Keceriaan Pensi Virtual
Kreativitas anak muda terus berjalan dengan menunjukkan bakat seninya. Saat ini, pentas seni SMA berlangsung secara virtual. Tentunya, akan menjadi kenangan yang berbeda bagi mereka.
Pandemi Covid-19 tidak menyurutkan kreativitas dan semangat pelajar menggelar pentas seni. Tahun ini, siswa SMA menunjukkan bakat seninya melalui pensi virtual. Platform secara daring tak menghilangkan keceriaan dan kemeriahan pensi.
Suasana Sabtu (5/9/2020) malam lalu pecah dentuman musik dari Diskopantera. Sedeeat lagu pilihan DJ Rahmat Dwi Putranto menutup keceriaan pensi Gracheta ‘Charitopia’ 2020 yang disiarkan live streaming. Dari awal hingga akhir acara yang digelar SMA Garuda Cendekia, Jakarta, para penonton menunjukkan apresiasinya melalui live chat. Tepuk tangan, acungan jempol, gambar api membara disampaikan melalui emoticon chat.
“Gokil banget, gue suka…,” kata salah satu penonton. Respon itu langsung mendapat tanggapan yang beragam. Untuk tiket seharga Rp 35.000, pensi yang berlangsung hampir empat jam ini menjadi hiburan malam minggu saat berada di rumah saja.
Semua pengisi acara yang berkumpul di studio rekaman menjalankan protokol kesehatan yang ketat. Bahkan, salah satu pengisi acara, duo Beanieeboyz mengenakan masker saat bernyanyi. Sampai ada komentar, “Yang nyanyi yang mana nih”. Sedangkan, pengisi acara lain mengenakan pelindung wajah. Mereka pun menjaga jarak di panggung.
Rata-rata penonton acara pensi secara streaming itu puas. “Seneng banget kalau penonton pada puas ngeliat pensi kemarin. Tadinya deg-degan, gimana ya ntar pada nikmatin acaranya apa enggak. Ini kan pensi streaming pertama,” ujar Nazly Princess Keira Siregar, Ketua Panitia Grachetta 2020 yang dihubungi lewat telepon pada Senin (7/9/2020).
Setelah acara, Keira dan tim panitia merasa lega dengan pensi yang sukses. Apalagi, bisa menyumbangkan uang ke Yayasan Tri Kusuma Bangsa Jakarta untuk membantu kegiatan belajar bagi anak jalanan dan pihak lain yang butuh bantuan di masa pandemi. Jumlah pembeli tiket pensi Gracetta 2020 mencapai 924 orang, jauh di atas perkiraan panitia yang hanya antara 200-500 pembeli tiket.
Seperti acara pensi pada umumnya, panitia tak hanya mengajak penonton berdansa-dansi dengan lagu-lagu berirama disko, tetapi juga menampilkan bakat seni siswa. Salah satu sesi yang menarik saat penampilan grup lenong Asasin. Para pemain mencing tawa penontong dengan celetukan lucu tapi enggak garing, karena pas dengan situasi sekarang. Misalnya, fenomena mendadak “ustad” yang mereka angkat ke panggung.
Suasana terbangun antara pemain dan penonton lenong di studio diperankan oleh anggota grup terasa alami dan menyegarkan.“Kami mengangkat cerita tentang kehidupan sehari-hari, karena masa pandemi banyak orang kesulitan secara ekonomi ya kami angkat cerita tentang mereka yang tergusur (karena enggak kuat membayar kontrakan),” kata Muhammad Gian Driva Faizi, ketua Lenong Asasin pada Senin (7/9/2020) malam.
Tema inti mereka bicarakan dengan guru pembimbing lenong Muhammad Fadli, tetapi saat di panggung, para pemain bebas berimprovisasi. “Kami tahu isu apa yang lagi tren. Itulah yang secara spontan kemarin muncul,” lanjut siswa kelas XII SMA Garuda Cendikia itu. Gian bersama tujuh kawan dan gurunya tak lama menyiapkan diri untuk tampil.
“Hanya latihan empat kali sebelum manggung,” kata Gian yang sejak setahun lalu memilih lenong sebagai kegiatan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolahnya. Sebelum manggung di Grachetta 2020, grup lenong itu sudah beberapa kali tampil di acara sekolah.
