Minim Sampah Menyempurnakan Ramadhan dan Mudikmu Tahun Ini
Gaya hidup minim sampah dimulai dari diri atau rumah sendiri dan bisa dilakukan setiap tahun sehingga jadi kebiasaan.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ramadhan hingga mudik dan libur Lebaran makin afdal dengan gaya hidup minim sampah. Langkahnya mudah, dimulai dari diri atau rumah sendiri dan bisa dilakukan setiap tahun sehingga jadi kebiasaan atau gaya hidup.
Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, misalnya, mengajak seluruh warga untuk menerapkan Green Ramadhan selama menjalankan ibadah puasa. Green Ramadhan berarti menjalankan ibadah puasa dengan menjaga kelestarian lingkungan di rumah masing-masing.
Pertama, mulai dengan mengurangi sisa makanan, memasak makanan secukupnya atau sesuai kebutuhan, dan mengonsumsi kelebihan hidangan berbuka puasa saat sahur.
”Prinsipnya mengurangi food loss (makanan terbuang) dan food waste (sisa makanan) atau mubazir dalam konsumsi,” ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto, Jumat (5/4/2024).
Kedua, dengan menghemat air. Hal ini dapat dilakukan oleh semua orang. Contohnya, saat wudu pastikan menggunakan air secara efisien. Tutup keran ketika air tidak digunakan dan hanya memakai air sesuai langkah wudu. Air bekas wudu dimanfaatkan untuk menyiram tanaman.
Upaya ketiga, mengurangi plastik sekali pakai saat berbelanja. Sebagai gantinya bisa menggunakan wadah makan dan minum guna ulang atau hindari membeli makanan dan minuman untuk berbuka puasa dengan kemasan plastik sekali pakai.
“Tersedia tempat untuk spunbond (tas guna ulang) di pasar tradisional. Semoga bisa dimanfaatkan,” kata Asep.
Langkah keempat atau terakhir, di momentum Ramadhan ini warga bisa lebih hemat energi, misalnya mematikan lampu dan peralatan elektronik saat tidak digunakan.
Mudik Lebaran
Selanjutnya, mudik minim sampah. Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta menyiapkan petugas dan sarana untuk penanganan sampah di stasiun, terminal, dan pelabuhan sebagai bagian dari mudik minim sampah.
Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta menyiapkan 3.080 petugas kebersihan untuk malam takbiran, Idul Fitri 1445 Hijriah, dan selama libur Lebaran. Ribuan petugas ini memastikan kebersihan, terutama di masjid besar, tempat wisata, dan area publik.
Petugas juga disebar ke setiap kecamatan dengan dukungan ratusan truk sampah dan 85 kendaraan penyapu jalan otomatis atau road sweeper.
Asep mengatakan, pengelola angkutan mudik sudah diminta menerapkan mudik minim sampah dan mengangkut sampah secara berkala. Contohnya, mengurangi dampak akibat sampah yang tidak terkelola, terutama dari sisa makanan dan kemasan.
Volume sampah harus dikurangi. Pertama, kurangi makanan dan minuman dalam kemasan.
Di samping itu, menginstruksikan pengosongan tempat penampungan sampah sementara di seluruh Jakarta sekalipun Tempat Pembuangan Sampah Terpadu Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat, tetap beroperasi selama libur Lebaran.
Dengan begitu, dapat menampung sampah dengan kapasitas maksimal setelah libur Lebaran, menjaga kebersihan lingkungan, serta mencegah berkembangnya lalat dan vektor penyakit lain.
”Saat tukang gerobak kembali dari mudik, sampah yang tersisa di rumah warga langsung diangkut dan sebanyak mungkin terangkut ke tempat sampah,” ucap Asep.
Kelola sampah
Saat mudik dan libur Lebaran, volume sampah secara keseluruhan berpotensi turun. Namun, produksi sampah per individu berpotensi meningkat signifikan, khususnya sampah kemasan dan sisa makanan.
Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat, timbulan sampah harian di Jakarta mencapai 8.527 ton per hari pada 2022.
Sampah tersebut terdiri dari kayu atau ranting 31,59 persen, sisa makanan 25,5 persen, plastik 19,18 persen, kertas atau karton 12,17 persen, dan lainnya. Dengan jumlah 19,18 persen, berarti ada 1.635 ton sampah plastik per hari.
Adapun saat Lebaran, jumlah sampah turun setengahnya. Tahun 2023, misalnya, berdasarkan informasi dari laman Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, 4.214 ton sampah masuk ke Tempat Pembuangan Sampah Terpadu Bantargebang. Sampah diangkut 812 truk menimbang dan 92 dump truck serta waktu bongkar 2 jam 52 menit.
Dosen Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, Yuki Wardhana, menyebut, yang harus diperhatikan adalah sampah akan banyak berada di level rumah tangga dalam waktu relatif lama karena petugas kebersihan libur. Hal ini tentunya berpotensi menimbulkan bau dan penyakit.
”Volume sampah harus dikurangi. Pertama, kurangi makanan dan minuman dalam kemasan. Apabila tidak dapat dikurangi, sampah kemasan kering dipisahkan dan diberikan kepada pengumpul sampah,” kata Yuki, Jumat siang.
Kedua, lajut Yuki, memasak sesuai dengan kebutuhan sehingga tidak ada yang terbuang dan ketiga, apabila terdapat sampah, pisahkan sampah kering dan basah lalu simpan ditempat tertutup.
”Agar terhindar dari campuran air dan mengurangi penyebaran bau,” ujar Yuki.