Prestasi Seni Anak Muda di Tengah Pandemi Covid-19
Pandemi Covid-19 tak menghentikan langkah siswa SMA untuk terus berkarya di bidang seni. Mereka beradu karya di ajang Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N).
Oleh
PUTU FAJAR ARCANA
·5 menit baca
Prestasi tak boleh berhenti meski pandemi mengobrak-abrik struktur kemapanan hidup manusia. Seni akan menjadi katalisator paling tepat untuk membangkitkan semangat hidup, mengelola elan vital, dan menjadi jalan keluar untuk meraih kegembiraan bersama.
Setidaknya 14.000 siswa SMA dan 3.000 siswa SMK terlibat dalam perhelatan Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) yang dihelat sejak Agustus 2020. Babak final perhelatan ini dilaksanakan secara daring dari Bandung, 28 September–3 Oktober 2020, di mana para juri menilai sekitar 300 karya para finalis dari 34 provinsi. Para finalis dari sembilan bidang seni yang dilombakan ini telah melalui serangkaian seleksi yang dilakukan oleh juri-juri setempat.
Pelaksana Tugas Kepala Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Asep Sukmayadi, Jumat (30/9/2020), di Bandung, mengatakan, di tengah pandemi Covid-19, prestasi para siswa tidak boleh berhenti. Dalam setiap prestasi pasti terdapat kompetisi dan pada saat berkompetisilah para siswa memperoleh energi kegembiraan. Oleh sebab itu, Puspresnas tetap berkeras melakukan FLS2N di tengah-tengah pandemi, meski dihelat secara daring.
”Justru karena daring dan terbuka ini, terjadi lonjakan berlipat-lipat peserta. Prediksi kita maksimal 4.000 siswa, tetapi malah melonjak berlipat-lipat menjadi 14.000 orang. Ini prestasi yang luar biasa,” kata Asep.
Pelaksanaan secara daring dengan persyaratan ekspresi seni dilakukan di rumah saja, kata Asep, telah memicu kreativitas para siswa secara terbuka sehingga mencapai ke segala penjuru Nusantara. ”Bahkan, tahun ini kita libatkan para siswa sekolah Indonesia dari luar negeri,” tambah Asep.
Rumah tumbuh
Koordinator Dewan Juri Monolog Iman Soleh mengatakan persyaratan daring dan ekspresi dari rumah, justru telah membangkitkan kreativitas yang otentik, unik, sekaligus terbuka karena bisa dilakukan oleh setiap siswa. Iman menyebut kreativitas ini sebagai rumah tumbuh. ”Rumah tiba-tiba berubah jadi panggung seni, bahkan ada yang menggunakan kamar tidur untuk berekspresi seni,” katanya.
Kreativitas yang dilakukan para siswa di rumah, tambah Iman, selain meraih prestasi, juga telah membawa kegembiraan bagi seisi rumah. Ketika siswa melakukan perekaman sebagai syarat mengikuti lomba, mereka juga melibat orangtua dan saudara-saudaranya di rumah.
Juri Tari Kreasi Maria Darmaningsih, yang hadir di Bandung, mengatakan dengan menggelar FLS2N secara daring dan terbuka untuk seluruh siswa, tari telah menemukan siswa-siswa dengan kreativitas yang otentik. Pemenang bidang Tari Kreasi, Tarisyah Aulia Monoarfa, siswa SMAN 3 Gorontalo. Menurut Maria, Gorontalo sama sekali tidak diperhitungkan dalam peta tari nasional selama penyelenggaraan FLS2N.
”Tiba-tiba muncul Tarisyah yang menari di beranda rumah dengan ayah, ibu, dan adik-adiknya telihat penuh dari produksi tarinya. Ini sesuatu yang hanya bisa dicapai dengan menantang para peserta untuk berkreasi dari rumah,” kata Maria.
Juara 1 Monolog Hasna Alifia Zahra bercerita bahwa dalam ajang FLS2N 2020 ini, untuk pertama kalinya ia bermain monolog. ”Sebelumnya saya hanya puisi, tetapi tiba-tiba ingin bermain teater lewat monolog,” katanya. Siswa SMAN 4 Semarang ini memainkan lakon berjudul UGD, dengan tantangan memerankan empat karakter sekaligus. ”Saya cuma punya waktu 2 minggu untuk latihan, tetapi dibantu guru, saya akhirnya bisa menang,” katanya.
Hasna melakukan riset lewat kanal Youtube dan belajar dari tetangga untuk memerankan tokoh Opung, yang berlogat Batak dalam lakon ini. ”Saya belajar dari tentangga, terus juga cari di Youtube dan terus berlatih logat Batak. Susah, tapi hepi…,” ujar Hasna.
Juri Monolog Wawan Sofwan mengatakan, Hasna memiliki kelebihan mampu melakukan perpindahan karakter dalam waktu singkat di depan kamera. Ia dan tim dari SMAN 4 Semarang juga membuat setting dan menggunakan properti secara efektif. ”Tetapi yang terutama adalah ia mampu menjadi karakter sebagaimana dituntut dalam naskah ini,” kata Wawan.
Peta jalan
Ketua Pokja Bidang Menengah Puspresnas Kemendikbud Sugeng Riyadi mengatakan, peralihan dari tatap muka langsung ke daring dalam FLS2N 2020 ini dilakukan untuk tetap mewadahi kreativitas seni para siswa meski berada di rumah saja. Ia berharap dengan cara ini, para siswa menemukan jalan keluar yang indah dan berprestasi, di tengah-tengah gejolak pandemi.
”Justru kreativitas seni sangat dibutuhkan untuk menebarkan kegembiraan sampai ke rumah-rumah,” katanya.
Asep Sukmayadi mengatakan, ia tengah merancang sebuah peta jalan untuk menyalurkan berbagai prestasi anak bangsa mencapai tujuannya. Selama ini, prestasi para siswa di tingkat dunia seolah ”berhenti” justru ketika meraih gelar juara. Indonesia, tambahnya, banyak melahirkan juara olimpiade di berbagai bidang ilmu. ”Tetapi sering kali setelah juara, mereka menghilang saja, sehingga prestasinya tidak dikonversi ke dalam bentuk yang lebih berguna bagi bangsa,” katanya.
Oleh sebab itu, ia berharap banyak pihak terlibat untuk memikirkan membuat peta jalan untuk menyalurkan prestasi para siswa menuju sesuatu yang lebih bermanfaat. ”Jadi, tak cukup dengan juara, kita akan coba salurkan mereka bidang-bidang yang lebih kreatif seperti film dan lainnya,” tambahnya.
Asep memberi contoh, film Korea bisa meraih prestasi tertinggi dalam industri perfilman dunia dengan memenangi Piala Oscar, sudah pasti memiliki perencanaan yang matang. Begitu juga dengan kemunculan drama korea (drakor) dalam jagat hiburan dunia. ”Semua pasti ada perencanaan yang matang dari pemerintah dan komunitas atau asosiasi profesional. Kita harus belajar seperti mereka,” kata Asep.
Di luar itu, prestasi bidang seni dalam FLS2N, diharapkan menjadi kanal-kanal untuk menyalurkan ekspresi keindahan yang menebarkan kegembiraan kepada kita semua. ”Seni penting untuk kesehatan jiwa dan raga,” ujar Asep.