Nyaris batal
Keira mengatakan, acara pensi tahunan nyaris batal dan ditunda karena pandemi. Sebenarnya, persiapan pensi sudah dilakukan panitia yang beranggotakan 50 siswa, sejak Oktober 2019. “Terpikir ya sudahlah ditunda saja, karena enggak mungkin mau diterusin. Kan enggak boleh ada kerumunan massa,” tuturnya. Rencana semula, Gracetta 2020 diadakan 8 Agustus lalu.
Tentu saja, keputusan sementara itu membuat mereka kecewa dan sedih. Angkatan mereka tak punya kenangan menyelenggarakan pensi. “Tiba-tiba ada salah satu ortu bilang, kenapa enggak dibikin streaming aja? Saya sempat tersentak. Gimana ya nanti itu,” kata Keira.
Setelah berdiskusi dengan para guru dan orangtua, panitia memutuskan pelaksanaan pensi secara daring. Dalam persiapan, bagian yang sulit adalah mencari sponsor. Panitia hanya bisa mengirim permintaan dana ke perusahaan lewat email. “Kami mengirim banyak email permintaan menjadi sponsor acara, ada yang sudah setuju tetapi kemudian uangnya ditahan. Aduh susah sekali cari duit ya,” katanya. Beruntung kemudian orangtua siswa membantu di bidang keuangan.
Selain soal pencarian dana, kendala teknis untuk live streaming. Komunikasi melalui daring antara kakak dan adik kelas sebagai panitia tak berjalan lancer. Masalahnya, selain belum terlalu kenal, antarpanitia tak bisa bertemu muka. Komunikasi hanya lewat WhatsApp yang dilakukan seusai sekolah, pukul 15.00. “Itu kadang-kadang memunculkan emosi. Belum lagi kami yang kelas XII harus ikut les (bimbel) mulai pukul 18.00,” cerita Keira.
Masih ada satu hal, saat rekaman untuk beberapa penampil seperti lenong supaya waktu tampil tak molor sehingga menganggu acara lain, dan saat pensi berlangsung, Keira dan tim harus memastikan studio tempat acara diadakan hanya boleh beberapa orang di ruangan. Mereka pun harus jaga jarak, pakai masker, mencuci tangan. “Kami perketat pengawasannya. Ada guru yang ikut berjaga untuk mengusir mereka yang tak berurusan dengan penampilan sebuah grup,” katanya lagi. Ia lega karena acara berlangsung lancar dan protokol kesehatan dilakukan dengan baik.
Menarik perhatian
Salah satu cara untuk menarik perhatian publik, panitia pensi SMA mengadakan pra event. Selain untuk mengenalkan acara mereka, juga bisa melihat animo penonton. Pada Minggu (6/8/2020) malam, SMAN 68 Jakarta menyelenggarakan Pre-Carasel Legantara yang disiarkan melalui Youtube dan Instagram Live. Acara itu menampilkan talkshow dengan band Manusia Aksara dan sekaligus menghibur penonton dengan lagu-lagu bernuansa rock. Semua rangkaian acara merupakan promosi Cipta Karya Seni 68 yang rencananya akan digelar Oktober ini.
Ketua Panitia Pentas Seni SMA 68 Jakarta Shafira Alima mengatakan, penyelenggaraan pentas seni secara virtual dimaksudkan untuk memberi kesempatan para pelajar menyalurkan bakat seni. “Dengan musibah ini, kami tidak punya wadah untuk berkreasi. Sayang sekali kalau generasi muda kehilangan wadah itu,” katanya, Senin.
Persiapan pentas seni virtual dilakukan sejak Juni, Shafira dan kawan-kawan segera mematangkan ide bersama pihak sekolah. Serangkaian rapat dilakukan secara virtual. “Sekolah sangat mendukung ide ini karena dianggap sebagai acara yang bagus dan bermanfaat untuk banyak orang,” katanya.
