Menyusun Rencana hingga ”Hilal” THR Tiba
Menyambut Idul Fitri, pencairan THR merupakan hal yang paling ditunggu-tunggu. Beberapa warga sudah menyusun rencana.
Tunjangan hari raya seakan menjadi hal yang paling ditunggu-tunggu jelang Idul Fitri. Pendapatan non-upah ini menjadi andalan untuk memenuhi kebutuhan selama perayaan.
Istilah ”Hilal THR belum terlihat” kerap menjadi candaan jelang hari raya. Ini menjadi kiasan bagi mereka yang menanti-nantikan tunjangan hari raya atau THR. Vina Aprilia (26), karyawan swasta di Tangerang, Banten, Jawa Barat, biasanya menggunakan THR untuk membiayai kebutuhannya selama merayakan Idul Fitri bersama keluarga di Rangkasbitung, Banten.
Uang tersebut dialokasikan untuk berbagai keperluan, mulai dari membeli makanan hingga dana untuk salam tempel bagi keponakannya. Apalagi harga kebutuhan pokok menjelang hari raya diprediksi akan melonjak tinggi. ”Karena itu, THR sangat dibutuhkan agar gaji bulanan kita tidak terganggu,” katanya.
Agar tidak ”kebablasan”, Vina dari awal sudah menakar jumlah keperluan. Misalnya, untuk makanan dan kue selama Lebaran dialokasikan sekitar 35 persen dari THR yang ia terima, sedangkan untuk salam tempel ia alokasikan dana sekitar 30 persen dari jumlah THR. ”Sisa (uang) nya, ditabung,” katanya.
Vina pun menyiasati pola pembelian bahan kebutuhan pokok agar tidak memberatkan, yakni dengan melakukan arisan. Sejak 10 bulan sebelum Lebaran, Vina bersama kerabatnya sudah mengadakan arisan berupa tabungan sekitar Rp 150.000 per bulan.
Dana itu akan digunakan untuk membeli daging dan berbagai kebutuhan pokok untuk Lebaran. ”Jadi, THR kita tidak tergerus karena harga daging yang melonjak,” kata Vina.
Menurut dia, keberadaan THR sangat penting mengingat jika hanya mengandalkan gaji tentu akan memengaruhi pendapatan di masa yang akan datang.
”Jangan sampai karena habis akibat Lebaran, kehidupan kita selanjutnya jadi semakin berat,” ucapnya.
Baca juga: Menakar Efek THR bagi Perekonomian Nasional
Beruntung perusahaan tempat ia bekerja tidak pernah lalai dalam memberikan THR.
”Biasanya dua minggu sebelum Idul Fitri, THR sudah cair,” ujar Vina yang sudah bekerja di perusahaan itu lima tahun terakhir.
Begitu pun dengan Purika Ayu Tirani (29), karyawan BUMD di Jakarta yang juga telah mengalokasikan dana THR-nya. Walaupun ia tidak merayakan Idul Fitri, perusahaan tempat ia bekerja tetap memberikan THR.
”Memang perusahaan tempat saya bekerja memberikan dua kali THR setiap tahun, yakni ketika Idul Fitri dan Natal,” kata warga Jagakarsa, Jakarta Selatan, ini.
Purika juga mengalokasikan dana THR-nya untuk berbagai keperluan. Misalnya, dana untuk membeli bingkisan (hampers) bagi rekan kerja, sahabat, dan tetangga yang merayakan Idul Fitri. Menurut dia, tradisi ini diharapkan dapat mempererat tali silaturahmi walau dirinya tidak merayakan Idul Fitri.
Ketika Ramadhan pun, Purika kerap mengikuti acara buka bersama (bukber) yang digelar oleh teman-temannya. Acara itu merupakan bagian dari pergaulan yang tentu mengeluarkan dana yang tidak sedikit.
”Uang THR-lah yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut,” katanya.
Intinya, dari jumlah THR yang ia terima, Purika selalu mengalokasikan dana sekitar 50 persen untuk tabungan dan 10 persen untuk perpuluhan.
Menurut dia, THR sangat diperlukan mengingat harga kebutuhan jelang Idul Fitri biasanya meningkat ketimbang hari normal. Jika tidak ada THR, tentu bisa mengusik alokasi dana untuk pengeluaran rutin di bulan selanjutnya.
”Jangan sampai karena pengeluaran kita membengkak, ketika Lebaran usai, kita meminjam uang di aplikasi pinjaman daring untuk memenuhi kebutuhan di bulan selanjutnya. Jika ini terjadi tentu akan membuat perekonomian lebih terpuruk,” kata anak kedua dari empat bersaudara ini.
Devie (23), ibu rumah tangga di Bogor, Jawa Barat, juga harus pintar-pintar mengatur THR yang diberikan oleh suaminya. Menurut dia, ketika masih bekerja dan sudah menjadi ibu rumah tangga, alokasi THR tentu berbeda.
”Dulu ketika masih bekerja, saya hanya fokus untuk keluarga saya saja, tetapi sekarang juga harus fokus pada keluarga suami,” katanya.
