Jelang Idul Fitri, Harga Pangan di Jakarta Melonjak Tinggi
Empat hari jelang Idul Fitri, harga sejumlah komoditas pangan melonjak signifikan. Tingginya permintaan jadi penyebab.
JAKARTA, KOMPAS — Empat hari sebelum Lebaran, sejumlah harga komoditas pangan meningkat tajam. Kondisi harga barang diperkirakan akan normal satu minggu setelah Lebaran.
Susi (55), salah seorang pedagang sayur di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, menuturkan, dalam dua minggu terakhir, sejumlah harga bahan pangan meningkat tajam. Mulai dari harga cabai merah yang meningkat dari harga Rp 40.000 per kilogram (kg) menjadi Rp 60.000 per kg.
Adapun harga cabai merah besar mencapai Rp 80.000 per kg atau meningkat dibandingkan dengan sebelumnya yang seharga Rp 60.000 per kg. Setali tiga uang, harga bawang merah dan bawang putih juga meningkat dari Rp 35.000 per kg menjadi Rp 60.000 per kg. Begitu pun harga bawang putih naik dari Rp 35.000 per kg menjadi Rp 55.000 per kg.
Baca juga: Menyusun Rencana hingga ”Hilal” THR Tiba
Susi yang 11 tahun menjadi pedagang sayur menuturkan, kenaikan harga barang ini merupakan hal yang lumrah karena kebanyakan pedagang sudah kembali ke kampungnya masing-masing, sedangkan permintaan barang jelang Lebaran terus meningkat.
Apalagi tahun ini, ujar Susi, akibat cuaca buruk, pasokan barang dari daerah penghasil juga menyusut. Seperti di Brebes, pasokan bawang merah jauh berkurang sehingga berpengaruh pada harga. ”Kenaikan harga bawang merah bahkan sudah terjadi sejak awal bulan Ramadhan,” ujar Susi.
Bahkan, kenaikan harga kali ini belum mencapai puncaknya. Kemungkinan, dua hari setelah Lebaran, harga cabai bisa mencapai Rp 100.000 per kg. Hal ini karena setelah Lebaran, belum banyak pedagang yang kembali berjualan dan Susi hanya mengandalkan barang stok yang sudah disimpan sebelum hari raya.
Di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, menunjukkan tren serupa. Untuk harga cabai yang semula Rp 30.000 per kg menjadi Rp 45.000 per kg. Adapun untuk harga bawang merah dari Rp 30.000 per kg menjadi Rp 40.000 per kg.
Harga daging sapi ikut meningkat pesat. Maryadi (55), salah seorang pedagang daging sapi di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, menuturkan, saat ini dagangannya sudah menyentuh harga Rp 140.000 per kg, meningkat dibandingkan dengan harga sebelumnya, yakni sekitar Rp 120.000 per kg.
Kenaikan harga ini disebabkan oleh melonjaknya permintaan. Maryadi menuturkan, jelang Lebaran, permintaan daging sapi bisa meningkat empat kali lipat. Di hari biasa, Maryadi hanya menjual 400 kg daging sapi, tetapi jelang hari Lebaran, pria asal Sukabumi, Jawa Barat, ini bisa menjual daging sapi hingga 2 ton per hari.
Bahkan, Maryadi menilai, puncak kenaikan harga daging sapi akan terjadi pada satu hari sebelum Lebaran, di mana bisa mencapai Rp 160.000 per kg. ”Kemungkinan besok (Minggu/7/4/2024) harga daging kembali naik menjadi Rp 150.000 per kg,” katanya.
Kenaikan harga barang ini sesuai dengan data yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Per 6 April 2024, dalam situs https://www.bi.go.id/hargapangan/ menunjukan harga bawang merah, bawang putih, cabai rawit merah, cabai merah keriting, dan daging sapi mengalami kenaikan.
Dengan disebarnya paket ini, diharapkan bisa mengendalikan harga bahan pangan agar tidak naik terlalu jauh.
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta Diana Dewi menuturkan, kenaikan menjelang Lebaran memang lumrah terjadi. Hal ini tidak lepas dari adanya hukum pasar, ketika permintaan meningkat, maka harga akan naik. ”Kenaikan harga sebesar 20 persen dari harga normal masih bisa ditolerir,” katanya.
Hanya saja, jika harga sudah mencekik, tentu akan menyulitkan masyarakat. Karena itu, beragam program, seperti paket kebutuhan pokok murah, diharapkan dapat menekan harga pasar.
Seperti Kadin DKI Jakarta, yang menyalurkan sekitar 17.000 paket kebutuhan pokok murah yang diberikan kepada sejumlah instansi pemerintahan dan masyarakat di seluruh wilayah DKI Jakarta dan Kepulauan Seribu. Paket yang berisi terigu, gula, daging ayam, dan daging sapi senilai Rp 180.000 per paket ditebus oleh masyarakat dengan harga Rp 100.000 per paket.
”Dengan disebarnya paket ini, diharapkan bisa mengendalikan harga bahan pangan agar tidak naik terlalu jauh,” katanya.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan sejumlah upaya untuk memastikan harga dan ketersediaan produk pangan di Jakarta tetap stabil menjelang hari raya Idul Fitri. Salah satu caranya adalah dengan menjalin kerja sama antarsesama badan usaha milik daerah (BUMD) di setiap daerah terkait.
Asisten Perekonomian dan Keuangan Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta Sri Haryati mengatakan bahwa kebutuhan masyarakat terhadap pangan cenderung meningkat mendekati Lebaran. Apalagi, sebesar 98 persen pangan Jakarta diperoleh dari daerah lain. Karena itu, BUMD pangan DKI Jakarta telah melakukan kerja sama antardaerah terkait dengan suplai pangan.
Baca juga: Harga Sejumlah Bahan Pokok Melonjak di Akhir Tahun
”BUMD DKI Jakarta melakukan kerja sama antardaerah terkait suplai pangan. Sampai saat ini, kita sudah bekerja sama dengan 38 kabupaten/kota dari sembilan provinsi di Indonesia untuk pemenuhan stok pangan,” ujar Sri.
Pengamat ekonomi dari Universitas Sriwijaya Muhammad Ichsan Hadjri menuturkan, kenaikan harga barang menjelang Idul Fitri merupakan hal yang lumrah. Itu karena memang permintaan jauh lebih besar dibandingkan dengan pasokan yang tersedia.
Selain faktor permintaan dan pasokan, kenaikan harga pasar juga dipengaruhi oleh kondisi distribusi.
”Jika komoditas semakin sulit diakses, tentu akan membuat biaya transportasi barang semakin besar. Semua itu dibebankan kepada konsumen melalui harga barang,” katanya.
Di sisi lain, ujar Ichsan Hadjri, walaupun harga barang naik, konsumsi rumah tangga diperkirakan akan meningkat seiring dengan adanya hari raya.
”Apalagi saat ini tunjangan hari raya bagi ASN dibayarkan secara penuh. Hal ini diharapkan dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi,” katanya.