Memasuki tahun baru, kita mulai akrab lagi dengan kata resolusi. Setiap pergantian tahun, resolusi dibuat, tetapi kemudian perlahan meredup dan dilupakan. Meski begitu taka da salahnya, resolusi tahun 2020 tetap dibuat, lebih bagus lagi kalau terarah dan berorientasi pada masa depan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata resolusi dalam makna yang sebenarnya merujuk pada hasil atau putusan rapat yang biasanya berisi tuntutan atau harapan. Namun, kata itu mengalami perluasan makna, di mana resolusi bisa berarti harapan dari pribadi seseorang di awal tahun.
Media sosial seperti Twitter, Instagram, dan Facebook mulai dipenuhi dengan cuitan-cuitan dengan nuansa resolusi awal tahun. Salah satunya, Hafid Ahmad Royan mahasiswa Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Padjadjaran yang memilki resolusi dan evaluasi untuk tahun 2020.
“Sebenarnya tahun 2019 lumayan menarik, banyak belajar hal baru dan ketemu orang-orang baru, karena aku sempat ikut volunteer gitu di salah satu startup edukasi. Buat evaluasinya mungkin belum bisa wisuda di tahun 2019,” kata Hafid, Senin (6/1/2020).
Sayangnya, di tengah mengerjakan skripsinya, Hafid menyempatkan diri untuk mengikuti beberapa kegiatan komunitas desain grafis dan fotografi di Kota Bandung untuk menambah dan melatih soft skills. “Untuk resolusi di tahun 2020, aku akan mengejar wisuda, kemudian ada kepikiran juga untuk liburan ke Jepang, magang di creative agency dan akan melanjutkan ke jenjang pendidikan S2. Ditambah aku mulai coba cari hobi baru seperti baca buku,” ujar Hafid.
Beda halnya dengan Fajar Ismi Chaniago mahasiswa Program Studi Administrasi Bisnis Universitas Padjadjaran yang kini menjabat Ketua BEM FISIP UNPAD. Terlibat aktif dalam organisasi di kampus terkhusus memegang jabatan sebagai ketua BEM, Fajar memilki resolusi yang telah ia rencanakan untuk tahun 2020.
“Ada beberapa poin, dimulai dengan berbuat jujur kepada sesama, disiplin, bekerja lebih keras, mencintai pekerjaan yang saya tekuni, dan semangat yang lebih kompetitif,” kata Fajar.
Setelah membuat resolusi, tentunya kita akan selalu berusaha untuk mencapainya, meski harus melewati berbagai kendala. Mahasiswa Universitas Katolik Soegijapranata Semarang Maura Geraldin, misalnya, yang bertekad menghilangkan kebiasaan buruknya. “Cukup sederhana resolusi saya ingin mengurangi bahkan menghilangkan kebiasaan buruk seperti menunda pekerjaan, pola makan tidak sehat, dan perilaku boros,” katanya.
Untuk memenuhi resolusinya, Maura menyadari akan banyak tantangannya. “Menggapai resolusi pasti ada kendala. Segala sesuatu yang disusun dengan rapi masih bisa berubah. Misalnya, dalam diri saya yang belum konsisten terhadap suatu hal. Semoga tahun ini, saya mendapat kesempatan terus menggali karakter diri. Untuk angan dan cita-cita, saya berjuang untuk mendapatkannya dan melakukan hal yang realistis tentunya,” ujar Maura.
Orientasi masa depan
Generasi muda yang membuat resolusi sebaiknya mempunyai tujuan yang logis dan spesifik untuk bisa dicapai. Hal itu disampaikan psikolog remaja dan pendidikan Sukma Prawitasari, M.Psi.
“Semisal, mahasiswa semester 3, resolusi tahun barunya di lingkungan akademis adalah mengambil 24 SKS dan IPK minimal 3.75. Itu logis. Contoh tidak logis bila mahasiswa semester 3 ingin bimbingan skripsi. Atau liburan semester akan mendaki gunung Merbabu. Secara waktu dia spesifik, secara tujuan gunung yang akan didaki juga spesifik,” kata Sukma, Selasa (7/1/2020).
Sukma menjelaskan, ada baiknya resolusi ditulis dan ditempel di tempat yang akan sering terlihat, seperti di kamar, dekat cermin, di dalam binder, dan tempat strategis lain agar sering dibaca. Selain itu, resolusi diulang dalam doa, dan tidak sungkan jika dibaca orang lain. Ini merupakan cara untuk terus mengingatkan diri sendiri baik secara sadar maupun alam bawah sadar atas resolusi yang ingin dicapai.
“Tujuan dalam resolusi itulah yang membuat kita memiliki motivasi untuk terus optimalkan potensi diri, sampai tujuan kita teraih,” ungkapnya.
Resolusi menjadi patokan menentukan kegiatan bermanfaat dalam keseharian. “Saat seseorang melakukan dan melalui semua hal diatas, dia sebenarnya telah membangun sebuah karakter kepemimpinan pada dirinya. Dia memimpin akalnya, memimpin emosinya, memimpin dirinya! Ini sebuah bekal yang amat baik bila sudah dimiliki sedari muda,” tutur Sukma.
Sementara itu, jika resolusi gagal apalagi di awal tahun, perlu dilakukan evaluasi untuk melihat apa yang kurang maksimal selama menjalani proses perwujudan resolusi tahun baru tersebut.
Hal senada disampaikan psikolog remaja Ratih Zulhaqqi, S.Psi, M.Psi. Menurutnya, generasi muda perlu memiliki resolusi karena mereka perlu memiliki orientasi masa depan. “Jadi itu semacam motivasi untuk mereka bisa mencapai apa yang menjadi target-target mereka,” jelas Ratih.
Ia berpendapat, anak muda yang memiliki banyak energi punya berbagai rencana dan kegiatan. Resolusi bisa menjadi jalan untuk menjaga agar rencana-rencana ini bisa tetap terarah. Selain itu, perlu ada konsistensi tetap melakukan apa yang dipilih sebagai resolusi supaya bisa diwujudkan. “Kalau enggak ada konsistensi dan enggak ada upaya lebih untuk melakukannya, mereka pasti enggak akan bisa mencapai resolusi itu,” tutur Ratih.
Jadi, apa resolusimu? (*)