Pembangunan Kawasan Berorientasi Transit Pacu Pertumbuhan Investasi di Jakarta
Pembangunan konsep TOD bersama Pemerintah Jepang dapat diandalkan dalam pertumbuhan investasi pembangunan Jakarta.
Oleh
ATIEK ISHLAHIYAH AL HAMASY
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah mendorong investasi pembangunan kawasan berorientasi transit atau transit oriented development di sepanjang jalur moda raya terpadu. Pembangunan kawasan ini diyakini sebagai salah satu solusi menekan kemacetan, polusi, serta kebutuhan akan transportasi keberlanjutan di Jakarta. Kerja sama dengan Pemerintah Jepang dalam pembangunan kawasan ini diharapkan dapat memacu pertumbuhan investasi di Jakarta.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menghadiri acara Transit Oriented Development (TOD) Invesment Forum 2024 di KBRI Tokyo, Jepang, Kamis (25/4/2024). Selama kunjungan kerja hari kedua di Jepang, Menhub didampingi Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono, Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang Heri Akhmadi, dan Direktur Jenderal Perkeretaapian Risal Wasal. Forum ini juga dihadiri Parliamentary Vice Minister for MLIT Ishibashi.
Dalam keterangan resmi yang didapat Kompas, Jumat (26/4/2024), Heru mengatakan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mendukung pembangunan dengan konsep TOD di Jakarta melalui kerja sama Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Jepang.
”Selama 24-25 April 2024, saya mendampingi Menteri Perhubungan RI terkait agenda konsep pembangunan Jakarta ke depan. Antara lain pembangunan TOD bersama para investor dari Jepang dan juga tentunya dari dalam negeri yang saat ini sedang berlangsung,” kata Heru.
Heru menyampaikan, kerja sama pembangunan dengan konsep TOD di Jakarta bersama Pemerintah Jepang ini sangat dapat diandalkan dalam pertumbuhan investasi pembangunan di Jakarta. Hal ini menandakan komitmen Pemerintah Republik Indonesia bersama Pemerintah Jepang untuk membangun kota Jakarta yang berkelanjutan dan berkesinambungan.
”Kerja sama ini diawali dengan pembangunan MRT yang didukung oleh Pemerintah Jepang. Saya ucapkan terima kasih kepada Duta Besar Jepang dan Menteri Perhubungan yang telah terus-menerus membangun Jakarta dengan konsep TOD dan untuk ke depannya,” ujarnya.
Lebih lanjut, Heru mengatakan, pembangunan infrastruktur dan sarana transportasi perkotaan Jakarta akan meningkatkan kualitas hidup warga, sekaligus mempersiapkan Jakarta sebagai kota global dan pusat ekonomi pascapemindahan ibu kota ke Nusantara.
”Kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan memainkan peran penting dalam hal penyedia pendanaan yang akan mendukung percepatan transformasi transportasi publik di Jakarta,” kata Heru.
Adapun Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan siap memfasilitasi investor dari Jepang untuk pengembangan proyek TOD yang ada di stasiun MRT Jakarta.
”Pemerintah Indonesia mendukung dan siap memfasilitasi investasi pembangunan TOD di sepanjang jalur MRT sebagai salah satu solusi menekan kemacetan, polusi, serta kebutuhan akan transportasi keberlanjutan di Jakarta,” kata Budi.
Sejak beroperasi pada tahun 2019, MRT Jakarta telah meletakkan fondasi kuat untuk proyek-proyek TOD dengan menyediakan jaringan transportasi yang efisien dan andal sehingga menciptakan banyak peluang kolaborasi sektor swasta, termasuk real estat, ritel, dan perhotelan.
”TOD penting karena di situ nilai komersial didapat dan juga merupakan salah satu solusi mengatasi kemacetan dan polusi. Hal ini tidak mungkin dilaksanakan pemerintah sendiri. Saya mewakili Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk memberikan dukungan pada kegiatan ini. Kami akan membantu agar apa yang kita lakukan hari ini bisa terealisasi dengan baik,” ujar Budi.
Pertumbuhan ekonomi
Menurut Budi, pengembangan TOD di sekitar stasiun MRT Jakarta akan menawarkan peluang investasi dan inovasi yang unik serta menciptakan lingkungan yang terhubung antara ruang hunian, komersial, dan rekreasi.
Dengan mengintegrasikan jaringan transportasi secara strategis, TOD tidak hanya meningkatkan konektivitas dan aksesibilitas, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan warga serta pertumbuhan ekonomi Jakarta. Di tengah perkembangan Jakarta yang tidak lagi menjadi ibu kota, lanjut Budi, justru banyak peluang yang dapat dikembangkan karena Jakarta akan menjadi kota perdagangan.