Beberapa orang sempat meragukan acara ini karena pada tahun-tahun sebelumnya tidak pernah ada pensi secara virtual. Selain itu, bagaimana mengumpulkan penonton, mencari dana, dan membuat acara semenarik mungkin, juga menjadi tantangan yang dihadapi. Tetapi, panitia berusaha menepis keraguan dengan mematangkan ide sebaik mungkin dan mencari referensi-referensi konser virtual yang pernah diselenggarakan sebelumnya.
Banyak perbedaan antara menyelenggarakan konser secara langsung dan virtual. Alokasi biaya yang sebelumnya dipakai untuk membangun panggung, kini digunakan untuk menyewa studio sebagai tempat shooting. Panitia juga perlu menyewa perlengkapan untuk menyiarkan kegiatan ini secara daring di berbagai platform digital.
Sebelum memutuskan membuat pensi virtual, SMAN 68 sempat mengajak sekolah-sekolah lain untuk berkolaborasi, tetapi mereka menolak. Akhirnya, SMAN 68 memantapkan untuk jalan sendiri. “Kalau waktunya lebih panjang, mungkin kita bisa menggandeng sekolah lain berkolaborasi agar penontonnya jadi lebih banyak,” jelas Shafira.
Awalnya, panitia khawatir acara mereka tidak dikenal, kurang menarik dan kurang penonton. Namun, nyatanya, Pre-Carasel Legantara ditonton 1.500 orang menonton melalui live Instagam, 800 orang menonton melalui akun Youtube, dan 1.100 orang menonton melalui IG Live Info Pensi. Antusiasme penonton menjadi modal untuk merealisasikan pentas seni Oktober ini.
Pembimbing OSIS SMAN 68 Jakarta Budi Affandi mengatakan, pentas seni merupakan kegiatan tahunan yang rutin diselenggarakan sejak 1990-an. Begitu ada badai Covid-19, pihak sekolah mengarahkan anak-anak untuk mencari bentuk lain penyelenggaraan kegiatan.
“Melalui pentas seni, kita melihat proses pembelajaran sehari hari anak, seperti apakah ia bertanggung jawab dengan tugasnya dan bagaimana ia memecahkan persoalan. Perubahan karakter nanti bisa terasa saat anak sudah kuliah atau bekerja,” katanya.
Dengan adanya pentas seni virtual, menurut Budi, anak-anak semakin didorong menguasai teknologi. Ini sesuai dengan karakter anak-anak era kini yang terbiasa berselancar di dunia digital. “Kemampuan anak-anak di dunia digital sangat membantu mereka menyiapkan acara. Sekarang menguasai teknologi informasi itu menjadi kewajiban,” katanya.
Sebelumnya, SMA Kolese Gonzaga memulai rangkaian Gonzaga Festival pada Jumat (28/8/2020). Di acara Pra Gonzfest Muda Bersuara diisi dengan webinar bertema Pendidikan di Tengah Pandemi dengan pembicara Nadhira Afifa, Chief Marketing Officer AyoBlajar. Selanjutnya, mereka akan menggelar webinar sebulan sekali sebanyak empat kali.
Live streaming melalui Youtube dimulai dengan teaser video seorang siswa yang sedang membuat ilustrasi dengan tulisan di akhir video, tagline Berhenti Bukan Pilihan. Di sela-sela webinar, dua siswa SMA Gonzaga, Elisabeth Vergie dan Ariel Theo mempersembahkan suara merdunya. Semua acara dilakukan dan direkam di rumahnya masing-masing.
Baca juga : Membuat Video Jurnalistik Lebih Bermakna
Wakil Ketua Panitia Pelaksana Marvelo Pietro Boekan mengatakan, sejak Juli, panitia Sudha memutuskan untuk menggelar pensi virtual. Rencananya, puncak acara akan dilaksanakan Januari 2021. “Kami harus berkreasi dan beradaptasi di tengah pandemi. Saat ini, ngapa-ngapain susah juga, tetapi anak muda enggak boleh malas-malasan,” katanya.
Seperti pada sekolah lainnya, tantangan pensi virtual adalah masalah teknis. “Kami berusaha tidak melakukan kegiatan tatap muka. Semua dilakukan dari rumah masing-masing, pengisi acara juga merekam sendiri penampilannya,” ujar Velo. (SIE)