Semua Orang Bersenang-senang Menikmati Perayaan Imlek di PIK
Perayaan Imlek dinikmati oleh semua lapisan masyarakat. Harapan-harapan baik semoga terwujud di Tahun Naga Kayu.
Oleh
AGUIDO ADRI
·4 menit baca
Tahun Baru Imlek tidak hanya dirayakan oleh umat atau warga keturunan China di Jakarta, juga daerah lain di Indonesia. Imlek turut menebar sukacita bagi warga dari berbagai latar belakang agama. Kebersamaan dan harmoni Imlek bisa terus terjaga dan berlanjut dalam kehidupan sehari-hari.
Kawasan sekitar pecinan Pantjoran Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta Utara, hingga PIK 2 yang masuk wilayah Kabupaten Tangerang, Banten, semakin sore semakin ramai dikunjungi. Langit senja seakan menghangatkan kegembiraan perayaan Tahun Baru Imlek.
Genderang simbal dan drum terdengar jelas di dalam pecinan Pantjoran PIK, Sabtu (10/2/2024) kemarin, seolah memanggil para pengunjung untuk mendekat ke pelataran pagoda. Tak lama, barongsai pun beraksi menunjukkan atraksi lincah melompat dan berdiri dari satu tiang ke tiang lain.
Pengunjung berdecak kagum, bertepuk tangan, bahkan histeris ketika sang barongsai menari di atas deretan tiang. Kelvin (6), yang digendong ayahnya, tak berhenti memanggil dan melambaikan tangan ke arah barongsai. Ia semakin girang saat mendapatkan bingkisan kecil yang dimuntahkan barongsai.
Antonius Doni (36), ayah Kelvin, lalu memberi anaknya angpau untuk diserahkan kepada barongsai. Meski sempat kaget karena tangannya yang memegang angpau ikut dimakan barongsai, ia kemudian tertawa gembira.
”Imlek ini semua keluarga kumpul di Jakarta. Hari ini sengaja ajak papa, mama, istri, anak, ke sini makan-makan. Ajak anak karena biar lihat barongsai. Dia yang mau lihat, padahal dulu takut. Eh, dia malah yang ajak nonton barongsai dan senang,” kata warga Jakarta Selatan itu.
Di Tahun Naga Kayu ini, Doni bersyukur masih bisa merayakan Imlek dan seluruh keluarganya dalam keadaan sehat. Ia pun berharap semua warga bisa menikmati momen berkumpul bersama keluarga dan Tahun Baru Imlek memberikan kegembiraan kepada semua lapisan masyarakat.
”Perayaan dan kegembiraan untuk semuanya. Kita tetap rukun. Indonesia damai, apalagi menjelang pemilu. Jangan ribut-ribut karena beda pilihan. Kita saling jaga. Itu saja harapan saya di Imlek ini,” ujarnya.
Momen keintiman perayaan Imlek juga dirasakan Yang Yang Liu (27). Setelah makan malam pada Jumat (9/2/2024), bersama keluarga besarnya, ia tidak lupa ikut berdoa agar semua anggota keluarga yang merayakan Imlek sehat dan berbahagia. Kebahagiaan itu juga bisa dirasakan untuk semua orang.
Secara khusus, ia berharap ekonomi Indonesia bisa terus meningkat sehingga tidak ada ketimpangan parah yang membuat warga semakin susah.
Kemeriahan perayaan Imlek juga dirasakan oleh warga lain. Akmal Zaini (53) dan istrinya, Intan Klarisa (55), misalnya, yang datang ke pecinan Pantjoran PIK bersama anak dan dua cucunya.
Akmal dan Intan merasa kagum dengan kawasan PIK, terutama pecinan Pantjoran PIK. Meski sudah sekitar 25 tahun tinggal di Jakarta, baru kali ini mereka menginjakkan kaki ke kawasan PIK. Tak hanya karena bangunan-bangunan, tetapi juga makanannya.
”Saya sempat protes ke anak saya karena pasti makanannya nonhalal, maaf. Ternyata salah. Banyak makanan halal juga ternyata,” kata Akmal tertawa.
”Ya, ini bagus karena kita juga bisa merasakan suasana, pertunjukan, dan makanannya juga. Maksudnya, perayaan Imlek juga untuk warga lainnya. Kita ini ya bersaudara, ada saling toleransi. Selamat Imlek untuk saudara Tionghoa,” ujarnya.
Toleransi itu, kata Akmal dan Intan, tidak hanya diperlukan saat perayaan Imlek semata atau perayaan agama lain. Sikap dan jiwa toleransi perlu terus dibawa dalam kehidupan harian.
”Harapannya, toleransi, perayaan Imlek bisa dirasakan juga oleh warga beragama lainnya, Muslim, Nasrani, Hindu, Buddha. Begitu pula saat Natal, Lebaran, juga perayaan semua warga,” tutur suami istri itu bergantian.
Perayaan apa pun pasti ramai. Itu yang aku cinta dari Indonesia dan warganya. Ini luar biasa.
Tak hanya ramai dikunjungi warga lokal, warga asing pun tak mau ketinggalan merasakan kemeriahan Tahun Baru Imlek di pecinan Pantjoran PIK. Robert Heinz Veitch, turis dari Jerman, salah satunya. Pria yang ingin disapa Hendro itu sudah menetap di Indonesia sekitar 1,5 tahun. Ia selalu merasa kagum dengan keberagaman budaya dan agama di Indonesia.
Selama tinggal di Indonesia dan mengikuti semua perayaan keagamaan, termasuk Imlek, Hendro selalu menemukan kehangatan dan keramahan. Hal itu yang membuatnya jatuh cinta pada Indonesia.
”Perayaan apa pun pasti ramai. Itu yang aku cinta dari Indonesia dan warganya. Ini luar biasa. Aku pikir di awal Indonesia Muslim banget, tetapi tidak. Saya sudah lihat perayaan agama lainnya, semua bersaudara,” katanya.