”Ini suatu kesempatan emas untuk melakukan pembangunan. Sepanjang jalur MRT, seperti dari utara-selatan dan timur-barat, banyak titik-titik strategis dan komersial sehingga saat MRT selesai dibangun ini bisa difungsikan,” katanya.
PT MRT Jakarta menyusun enam proyek tawaran investasi pada kesempatan ini, yaitu pengembangan mixed use Blok M, pedestrian deck Sudirman Hub Dukuh Atas, revitalisasi Stasiun Sudirman, extended concourse Bundaran HI, extended concourse Fatmawati, serta revitalisasi Waduk Setiabudi Barat.
Pada kegiatan forum TOD yang diikuti 40 pengusaha dari Jepang dan 20 pengusaha dari Indonesia hari ini, Budi berharap investor dan pemangku kepentingan yang ikut serta akan berpartisipasi membangun kota Jakarta yang lebih baik dan terhubung sehingga dapat menjadi contoh bagi kota-kota lain di Indonesia dan luar negeri.
TOD penting karena di situ nilai komersial didapat dan juga merupakan salah satu solusi mengatasi kemacetan dan polusi. Hal ini tidak mungkin dilaksanakan pemerintah sendiri.
”Pemerintah Jepang begitu antusias untuk berinvestasi. Apa yang telah dilakukan Jepang pada MRT telah menunjukkan komitmen Jepang begitu konsisten. Konsistensi ini adalah satu bentuk nyata keinginan untuk berkolaborasi dan apa yang dirancang ini akan menjadi kenyataan,” lanjutnya.
Sementara untuk proyek MRT Jakarta lintas timur-barat, Budi mendorong penandatanganan loan agreement untuk segera dilakukan sehingga groundbreaking yang ditargetkan pada bulan Agustus dapat terealisasi.
Pembangunan MRT lintas timur-barat ini meliputi tiga provinsi, yakni Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat, dengan trase indikatif dari Balaraja ke Cikarang sepanjang 84,1 kilometer. Adapun pembangunan di wilayah DKI Jakarta terbagi dalam dua tahap, yaitu Tomang-Medan Satria (24,5 km) dan Tomang-Kembangan (9,2 km).
Lalu, untuk proyek MRT Jakarta lintas utara-selatan, Budi mengatakan bahwa hingga saat ini prosesnya telah berjalan sesuai rencana. Ia pun mengapresiasi dukungan Jepang hingga terlaksananya penandatanganan paket kontrak CP205 antara MRT Jakarta dan Sojitz Corporation.
”Hal tersebut merupakan capaian yang patut disyukuri, namun juga mengingatkan bahwa masih akan ada tantangan yang harus kita selesaikan bersama dalam penyelesaian pembangunannya,” ujar Budi.
Sebelumnya, Direktur Utama PT MRT Jakarta Tuhiyat mengatakan, untuk menciptakan TOD yang memungkinkan pergerakan minim hambatan, harus ada enam integrasi yang dilakukan, yaitu integrasi fisik, manajemen, pembayaran, layanan, standar, dan data.
”Ada beberapa integrasi yang mesti dilakukan untuk menciptakan seamless TOD seperti Jepang. Integrasi pertama itu integrasi fisik, seperti yang kita bangun, ada connecting bridge (jembatan), underground connection seperti yang kita lihat di Jepang,” katanya.
Integrasi kedua, lanjutnya, adalah integrasi manajemen yang bertanggung jawab mengendalikan arus publik di titik-titik TOD sehingga memungkinkan pergerakan menjadi mulus karena dikendalikan satu manajemen sesuai dengan amanat Presiden RI.
Integrasi ketiga atau pembayaran, kata Tuhiyat, sedang dikembangkan, baik oleh MRT, Transjakarta, maupun Jaklingko Indonesia.
”Kemudian integrasi layanan, ini harus standar internasional, sehingga bisa memberikan kepuasan bagi pelanggan. Selain itu, upaya integrasi harus melibatkan pemerintah dan sektor swasta,” ujar Tuhiyat.
Di sisi lain, ia menyebutkan, perihal finansial menjadi tantangan selama pembangunan kawasan berorientasi transit. Karena itu, pihaknya menerapkan skema pembiayaan kreatif (creative financing), yaitu tidak menggunakan APBD ataupun APBN.
”Tantangan terbesar ialah finansial. Kami membangun penataan kawasan pembiayaan kreatif (creative financing) dengan private sector supaya tidak terlalu membebani anggaran negara atau daerah,” kata Tuhiyat.
Adapun PT MRT Jakarta sudah menggelontorkan dana Rp 1,5 triliun untuk membangun TOD di lima kawasan, yaitu Lebak Bulus, Fatmawati, Blok M dan Sisingamangaraja, Istora, dan Dukuh Atas.