Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat 627 kasus demam berdarah dengue atau DBD tanpa kematian hingga 19 Februari 2024.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kasus demam berdarah dengue atau DBD di Jakarta meningkat sejak awal Februari 2024. Dilaporkan hingga Februari terdapat 627 kasus tanpa kematian.
Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat 627 kasus DBD tanpa kematian hingga 19 Februari. Rinciannya, sebanyak 208 kasus di Jakarta Barat, 161 kasus di Jakarta Timur, 145 kasus di Jakarta Selatan, 74 kasus di Jakarta Utara, 34 kasus di Jakarta Pusat, dan 5 kasus di Kepulauan Seribu.
Sekalipun jumlahnya di bawah kasus DBD tahun 2023, Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengingatkan kewaspadaan dini terhadap penyebaran nyamuk Aedes aegypti.
Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ani Ruspitawati menyebut, terjadi kenaikan kasus DBD sejak awal Februari. Seluruh fasilitas kesehatan di Jakarta sudah diminta mendeteksi dini dan melakukan penatalaksanaan kasus DBD sesuai standar ataupun menyiapkan ketersediaan ruang rawat dan logistik untuk perawatan pasien.
Sementara warga diminta waspada dan menerapkan pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M Plus, yakni menguras, menutup, dan mendaur ulang, plus kegiatan lain untuk mencegah perkembangbiakan dan gigitan nyamuk Aedes aegypti.
”Kelembaban yang tinggi dan meningkatnya curah hujan saat ini berpotensi meningkatkan penularan DBD. Perlu upaya pengendalian secara masif pada tujuh tatanan di permukiman, perkantoran, institusi pendidikan, tempat umum, tempat pengelolaan makanan, fasilitas pelayanan kesehatan, dan fasilitas olahraga,” kata Ani, Jumat (1/3/2024).
Program pengendalian DBD yang dilakukan, antara lain, 3M Plus, meningkatkan pemantauan jentik oleh juru pemantau jentik (jumantik) dua kali sepekan, fogging atau pengasapan, dan kerja sama dengan tujuh tatanan tersebut.
Selain merujuk ke fasilitas kesehatan yang tersedia rawat inapnya, warga juga disarankan menjalani vaksinasi DBD. Vaksinasi ini diberikan dua kali dalam waktu tiga bulan antardosis dengan biaya Rp 700.000 per dosis.
Dinas Kesehatan DKI Jakarta juga mengajak warga untuk berperan aktif dalam gerakan satu rumah satu jumantik dan 3M Plus di tempat tinggal masing-masing minimal sekali sepekan. Upaya lainnya adalah menanam tanaman yang tidak disukai nyamuk, seperti lavender, sereh, dan jeruk nipis. Kemudian mengupayakan ventilasi dan pencahayaan yang cukup dalam ruangan, menghindari kebiasaan menggantung pakaian, serta memakai lotion antinyamuk untuk mencegah gigitan nyamuk.
Kenaikan kasus DBD ini salah satunya telihat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tamansari, Jakarta Barat, yang sudah merawat lima pasien, terdiri dari dua dewasa dan tiga anak-anak.
Kepala Seksi Pelayanan Medik dan Keperawatan RSUD Tamansari Jakarta Ngabila Salama mengatakan, pada 27 Februari lalu terdapat lima kasus DBD rujukan dari puskesmas yang belum bisa dirawat karena ruang rawat penuh.
Selain merujuk ke fasilitas kesehatan yang tersedia rawat inapnya, warga juga disarankan menjalani vaksinasi DBD. Vaksinasi ini diberikan dua kali dalam waktu tiga bulan antardosis dengan biaya Rp 700.000 per dosis.
Gejala DBD
Sejumlah gejala DBD ditandai dengan demam 2–7 hari, disertai manifestasi pendarahan, penurunan trombosit (trombositopenia), adanya hemokonsentrasi atau kebocoran plasma (peningkatan hematokrit, asitesis, efusi pleura, hipoalbuminemia), serta beberapa gejala lainnya, yaitu nyeri kepala, nyeri otot dan tulang, serta ruam kulit atau nyeri belakang bola mata.
Ani mengatakan, tidak semua infeksi menunjukkan manifestasi DBD berat. Ada kasus demam ringan yang akan sembuh dengan sendirinya atau sama sekali tanpa gejala sakit (asimtomatik). Sebagian kasus lainnya juga tidak menimbulkan kebocoran plasma dan mengakibatkan kematian.
”Tetap perlu kewaspadaan dini. Lakukan upaya pengendalian DBD dan fasilitas kesehatan siap melayani kasus DBD,” ujarnya.