Little Bangkok, Destinasi Belanja Baru di Pasar Tanah Abang
Hadirnya Little Bangkok di Pasar Tanah Abang diharapkan bisa menjadi destinasi belanja yang menggairahkan pengunjung.
Beberapa waktu lalu, keluhan sejumlah pedagang di Pasar Tanah Abang di Jakarta Pusat ramai terdengar karena sepinya pengunjung dan minimnya pembeli. Situasi ini membuat pengelola berinovasi untuk mendongkrak kembali keramaian di pusat grosir tekstil tersebut. Sejumlah usaha pun dilakukan untuk bangkit kembali, salah satunya dengan membuka Little Bangkok.
Perbelanjaan fashion modern yang berlokasi di Jembatan Metro Lantai 1 (JMTA) ini mulai diresmikan pada Senin (15/1/2024). Kawasan ini merupakan penghubung antara Metro Tanah Abang dan Pasar Tanah Abang Blok B.
Saat memasuki area Little Bangkok, pengunjung akan disambut dengan hiasan yang menempel di pilar-pilar bertuliskan Welcome, Little Bangkok. Seluruh toko di sana bertemakan open store. Pembeli bisa memegang langsung barang dagangan. Setiap toko memiliki ciri khas produk yang dijual. Mulai dari pakaian kasual, seperti kemeja dan kaus, hingga gaun untuk berpesta.
Baca juga: Satu Dekade Surutnya Blok G Pasar Tanah Abang
Dengan luas sekitar 10.000 meter persegi, tempat yang buka setiap hari dari pukul 07.00 hingga pukul 16.00 ini memiliki desain interior yang modern. Banyaknya lampu di sepanjang koridor juga di dalam toko membuat area ini terlihat sangat cerah dan nyaman untuk dikunjungi.
Rabu (17/1/2023) pukul 10.00, kawasan Little Bangkok padat pengunjung. Keramaian pengunjung ini hanya terasa di koridor tengah JMTA. Sementara dua koridor lain yang berada di sisi kanan dan kiri masih sepi karena sepanjang toko di sana belum buka.
Little Bangkok terbagi menjadi tiga koridor utama dengan barisan toko di setiap sisi koridor. Setiap koridor berukuran sekitar 2,5 meter sehingga pelanggan lebih leluasa dan tidak akan sesak karena akses jalan yang cukup lebar.
Salah satu pasar yang menjadi kiblat Little Bangkok ialah Pasar Pratunam di Bangkok, Thailand. Pasar ini dikenal dengan beragam toko yang menjual pakaian terkini dengan harga terjangkau. Pembeli juga bisa menawar sehingga harga yang didapat menjadi lebih murah.
Pasar ini merupakan salah satu destinasi wisata di Bangkok, khususnya untuk para wisatawan yang ingin berbelanja grosir ataupun eceran. Banyak wisatawan asing, termasuk dari Indonesia, yang sengaja datang ke Pasar Pratunam untuk berbelanja sekaligus membuka layanan jasa titip.
Konsepnya open store gitu. Jadi pengunjung bisa masuk dan pegang langsung barangnya. Bisa take foto atau video juga, bahkan bisa melakukanlivedi Tiktok, Instagram, ataupun Shopee.
Warga Jakarta Utara, Debora Alitha (22), tertarik berbelanja dengan konsep baru di Little Bangkok. Sebelumnya, ia juga pernah satu kali mengunjungi Pasar Pratunam pada tahun lalu sehingga ia tahu konsep dan atmosfer belanja di sana.
”Saya juga sudah tahu beberapa store di sini yang sebelumnya hanya ada di Shopee dan Tiktok Shop. Makanya saya sangat antusias untuk datang. Harganya juga tidak terlalu mahal, makanya saya sampai kalap membeli tujuh baju,” kata Debora.
Pengunjung lainnya, Leila (33), bahkan melakukan live untuk mengenalkan Little Bangkok di media sosialnya. Saat melakukan live, pengunjung yang datang di area Little Bangkok sangat ramai. Alhasil, ia kesusahan untuk berpindah dari satu toko ke toko lainnya.
