Sebanyak 44 pemadam kebakaran terluka dan seorang meninggal dalam kurun 2019 hingga 8 April 2024 di Jakarta.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kebakaran mendominasi kejadian bencana di Jakarta. Si jago merah tak hanya merusak bangunan, tetapi juga melukai dan merenggut nyawa warga. Dalam lima tahun terakhir, puluhan pemadam kebakaran terluka dan seorang meninggal dalam upaya menjinakkan api.
Kendati begitu, usaha meminimalkan potensi kebakaran hingga meningkatkan keselamatan senantiasa bergulir di tengah kurangnya petugas ataupun pos pemadam kebakaran, serta tantangan padatnya Jakarta.
Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta mencatat 44 petugas terluka dan seorang meninggal dalam kurun 2019 hingga 8 April 2024. Petugas meninggal itu Samsul Triatmoko, Satgas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Kelurahan Johar Baru, yang kelelahan dan meninggal seusai memadamkan kebakaran di lantai 2 dan lantai 3 Lembaga Bantuan Hukum/Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, Minggu (7/4/2024) malam.
Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta Satriadi Gunawan menyebut, pihaknya selalu berusaha memaksimalkan 4.033 petugas yang ada meskipun jumlah ini masih jauh dari ideal dengan 10.722 petugas tersebar se-Jakarta. Usaha ini pun dibarengi dengan meminimalkan risiko atau meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja.
”Kami berupaya minimalkan risiko, prioritaskan keselamatan anggota. Kesehatan mereka harus terjaga, sesuai standar operasional prosedur, dan alat pelindung diri sudah lengkap,” kata Satriadi, Jumat (12/4/2024).
Tahun ini, Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta sudah mengajukan tambahan petugas kepada Badan Kepegawaian Daerah DKI Jakarta. Menurut rencana, akan ada 236 petugas baru menyesuaikan kondisi APBD DKI Jakarta.
Jinakkan api
Sepanjang tahun 2024 tercatat terjadi 464 kebakaran yang mengakibatkan 6 warga tewas, 27 luka-luka, dan 545 keluarga atau 1.605 orang terdampak, serta kerugian Rp 111,88 miliar. Amuk api ini paling banyak dipicu masalah kelistrikan, mencapai 320 kejadian.
Sementara dalam kurun 2019-2023 terjadi 9.200 kebakaran. Dari insiden tersebut, 142 warga tewas, 463 orang lainnya luka-luka, dan 15.636 keluarga atau 55.031 jiwa terdampak, serta kerugian Rp 1,3 triliun. Masalah kelistrikan, seperti korsleting atau hubungan pendek arus listrik, menjadi pemicu utama dengan 5.501 kejadian.
Kami berupaya minimalkan risiko, prioritaskan keselamatan anggota. Kesehatan mereka harus terjaga, sesuai standar operasional prosedur, dan alat pelindung diri sudah lengkap.
Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta menyiasati keterbatasan ini dengan adanya sukarelawan pemadam kebakaran dan membangun hidran mandiri di wilayah rawan kebakaran. Keduanya untuk melengkapi kekurangan petugas dan pos pemadam kebakaran yang baru mencakup 170 kelurahan dari total 267 kelurahan se-Jakarta.
Maret lalu, misalnya, berdiri pos sukarelawan pemadam kebakaran di RW 007, Kelurahan Krendang, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat. Wilayah ini merupakan salah satu titik padat penduduk dan rawan kebakaran.
Pos Krendang didukung 12 sukarelawan yang sudah menjalani latihan pencegahan dan penanggulangan kebakaran. Pos juga dilengkapi fasilitas untuk sosialisasi dan simulasi pencegahan dan penanggulangan kebakaran, serta alat pemadam api ringan (APAR) dan fire motorcycle.
Akhir Januari lalu juga rampung pembangunan hidran mandiri berkapasitas 14.000 liter di Jalan Gang Masjid RW 006, Kelurahan Kramat, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat. Bangunan proteksi kebakaran ini merupakan hidran mandiri ketiga di Jakarta Pusat. Adapun secara keseluruhan sudah ada 39 hidran mandiri di Jakarta.
Satriadi mengatakan, adanya hidran mandiri untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran di area yang jauh dari pos pemadam kebakaran dan sumber air. Hidran mandiri pun dapat dimanfaatkan warga untuk cadangan air saat kemarau, kerja bakti, dan lainnya.
Atas kondisi di atas, DPRD DKI Jakarta meminta Pemprov DKI Jakarta fokus menyediakan hidran di 44 kecamatan terlebih dulu sembari menunggu tersedianya pos pemadam kebakaran di 267 kelurahan.
Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Khoirudin menyebutkan, idealnya seluruh area rawan kebakaran punya hidran. Akan tetapi, butuh waktu dan biaya sehingga pembangunannya bertahap dari kecamatan ke kelurahan.
Tak lupa Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta diingatkan melatih warga untuk merawat dan memakai hidran. Paling tidak warga bisa menggunakan hidran saat terjadi kebakaran sambil menunggu datangnya pemadam kebakaran.
Sebelumnya, Ketua Komisi A DPRD DKI Jakarta Mujiyono turut menyarankan untuk memaksimalkan peran sukarelawan kebakaran yang akan disiagakan di setiap RT. Paling tidak, sukarelawan kebakaran ini membantu dalam pencegahan kebakaran, pemadaman api dengan alat pemadam api ringan, ataupun mengevakuasi warga guna meminimalkan dampak kebakaran.
Komisi A DPRD DKI Jakarta juga meminta ada pengawasan dan peningkatan kualitas instalasi listrik. Ini sehubungan dengan korsleting yang masih jadi salah satu pemicu utama kebakaran di Jakarta.