Anggaran Penanganan Bencana di Kota Bogor Naik Tiga Kali Lipat
Anggaran bantuan tak terduga Rp 98,5 miliar telah disiapkan untuk penanganan bencana, dari sebelumnya Rp 30 miliar.
Oleh
AGUIDO ADRI
·4 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Tingginya intensitas hujan disertai angin kencang di wilayah Kota Bogor, Jawa Barat, beberapa hari terakhir, menyebabkan 30 kejadian bencana. Anggaran bantuan tak terduga atau BTT sebesar Rp 98,5 miliar telah disiapkan untuk penanganan bencana 2024.
Kepala Pelaksana Badan Penanganan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bogor Hidayatulloh mengatakan, hingga pertengahan Maret terjadi 30 kejadian bencana. Dari sejumlah bencana itu, tanah longsor mendominasi dengan 15 kejadian dan 8 kejadian bangunan roboh.
Kejadian yang cukup menonjol dari peristiwa tanah longsor seperti terjadi di Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Rabu (13/3/2024). Longsor itu menyebabkan sebuah fondasi rumah warga mengalami kerusakan.
Pada hari yang sama, longsor kembali terjadi di Kampung Muara Kidul, Kelurahan Pasirjaya, Kecamatan Bogor Barat. Material longsor dari tembok penahan tanah di sebuah rumah kosong menimpa rumah warga yang berada di bawahnya sehingga menyebabkan kerusakan.
”Tercatat ada delapan rumah atau bangunan rusak ringan, enam rusak sedang, dan lima rusak berat. Peristiwa bencana itu menyebabkan 21 keluarga atau 82 jiwa terdampak dengan enam orang mengalami luka ringan. Warga terdampak sementara akan disediakan hunian sementara,” kata Hidayatulloh, Senin (18/3/2024).
Adapun pada sepanjang Februari 2024, BPBD Kota Bogor mencatat ada 73 bencana. Peristiwa bencana paling sering terjadi ialah longsor dengan 38 kejadian, dan 14 kejadian di antaranya di Kecamatan Bogor Selatan, yang menjadi wilayah terbanyak terjadi bencana. Lalu, bangunan roboh 14 kejadian, pohon tumbang 10 kejadian, dan banjir 4 kejadian. Dari bencana tersebut, 121 keluarga atau 317 jiwa terdampak.
Cuaca ekstrem yang ditandai hujan deras dan angin kencang masih akan terjadi beberapa hari ke depan. Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kata Hidayatulloh, faktor kondisi fisis dan dinamika atmosfer, serta laut skala global ataupun regional baik yang sedang berlangsung dapat memengaruhi kondisi iklim di Provinsi Jawa Barat, termasuk di Kota Bogor.
Anomali suhu muka laut (SST) di wilayah Nino 3.4 pada dasarian II Februari 2024 menunjukkan, kondisi anomali positif/hangat. Indeks Nino 3.4 dan indeks ENSO bernilai +1.5 (El Nino Moderat), kondisi ini menunjukkan El Nino secara gradual terus-menerus turun dari periode sebelumnya (kondisi El Nino sudah berlangsung selama 28 dasarian).
Kemudian, anomali SST di Samudra Hindia bagian timur diprediksi hangat hingga Agustus 2024. Indian Ocean Dipole (IOD) diprediksi pada kisaran netral pada dasarian II Februari 2024 dengan indeks sebesar -0.21 dan IOD Netral terus bertahan hingga pertengahan tahun 2024.
”Informasi prakiraan curah hujan Maret dan April 2024, umumnya wilayah Bogor diprakirakan berkriteria hujan tinggi, 300-500 mm/bulan),” ujarnya.
Sementara untuk bulan Mei 2024, umumnya berkriteria hujan menengah (150-300 mm/bulan) dan kriteria hujan tinggi diprakirakan terjadi di wilayah Bogor Barat bagian selatan.
Biaya tak terduga
Ketua DPRD Kota Bogor Atang Trisnanto dalam keterangan resminya menuturkan, pihaknya telah menyetujui dan menyiapkan anggaran sebesar Rp 98,5 miliar untuk alokasi dana biaya tak terduga (BTT) dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2024.
”Rp 98,5 miliar mudah-mudah bisa segera mempercepat perbaikan dan penanganan bencana di Kota Bogor,” kata Atang.
Anggaran BTT 2024, kata Atang, lebih besar tiga kali lipat dari tahun sebelumnya, yaitu Rp 30 miliar. Alokasi BTT 2024 lebih besar dari pada BTT 2023 karena mempertimbangkan angka peristiwa bencana pada 2023 yang sangat banyak, yaitu 1.011 kejadian.
Ribuan bencana itu menyebabkan 13 orang tewas dan 42 orang luka-luka. Selain itu, bencana di Kota Bogor menyebabkan 13.230 jiwa terdampak, ada 1.424 rumah rusak dengan rincian 850 rusak ringan, 108 rusak sedang, dan 466 rumah rusak berat.
Dengan biaya tersebut, Pemerintah Kota Bogor akan segera menangani lima titik longsor di Kelurahan Balumbang, Batutulis, Kelurahan Cimahpar, Kelurahan Pakuan, serta Kelurahan Muarasari.
Zona hitam
Dari prakiraan cuaca hingga hasil asesmen, BPDB Kota Bogor pun mengeluarkan pembaruan zona rawan bencana. Peta zona bencana ini agar menjadi perhatian semua warga untuk segera mengungsi dan waspada jika terjadi cuaca ekstrem.
Dari peta bencana itu, ada 1.001 rumah berdiri di zona hitam dan 2.708 rumah berada di zona merah bencana. Di Kecamatan Bogor Utara tercatat ada 483 keluarga tinggal di zona hitam yang tersebar di Kelurahan Ciluar, Cimahpar, Tegal Gundil, Cibuluh, Kedunghalang, Ciparigi, dan Bantarjati.
Selanjutnya, di Kecamatan Bogor Tengah, ada 249 keluarga tinggal di zona hitam yang tersebar di Kelurahan Ciwaringin, Kebon Kelapa, Panaragan, dan Pabaton. Di Kecamatan Bogor Selatan, total 106 keluarga tinggal di zona hitam di Kelurahan Empang, Bondongan, Muarasari, Lawanggintung, Batutulis, Cipaku, Pamoyanan, Pakuan, dan Rangga Mekar.
Dari peta bencana itu, ada 1.001 rumah berdiri di zona hitam dan 2.708 rumah berada di zona merah bencana.
Di Kecamatan Bogor Barat, ada 81 keluarga tinggal di zona hitam yang tersebar di Kelurahan Semplak, Bubulak, Curug, Balumbang Jaya, Curug Mekar, Gunung Batu, Pasir Jaya, Pasir Kuda, Pasir Mulya, dan Sindang Barang.
Di Kecamatan Tanah Sareal, sebanyak 55 keluarga tinggal di zona hitam yang tersebar di Kelurahan Kebon Pedes, Kayumanis, Sukaresmi, Tanah Sareal, Cibadak, Kencana, Kedung Badak, dan Kedung Waringin. Di Kecamatan Bogor Timur, ada 27 keluarga tinggal di zona hitam yang tersebar di Kelurahan Sindangsari dan Kelurahan Sukasari.