”Live di Little Bangkok seru banget, penontonnya antusias, yang menonton stabil di angka 200-400 orang dan banyak banget komentar yang masuk. Kebetulan juga saya sering membuat konten di Tanah Abang, jadi saya kenal beberapa toko yang ada di area itu,” tuturnya.
Menurut Leila, yang membedakan Little Bangkok dengan toko lain di Tanah Abang ialah layout atau display bajunya. Selain itu, barang yang dijual sangat up to date.
”Konsepnya open store gitu. Jadi, pengunjung bisa masuk dan pegang langsung barangnya. Bisa take foto atau video juga, bahkan bisa melakukan live di Tiktok, Instagram, ataupun Shopee,” ucap Leila.
Leila mengatakan, hadirnya Little Bangkok sangat membantu para pelaku jasa titip dan reseller untukberjualan tanpa modal. ”Yang perlu ditingkatkan itu koneksi internetnya. Semoga ada Wi-Fi gratis yang kencang atau penguat sinyal. Jadi, untuk teman-teman yang mau live bisa lancar,” katanya.
Diserbu pengunjung
Seorang pedagang di Little Bangkok, Maria, merasa senang dengan adanya tempat belanja dengan gaya baru ini di Pasar Tanah Abang. Ia pun tak mau ketinggalan dengan membuka satu gerai di sana.
”Produk yang saya jual buatan lokal yang semua modelnya terinspirasi dari Bangkok. Di sini saya menjual celana jins, rok jins, hot pants, lalu ada juga celana pendek,” ujarnya.
Maria menjual produknya dengan harga mulai dari Rp 87.000 untuk rok jins dan Rp 97.000 untuk celana jins. Dalam sehari, omzetnya bisa mencapai Rp 5 juta hingga Rp 20 juta. Di sana, pembeli juga bisa melakukan transaksi tunai dan nontunai.
Baca juga: Semakin Sepi, Omzet Pedagang Pakaian Turun hingga 90 Persen
Maria menawarkan produknya tidak hanya secara offline, tetapi juga secara daring, yakni melalui Instagram dan Tiktok. Sebelum berjualan di area Little Bangkok, Maria juga berjualan di Pusat Grosir Metro Tanah Abang (PGMTA).
”Kalau di PGMTA itu khusus untuk grosir saja, tidak bisa diecer, harus minimal empat potong. Kalau di sini (Little Bangkok) bisa diecer dan bisa juga semigrosir minimal pembelian dua baju,” katanya.
Tidak hanya Maria, Willy juga membuka toko di area Little Bangkok meski sudah memiliki toko di PGMTA. Di toko terbarunya itu, ia bisa meraup omzet Rp 5 juta hingga Rp 10 juta per hari. Pakaian wanita merupakan produk utama yang ia jual.
Selain berjualan di toko, Willy juga berjualan secara daring. Produk yang ditawarkannya merupakan buatan lokal dan impor. Meski saat ini baru mengimpor dari China, Willy berniat akan melebarkan sayap dengan mengimpor produk dari Thailand juga.
Memiliki gerai di area belanja fashion kekinian itu juga berdampak positif terhadap pendapatan Clairine. Ia mengakui bahwa pendapatannya melampaui target karena banyaknya pelanggan yang datang ke sana. Selain suasananya yang nyaman, konsep membeli satuan dan semigrosir dinilai menjadi salah satu daya tarik juga bagi pengunjung.
Baca juga: Jatuh Bangun Pasar Tanah Abang
”Little Bangkok didekor dengan lebih cantik. Baju-baju yang dijual juga sudah terpilih. Kami benar-benar ingin membuat Tanah Abang rasa Bangkok,” ujar Clairine.
Penjual lainnya, Alika. mengatakan, harga sewa per toko di Little Bangkok seharga Rp 60 juta per tahun. Menurut dia, harga itu sebanding dengan rata-rata omzet yang diterima pedagang.
