Tetap Waspada DBD, Berantas Sarang Nyamuk secara Mandiri
Kelembaban yang tinggi dan meningkatnya curah hujan awal tahun ini berpotensi meningkatkan penularan DBD.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kasus demam berdarah dengue atau DBD terus bertambah di Jakarta. Terdapat 1.347 kasus sejak awal tahun hingga Rabu (13/3/2024). Tetap waspada, khususnya dengan menerapkan pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M plus, yaitu menguras, menutup, dan mendaur ulang, plus kegiatan lain untuk mencegah perkembangbiakan dan gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat ada 1.347 kasus DBD berdasarkan data bersih kasus demam berdarah di Jakarta per Rabu. Jumlah ini bertambah dari 627 kasus DBD tanpa kematian per 19 Februari lalu.
Kasus DBD paling banyak terjadi di Jakarta Barat dengan 472 kasus. Kemudian berturut-turut, Jakarta Selatan 361 kasus, Jakarta Timur 322 kasus, Jakarta Pusat 76 kasus, dan Kepulauan Seribu 12 kasus.
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat mencatat ada 438 kasus DBD sampai Kamis (14/3/2024). Upaya pengendalian terus bergulir, terutama pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M plus.
”Upaya pengendalian terus berjalan apalagi tren kasus DBD masih ada kemungkinan meningkat. Pemberantasan sarang nyamuk, khususnya secara mandiri, lebih diutamakan,” kata Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat Erizon Safari, Selasa (19/3/2024).
Kelembaban yang tinggi dan meningkatnya curah hujan awal tahun ini berpotensi meningkatkan penularan DBD. Upaya pengendalian secara masif dilakukan pada tujuh tatanan, yakni permukiman, perkantoran, institusi pendidikan, tempat umum, tempat pengelolaan makanan, fasilitas pelayanan kesehatan, dan fasilitas olahraga,
Secara terpisah, Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan Yudi Dimyati menyebut, kasus DBD di wilayahnya tertangani dengan baik. Selain pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M Plus, berjalan pula pemeriksaan jentik secara berkala dan penguatan surveilans, serta penyelidikan epidemiologi.
”Kami fogging (pengasapan) jika hasil penyelidikan epidemiologi positif DBD. Juga melibatkan masyarakat dalam tujuh tatanan dan penguatan koordinasi dengan lintas program dan sektor,” ujar Yudi.
Perawatan
Kasus DBD tertangani dengan baik, seperti di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tamansari, Jakarta Barat. Sebelumnya, pada 27 Februari lalu, RSUD ini kehabisan ruang inap sehingga lima kasus DBD rujukan dari puskesmas belum bisa dirawat.
Saat ini, ada 8 kasus DBD dalam perawatan di RSUD Tamansari. Rinciannya 6 kasus anak dan 2 kasus dewasa.
Kepala Seksi Pelayanan Medik dan Keperawatan RSUD Tamansari Jakarta Ngabila Salama mengatakan, pola kasus DBD selalu sama setiap tahunnya. Terjadi kenaikan kasus mulai Desember dengan puncak April. Kemudian kasus akan turun.
Selain pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M plus, berjalan pula pemeriksaan jentik secara berkala dan penguatan surveilans, serta penyelidikan epidemiologi.
”Musim hujan menimbulkan genangan sebagai tempat berkembangnya nyamuk, sedangkan pancaroba membuat imunitas turun dan kelembaban udara tinggi saat musim hujan membuat nyamuk Aedes aegypti lebih mudah berkembang biak,” kata Ngabila.
Selain memberantas sarang nyamuk, warga bisa mencegah potensi DBD dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Pola hidup sehat itu antara lain tidak menggantung baju di tempat terbuka karena bisa jadi sarang jentik dan nyamuk; seminggu sekali memantau jentik atau memberantas sarang nyamuk; dan menyemprotkan obat nyamuk atau memakai losion antinyamuk.