Tahun Depan, 16 Rangkaian KRL Buatan Indonesia Diproduksi
PT INKA (Persero) memastikan prototipe kereta rel listrik rampung tahun 2024. Sebanyak 16 rangkaian KRL pun siap diproduksi.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Industri Kereta Api atau INKA (Persero) memastikan prototipe kereta rel listrik rampung tahun 2024. Sebanyak 16 rangkaian KRL pun siap diproduksi untuk meningkatkan layanan bagi ratusan ribu penumpang setiap hari di wilayah Jakarta.
”Kita saat ini juga sedang mengerjakan satu pesanan dari KCI (PT Kereta Commuter Indonesia), 16 trainset yang baru. Ini sedang proses prototipenya. Mungkin April-Mei tahun depan, prototipe akan kami uji,” ujar Direktur Utama PT INKA Eko Purwanto di Stasiun Jakarta Kota, Sabtu (30/12/2023).
Siang itu, Eko mendampingi Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara Kartika Wirjoatmodjo menjajal Kereta New Generation dari Stasiun Jakarta Kota ke Stasiun Gambir. Turut hadir Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) Didiek Hartantyo dan perwakilan sejumlah media massa.
Menurut Eko, setelah prototipe KRL tersebut selesai, pihaknya akan mulai memproduksi KRL. Ia menargetkan, dapat mengirim rangkaian kereta (trainset) pertama KRL pada triwulan pertama tahun 2025. ”Setelah itu, nanti setiap dua bulan kita akan deliver (mengantarkan) trainset,” ungkapnya.
Enggak boleh (impor KRL). Moga-moga prototipenya jadi (bulan) April-Mei (2024). Ini benar-benar bikinan Indonesia. (Kartika Wirjoatmodjo)
Selain membuat KRL, pihaknya juga melakukan penambahan atau pembaruan teknologi/fitur (retrofit) untuk rangkaian kereta lainnya. Sebelumnya, sebanyak 19 kereta menjalani retrofit untuk meningkatkan fungsi KRL. Baik produksi maupun pembuatan KRL berlangsung dalam pabrik INKA di Madiun, Jawa Timur.
Wamen BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, produksi KRL dalam negeri sangat penting karena pemerintah tidak ingin mengimpor KRL bekas lagi. ”Enggak boleh (impor). Moga-moga prototipenya jadi (bulan) April-Mei (2024). Ini benar-benar bikinan Indonesia,” ungkap Tiko, sapaannya.
Meski demikian, pihaknya mengakui, beberapa komponen pembuatan KRL masih menjadi pekerjaan rumah karena didatangkan dari luar negeri. Stainless steel atau baja antikarat, material roda, penggerak, hingga dinamo kereta listrik, misalnya, masih impor dari sejumlah negara.
”Kita lagi cari produsen dalam negeri sehingga stainless steel tidak harus impor. Saya minta dalam tiga tahun, Indonesia harus bisa produksi penggeraknya (KRL). Kita belum ada pabrik dinamo. Kalau (pembuatan KRL) ini berhasil, (kebutuhan) yang pertama bikin pabrik dinamo,” ungkap Tiko.
Pihaknya juga berharap KRL dalam negeri dapat segera diproduksi. Apalagi, kebutuhan akan alat transportasi massal itu di wilayah Jabodetabek cukup tinggi. Secara keseluruhan, KAI Commuter mengoperasikan 1.100 perjalanan pada pukul 04.00-24.00. Waktu terpadat adalah pukul 05.30-08.00 dan pukul 16.00-18.30.
Adapun jumlah penumpang sepanjang Oktober 2023 mencapai 18,06 juta orang. Rerata pengguna selama hari kerja 897.550 orang. Pengguna KRL saat akhir pekan dan hari libur mencapai 657.850 orang (Kompas, 8/11/2023).
Di tengah kebutuhan ratusan ribu pengguna KRL, Eko mengakui masih ada kendala dalam produksi kereta tersebut. ”Kapasitas pabrik INKA perlu dilakukan modernisasi dan penambahan fasilitas. Jadi, sekarang yang kami siapkan pengoperasian pabrik di Banyuwangi (Jatim),” ujarnya.
Saat ini, kapasitas produksi kereta penumpang di pabrik INKA di Madiun maksimal 250 unit per tahun. Adapun pabrik di Banyuwangi ditargetkan bisa membuat sampai 500 kereta. ”Kami rencanakan (sudah beroperasi), semester dua tahun depan, 2024. Kami juga sedang riset pengembangannya,” ungkap Eko.