Belum Musim Panen, Beras Premium Langka dan Mahal di Jakarta
Beras premium langka dan harganya mencapai Rp 18.000 per kilogram di Jakarta karena belum musim panen raya.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Terjadi kelangkaan dan kenaikan harga beras premium di Jakarta. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyebut salah satu penyebabnya ialah belum memasuki masa panen raya. Selain itu, berkurangnya aktivitas pedagang karena libur panjang dan masa pengisian ulang stok beras premium oleh ritel turut menyebabkan kelangkaan dan kenaikan harga.
Dari laman Informasi Pangan Jakarta, Senin (12/2/2024), diketahui harga beras premium naik Rp 3.867 menjadi Rp 18.743 per kilogram. Hal ini berbeda dengan harga beras pera (Rp 15.504) dan medium (Rp 13.600) yang stabil.
Informasi tersebut selaras dengan pantauan Kompas di Pasar Minggu dan Pasar Rawajati, Jakarta Selatan, Senin. Harga beras naik dengan termurah di kisaran Rp 12.000 per kg dan harga beras premium mencapai Rp 18.000 per kg.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian DKI Jakarta Suharini Eliawati mengatakan, kelangkaan beras premium seperti yang terjadi di ritel dan banyak dikeluhkan warga dalam beberapa hari terakhir diakibatkan belum masuknya masa panen raya. Akibatnya terjadi ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan.
Penyebab lainnya adalah berkurangnya aktivitas pedagang seiring libur panjang (Isra Mikraj dan Imlek 2024) dan masa pengisian ulang stok beras oleh ritel. ”Diperkirakan panen raya baru akan terjadi pertengahan Maret 2024,” ujar Eliawati, Senin siang.
Sejumlah langkah dijalankan Pemprov DKI Jakarta untuk memenuhi permintaan beras di tengah masyarakat, mulai dari menjaga pasokan yang masuk ke Jakarta dengan kerja sama antara pemerintah pusat, antarpelaku usaha, dan mengoptimalkan peran PT Food Station Tjipinang Jaya hingga memantau stok, harga, dan mutu secara rutin bersama satgas pangan.
Antisipasi
Pemprov DKI Jakarta juga mengendalikan ekspektasi inflasi melalui kegiatan sembako murah dan gerakan pangan murah bagi warga, serta mendistribusikan pangan bersubsidi bagi warga tertentu.
Sembako murah tahun ini mulai bergulir 15 Januari. Saat ini warga dapat mengaksesnya di 59 lokasi. Warga dapat membeli paket sembako yang terdiri dari 5 kilogram beras, 2 liter minyak goreng, 1 kilogram gula pasir, dan 1 kilogram tepung terigu seharga Rp 100.000.
Sembako murah ini berbeda dari bansos bagi warga yang terdaftar dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial. Warga dalam program itu menerima 10 kilogram beras sesuai data nama dan alamat. ”Kami juga bersinergi mengendalikan harga melalui penyaluran beras SPHP kualitas medium,” ucap Eliawati.
Kebijakan itu penting agar keberlangsungan beras di pasar dapat terkendali sehingga harga beras bisa stabil.
Beras SPHP merupakan program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan Beras yang dilaksanakan Badan Pangan Nasional/National Food Agency bersama Perum Bulog untuk mengantisipasi gejolak instabilitas pangan.
Beras dalam program tersebut dijual dengan harga eceran tertinggi Rp 54.500 per kantong ukuran 5 kilogram di toko beras dan pasar modern.
Diberitakan sebelumnya, terkait dengan kelangkaan dan kenaikan harga beras ini, Sekretaris Jenderal Ikatan Pedagang Pasar Indonesia Reynaldi Sarijowan menilai harga beras kini semakin tak jelas lantaran dari data lapangan didapati laporan harga beras medium terkerek Rp 13.500 per kilogram, sedangkan beras premium sudah menyentuh Rp 18.500 per kilogram.
Menurut dia, pemerintah tidak serius dalam pengelolaan dan pendistribusian beras sejak musim tanam tahun 2022 hingga kini. Dampaknya terjadi kesimpangsiuran data tentang produktivitas beras. Padahal penting untuk mendorong adanya sinkronisasi data antara beras yang disebarkan di warga tetapi digunakan untuk bansos dan beras yang disebarkan ke para pedagang pasar.
”Kebijakan itu penting agar keberlangsungan beras di pasar dapat terkendali sehingga harga beras bisa stabil,” kata Reynaldi.
Ikatan Pedagang Pasar Indonesia mendorong pemerintah lebih berhati-hati dengan lonjakan harga beras dan sulitnya beras didapati di pasar tradisional. Hal ini penting karena saat ini Indonesia sedang berada dalam tahun politik atau pemilu sehingga banyak beras yang diambil di luar pasar tradisional atau produsen besar. ”Fenomena ini yang harus dijaga oleh pemerintah ke depan,” ujar Reynaldi.