Tetap Waspada meski Intensitas Hujan di Jakarta Menurun
Warga dan Pemprov DKI harus tetap waspada dan tidak boleh terlena dengan prediksi cuaca penurunan intensitas hujan.
JAKARTA, KOMPAS — Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta melaporkan, tinggi muka air di seluruh pintu air di DKI Jakarta dalam kondisi normal pada Jumat (1/3/2024). Meskipun demikian, masyarakat diimbau tetap waspada. Pemerintah Provinsi DKI tidak boleh terlena dengan prediksi cuaca yang menyebutkan bahwa intensitas hujan menurun.
Pada Jumat (1/3/2024) pukul 17.00 WIB, tinggi muka air di Pintu Air Katulampa mencapai 30 cm dengan cuaca terang dan status normal atau Siaga 4. Selain di Katulampa, 11 pintu air lain di DKI juga berada dalam status normal.
Tinggi muka air di Pintu Air Pos Depok ialah 95 cm, Pintu Air Manggarai (645 cm), Pintu Air Karet (280 cm), Pintu Air Krukut Hulu (40 cm), Pintu Air Pesanggrahan (65 cm), Pintu Air Angke Hulu (40 cm), Pintu Air Waduk Pluit (-185 cm), Pintu Air Pasar Ikan (laut) setinggi 150 cm, Pintu Air Cipinang Hulu (80 cm), Pintu Air Sunter Hulu (100 cm), serta Pintu Air dan Pulo Gadung (330 cm). Tinggi muka air itu terus naik turun setiap jamnya.
Baca juga: Indonesia Memasuki Musim Pancaroba, Waspadai Cuaca Ekstrem
”Untuk hari ini, sejak pagi semua pintu air dalam status normal,” kata Kepala Satuan Pelaksana Pengolahan Data dan Informasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi DKI Jakarta Michael Sitanggang.
Meskipun demikian, Pemerintah Daerah, Pemerintah Provinsi DKI, dan seluruh pihak yang bertugas harus tetap waspada dan berjaga-jaga. Warga Jakarta juga diharapkan untuk terus waspada serta memantau perkembangan cuaca.
BPBD DKI Jakarta pun telah menyiapkan mitigasi risiko dengan membuat dapur darurat jika terjadi bencana banjir berskala besar. Lalu, mengerahkan personel untuk memonitor kondisi genangan di setiap wilayah saat terjadi banjir, serta berkoordinasi dengan unsur Dinas Sumber Daya Air (SDA), Dinas Bina Marga, dan Dinas Gulkarmat untuk melakukan penyedotan genangan serta memastikan tali-tali air berfungsi dengan baik.
Adapun sehari sebelumnya, pada Kamis (29/2/2024), tinggi muka air di Pintu Air Pulo Gadung ialah 580 cm dan berstatus Siaga 3. Di sisi lain, sebanyak enam RT dan 17 ruas jalan di DKI Jakarta tergenang hingga Kamis (29/2/2024) pukul 19.00 malam yang diakibatkan hujan deras sejak Kamis dini hari.
Hingga Jumat (1/3/2024) pukul 06.00, genangan itu masih merendam empat ruas jalan dan satu RT di Jakarta Utara. RT yang masih terendam itu berada di Kelurahan Semper Barat dengan ketinggian air 45 sentimeter.
Dari bulan Januari, Februari, hingga Maret itu harus tetap siaga.
Sementara untuk ruas jalan ialah di Jalan Kelapa Hibrida di Kelurahan Pegangsaan dengan ketinggian air 20 cm, Jalan Cakung Cilincing di Kelurahan Cakung Timur setinggi 30 cm, Jalan Kelapa Hybrida di Kelurahan Sukapura dengan ketinggian air 20 cm, lalu Jalan Belibis di Kelurahan Semper Barat dengan ketinggian air 45 cm. Namun, saat ini, semuanya telah surut.
Wakil Wali Kota Jakarta Utara Juaini Yusuf mengatakan, petugas harus terus bersiaga untuk memastikan pompa air selalu aktif sehingga mampu mencegah banjir. Petugas pompa harus selalu aktif mengecek kondisi pompa-pompa dan siaga24 jam pada masa musim hujan.
Juaini menuturkan, musim hujan akan terjadi hingga April 2024. Pihaknya juga meninjau ke lokasi pompa air di Jakarta Utara pada Kamis (29/2/2024) untuk memastikan kesiapan petugas dan evaluasi upaya pencegahan banjir ke depan.
