polos.
Epen kadang-kadang melakukan eksperimen dengan memadukan warna dan jenis pakaian. Inspirasinya biasa berasal dari film, seperti The Darjeeling Limited (2007), Fantastic Mr. Fox (2009), dan The Grand Budapest Hotel (2014). ”Kalau aku sendiri suka eksperimen dengan cara berpakaian karena itu salah satu cara aku buat nunjukin kreativitas,” kata Epen, saat dihubungi di Tangerang, Senin (26/10/2020).
Di masa pandemi seperti ini, gaya berpakaian Epen tidak terlalu terpengaruh. Dia tetap mempertahankan gaya kasual dalam kegiatan sehari-hari. Yang pasti, ia selalu memadukan outfit-nya dengan masker yang berwarna netral apabila keluar rumah. Selama kuliah daring, pakaian Epen jauh dari kesan formal berkat permintaan dosennya. Ia cukup mengenakan kaus dan celana olahraga atau celana pendek. Apabila ada seminar, Epen akan memadukan kemeja dengan celana olahraga karena hanya bagian atas tubuhnya yang terlihat selama acara berlangsung.
Ketika pergi main ke mal, misalnya, Epen memilih mengenakan baju sesuai kondisi mood atau cuaca. Ia pernah memadukan kaus, jaket hasil nge-thrifting, celana chino, dan sepatu semiformal beserta masker.
Satu perubahan kecil yang disadari Epen adalah dirinya jadi sering mengenakan baju lengan panjang, celana panjang, dan sepatu jika bepergian. Ini dilakukan untuk melindungi tubuhnya dari paparan virus selama pandemi. ”Kaya lebih terasa aman dan terlindungi,” tutur Epen.
Secara umum, tampilan anak-anak muda usia hingga 30-an tahun setelah pandemi memang mengalami perubahan. Keadaan paling nyata nampak di pusat-pusat belanja di Jakarta dan Tangerang Selatan. Bila biasanya di akhir pekan atau hari libur mereka tampil dengan hells, outfit cerah dengan bunga-bunga, atau rok terusan berumbai bak menyapu lantai, kini sebagian besar pengunjung mal memakai busana dengan warna lebih kalem dan memilih gaya kasual. Bahan dari katun dan kaus banyak jadi pilihan karena memberi rasa sejuk dan kebebasan untuk beraktivitas.
Celana pendek dari katun atau jins dipadu sepatu atau sandal hak rendah lebih menjadi pilihan. Corak warna-warni dengan bunga besar, bergantí dengan garis-garis. Outfit berwarna polos, dengan potongan longgar banyak menjadi pilihan. Sebagian cewek tampak lebih suka tampil dengan terusan longgar dengan sepatu hak pendek. Sementara cowok cenderung memilih memakai kaus dengan celana pendek atau jins. Untuk alas kaki, sandal dan sepatu kets menjadi benda pilihan mereka.
Di dalam restoran yang menjadi tempat anak muda bertemu kawannya, karena sebagian foodcourt masih tutup, para generasi milenial juga tampil hanya dengan celana atau rok dengan atasan kaus. Sementara mereka yang berhijab rata-rata memakai celana panjang bahan warna tanah, dipadu baju lengan panjang polos atau bermotif dengan hijab warna polos.
”Entah mengapa malas aja pake hijab warna cerah dengan motif bunga. Ini tadi iseng pake atasan motif bunga, tapi hijabnya milih warna polos. Kayaknya mata dan hati lebih adem aja make warna kalem gini,” tutur Indah Kumalasari. Cewek yang baru lulus kuliah tiga bulan lalu dari sebuah perguruan swasta di Tangerang itu ditemui akhir pekan lalu di sebuah mal di Bintaro, Tangerang Selatan.
Desainer Ichwan Thoha mengatakan, di masa pandemi, fashion kembali ke basic. Selain model yang sederhana dan warna yang adem di mata, jangan lupa memilih bahan yang ringan dan menyerap keringat. ”Itu bisa membuat tubuh lebih nyaman, tetapi tetap pantas untuk ikut webinar atau bekerja ke kantor,” tuturnya mengenai busana untuk kondisi pandemi seperti saat ini. Bahan yang dimaksud Ichwan yang juga pengajar di Sekolah Mode La Salle College Jakarta itu, misalnya, baju dari bahan linen, katun, jersi yang adem di tubuh.
Untuk penggunaan aksesori, Ichwan menyarankan supaya memakai aksesori sederhana, misalnya kalung yang simple, scarf atau topi. ”Orang, kan, tetap pengin kelihatan bergaya supaya tetap kelihatan asyik di media sosialnya, he-he-he,” kata Ichwan.