Oleh sebab itu, THR harus diatur sedemikian rupa agar tidak ”jebol” setelah hari raya. Menurut rencana, THR akan digunakan untuk membeli kebutuhan seperti pakaian, makanan, dan memberikan salam tempel kepada keponakan.
”Dengan THR diharapkan Idul Fitri tahun ini bisa lebih meriah,” katanya.
Di tengah euforia warga menyambut THR, tantangan kenaikan harga seakan siap menghadang. Harga kebutuhan pokok melesat hebat, seperti harga beras yang dalam dua bulan terakhir secara bertahap mengalami kenaikan. Operasi pasar belum mampu menekan harga beras di pasaran.
Hambali, pedagang beras di Pasar Rawajati, Pancoran, memprediksi harga beras jelang Idul Fitri akan naik. ”Kemungkinan harga beras paling murah saat ini berada di kisaran Rp 13.000 per liter,” ujarnya.
Kondisi ini membuat banyak warga yang menahan untuk membeli beras. Dia pun memprediksi harga beras baru akan turun ketika panen raya tiba, tepatnya setelah Lebaran.
Tidak hanya beras, harga telur pun melonjak. Di tingkat pengecer, harga telur sekitar Rp 32.000 per kg.
David, agen telur di Pancoran, Jakarta Selatan, menuturkan, sejak awal puasa harga telur tidak pernah turun. ”Harga telur ini sudah mahal di tingkat peternak,” ujar David.
Baca juga: Menakar Dampak Pencairan THR 100 Persen ke Pertumbuhan Ekonomi
Selain karena kenaikan harga pakan, kenaikan telur ini juga karena keterbatasan pasokan dari peternak.
”Harapannya, setelah Lebaran, harga telur ayam bisa stabil kembali,” ujar David.
Ungkit daya beli
Pengamat ekonomi dari Universitas Sriwijaya, Muhammad Ichsan Hadjri, berpendapat, keberadaan THR akan mengungkit pertumbuhan ekonomi. Apalagi sejumlah kebijakan dari pemerintah membuat pencairan THR lebih penuh dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Aparatur sipil negara (ASN) dan pensiunan akan mendapatkan THR secara penuh, begitu pun pegawai swasta harus diberi THR minimal satu kali gaji dan tidak boleh dicicil. Pemberian THR diharapkan dapat mengungkit daya beli masyarakat di tengah melonjaknya harga kebutuhan pokok.
Selain itu, ketika Idul Fitri tiba, banyak warga yang akan mudik. Tradisi ini tentu akan membuat dampak THR mengalir hingga ke pelosok desa.
”Harapannya, pertumbuhan ekonomi tidak hanya terkonsentrasi di perkotaan, tetapi bisa dirasakan hingga ke daerah,” ujarnya.
Dengan skema ini diharapkan target pemerintah untuk bisa mencapai pertumbuhan ekonomi hingga 5,2 persen dapat terwujud.
”Karena pada dasarnya kontribusi konsumsi masyarakat terhadap pertumbuhan ekonomi cukup besar. Dampaknya, ketika daya beli masyarakat meningkat maka pertumbuhan ekonomi pun terungkit,” kata Ichsan.
Meskipun demikian, dia mengimbau kepada warga untuk bijak membelanjakan THR. Walau jumlah nominal THR akan lebih besar tahun ini, tidak ada salahnya untuk menyisihkan 10 persen-20 persen untuk ditabung.
”Karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi ke depan, apalagi saat ini masih dalam fase transisi pemerintahan,” kata Ichsan.
Sebelumnya, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan, di tengah perkembangan ekonomi tahun ini yang masih serba tidak pasti, daya ungkit terhadap daya beli masyarakat perlu diupayakan untuk menopang pertumbuhan ekonomi nasional.
Keyakinan pemerintah itu tampaknya beralasan. Berkaca pada 2023, pemerintah hanya mengucurkan THR bagi ASN dan anggota TNI-Polri serta tunjangan kinerja tetap yang diberikan separuh. Efeknya mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi kuartal II-2023 menyentuh 5,17 persen. Pada periode itu, kinerja konsumsi rumah tangga juga berhasil naik hingga 5,22 persen, terutama karena meningkatnya aktivitas belanja masyarakat seiring datangnya Ramadhan dan Idul Fitri.
Walau jumlah nominal THR akan lebih besar tahun ini, tidak ada salahnya menyisihkan 10 persen-20 persen untuk ditabung.
Pada tahun ini, pemerintah mencairkan semua komponen THR dan gaji ke-13 seutuhnya atau 100 persen. Semua golongan ASN kali ini kebagian. Dengan nilai THR dan gaji ke-13 yang diterima utuh, potensi uang yang dibelanjakan juga akan lebih banyak. Hal ini tentu saja berdampak signifikan pada perekonomian nasional (Kompas.id, 20 Maret 2024).
Keberadaan THR diharapkan tidak hanya mengungkit daya beli, tetapi juga bisa menambah keceriaan saat bertemu keluarga.