”Solusi yang akan dilakukan Pemkot Jakarta Utara ialah meminta Dinas Sumber Daya Air untuk melaksanakan pengurasan saluran, sungai, dan waduk. Kemudian, menjaga kondisi pompa air yang ada agar tetap dapat berfungsi dengan baik,” ujar Juaini.
Seorang penjaga Pintu Air Pasar Ikan di Jakarta Utara, Adi, saat ditemui mengatakan, meski tinggi muka air dalam keadaan normal, pihaknya harus tetap menjaga pintu air 24 jam dengan penjagaan yang dibagi menjadi tiga sif. Namun, ia tidak mau memberi penjelasan lebih lanjut.
Pengamat tata kota Universitas Trisakti, Yayat Supriatna, mengingatkan Pemprov DKI agar tidak terlena dengan prediksi cuaca yang menyebutkan bahwa intensitas hujan menurun. Menurut dia, jika masih dalam musim hujan, antisipasi harus terus dilakukan agar warga Jakarta dan sekitarnya tidak terkena dampak cuaca ekstrem.
Baca juga: Awas, Hujan Deras Masih Akan Landa Jabodetabek
”Dari bulan Januari, Februari, hingga Maret itu harus tetap siaga, khususnya pada wilayah berpotensi terjadi genangan, seperti jalan raya dan sebagainya yang dianggap langganan banjir. Pemprov DKI harus melihat dari segala titik mana saja yang potensi banjir dan berapa lama air itu surut,” kata Yayat.
Yayat mengatakan, kondisi hujan saat ini menjadikan Jakarta bertambah macet dan rawan banjir. Untuk itu, Penjabat Gubernur DKI harus lebih mengantisipasi ke depan. Pemetaan wilayah rawan banjir dinilai bisa meminimalisasi jumlah wilayah dan ruas jalan yang tergenang setiap hujan turun.
Ahli Hidrologi dari World Resources Institute atau WRI, Yudhistira Satya Pribadi, menuturkan, memaksimalkan kapasitas tempat parkir air merupakan salah satu cara yang bisa digunakan untuk mencegah banjir di daerah rawan.
Beberapa upaya pemerintah untuk merealisasikan hal itu sudah terlihat, seperti membangun kanal banjir, waduk, kolam retensi, dan berbagai infrastruktur yang lain. Namun, jumlah itu tidak sebanding dengan jumlah kawasan terbangun yang mengakuisisi tempat air sehingga ruang air menjadi kian sempit.
Menurut dia, banjir di DKI Jakarta tidak hanya cukup diselesaikan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, tetapi harus berkoordinasi dengan daerah hulu, yakni Bogor ataupun Depok di Jawa Barat.
Waspada banjir
Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Guswanto mengimbau warga Jabodetabek untuk mewaspadai banjir selama sepekan ke depan, yaitu hingga 8 Maret 2024. Kondisi cuaca yang bakal melanda Ibu Kota dipicu oleh beberapa fenomena atmosfer, termasuk aktivitas gelombang Rossby Ekuatorial di selatan Pulau Jawa bagian barat.
Guswanto juga menemukan adanya peningkatan kecepatan angin di sekitar wilayah Kepulauan Bangka Belitung dan Selat Karimata. Lajunya kemudian membentuk pola perlambatan, pertemuan, dan belokan angin di sekitar wilayah Jawa bagian barat.
Lalu, ditemukan juga adanya aktivitas Madden Jullian Oscillation (MJO) yang akan masuk wilayah Indonesia dari bagian barat, kemudian bergerak ke timur. Itu dapat memicu peningkatan potensi dampak bencana di Jakarta dan daerah sekitarnya.
Laporan BMKG menunjukkan, hujan dengan intensitas ringan hingga ekstrem masih terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia sejak tanggal 24 Februari hingga 29 Februari 2024. Intensitas curah hujan pada kategori ekstrem terjadi di wilayah DKI Jakarta (Kelapa Gading), sedangkan hujan dengan intensitas sangat lebat terjadi di Kalimantan Tengah (Barito Utara), Sulawesi Tenggara (Kendari), dan Papua Tengah (Timika).
Baca juga: Jalan-jalan di Jakarta Tergenang Gara-gara Hujan Seharian
Khusus wilayah Jabodetabek, peningkatan curah hujan terpantau sejak tanggal 27 Februari 2024. Sepekan ke depan di Jabodetabek juga masih berpotensi hujan dengan intensitas ringan hingga lebat yang disertai kilat atau angin kencang.
Guswanto pun mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan melakukan langkah-langkah antisipatif terhadap peningkatan curah hujan yang berpotensi terjadi dalam seminggu ke depan. Masyarakat juga diserukan untuk terus memperbarui informasi prakiraan dan peringatan dini cuaca dari BMKG.