Pedagang lainnya, Muhammad, membenarkan bahwa Little Bangkok memang kebanyakan menjual produk-produk asal ”Negeri Gajah Putih”. Namun, tidak semua toko menjual produk asal Thailand.
Muhammad yang fokus menjual pakaian wanita itu mengatakan tidak semua produk yang dijualnya impor dari Thailand. Sebagian produknya masih ada yang berasal dari Indonesia alias lokal.
”Produk kami harganya mulai dari Rp 55.000 sampai Rp 150.000. Segmen market kami remaja perempuan dan dewasa. Dengan harga ini, pembeli bisa menjual kembali dengan harga yang berbeda,” ucapnya.
Baca juga: Bertahan dari Gempuran Pasar Daring, Kreatif Merangkul Kemajuan Teknologi
Sama seperti Muhammad, Aprilia juga tidak menjual produk asal Thailand di tokonya. Bahkan, semua barang dagangannya merupakan produk lokal.
”Kawasan ini diberi nama Little Bangkok untuk mengikuti konsep berdagang di sana yang juga memanfaatkan penjualan daring melalui jastiper dan selebgram. Bukan semua dagangan yang dijual di sini merupakan produk asal Thailand. Little Bangkok hanya mengadopsi cara berjualan di sana,” tuturnya.
Keramaian di area Jembatan Metro Lantai 1 itu juga turut berdampak di area Pusat Grosir Metro Tanah Abang dan di Blok B. Penjual baju di Blok B, Nanda Shafira, senang melihat Pasar Tanah Abang ramai pengunjung. Keadaan ini membuatnya semakin semangat untuk menarik pengunjung yang lewat.
”Pasti turut terdampak. Masyarakat semakin banyak yang ke sini. Sambil mencari Little Bangkok, mereka juga melihat-lihat baju di sepanjang toko Tanah Abang. Setidaknya pasar lebih ramai,” kata Nanda.
Inovasi
Building Manager Pusat Grosir Metro Tanah Abang Petersen Tindao menyampaikan, Little Bangkok di Tanah Abang diciptakan dengan sensasi yang berbeda. Adanya inovasi pengalaman belanja itu mengikuti tren yang sedang berkembang saat ini.
”Kami coba bawa konsep Bangkok ke Tanah Abang dengan sebutan Little Bangkok. Di sini kami menyuguhkan suasana belanja yang menyenangkan. Tujuannya agar masyarakat tidak perlu jauh-jauh pergi ke Bangkok untuk berburu barang trendi,” ujar Petersen.
Little Bangkok tetap menyajikan budaya belanja offline, tetapi dengan menghadirkan produk yang bervariasi hingga yang biasanya diburu para pelaku jasa titip atau jastiper. Selain penjual, para jastiper juga bisa melakukan live streaming di media sosial saat berada di Little Bangkok untuk menawarkan jasanya.
”Setelah melewati pandemi Covid-19 yang sangat panjang, kami ingin menggairahkan kembali model berbelanja offline dengan sensasi yang baru untuk menghadapi tantangan ke depan yang serba online,” tutur Petersen.
Untuk meningkatkan penjualan seperti sedia kala, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai, pengelola Pasar Tanah Abang memang harus menciptakan solusi jangka pendek, terutama dari segi fasilitas bagi pedagang dan kenyamanan bagi para konsumen yang berkunjung.
”Merosotnya omzet para pedagang di Tanah Abang akibat persaingan dengan Tiktok Shop memang merupakan salah satu faktor, tetapi bukan faktor utama. Ada pula indikasi pelemahan daya beli kelompok menengah ke bawah,” ujarnya.
Sedangkan mengenai solusi jangka panjang, Bhima menilai harus ada tata niaga yang adil antara platform e-commerce dan social commerce dengan pedagang fisik. Jika melihat dari penjualan secara online dan offline, Bhima berpendapat sebenarnya penjualan daring jika tanpa promo, peminatnya juga tidak banyak.
”Pemerintah juga harus mengatur persoalan barang impor yang diperdagangkan,” kata Bhima.