Terowongan Jurangmangu dan Tren Kota Merajakan Para Pejalan Kaki
Peningkatan akses pejalan kaki dan kawasan TOD merupakan salah satu kunci menuju kota global. Jika aksesnya mudah dan nyaman, warga pun akan terpikat beralih ke transportasi publik.
Mata Ani (42) takjub saat menyusuri terowongan penghubung Stasiun Jurangmangu dengan Mal Bintaro Jaya Xchange 2 di Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (29/12/2023). Permainan cahaya lampu LED sebagai penerang jalan menambah kesan mewah dan modern.
Terowongan dengan panjang sekitar 150 meter, lebar 6 meter, dan tinggi 2,7 meter itu berada tepat di depan pintu keluar peron 2 Stasiun Jurangmangu. Pengunjung harus turun satu lantai untuk dapat menyusuri terowongan yang dibuka sejak pertengahan Desember 2023 itu. Meski begitu, sudah tersedia eskalator dan lift yang bisa diakses untuk memudahkan pengunjung.
Baca juga: Melihat Terowongan Penghubung Stasiun Jurangmangu dan Bintaro Jaya Xchange Mall 2
Terowongan yang beroperasi dari pukul 04.00 hingga 00.00 ini juga telah dilengkapi AC, kamera pemantau (CCTV), tempat sampah, sensor asap, pengukur suhu ruangan, dan saluran drainase. Mulai 1 Januari 2024 terowongan ini menjadi jalur keluar-masuk utama Stasiun Jurangmangu, sedangkan akses dari Jalan Lingkar Jaya akan ditutup permanen.
Sebagai penumpang kereta komuter, Ani merasa dimudahkan. Di bagian atas terowongan sudah terdapat area pick up penumpang yang ingin memesan ojek daring. Tinggal belok kiri saat keluar dari terowongan dan menaiki beberapa anak tangga, maka warga bisa langsung menuju jalan raya.
”Tinggal jalan sekitar lima puluh meter dari pintu keluar stasiun langsung sampai terowongan. Ada petugas pengamanan dari mal juga yang memeriksa barang bawaan pengunjung, jadi terasa lebih tertib,” kata warga asal Jakarta Selatan itu.
Penumpang komuter lainnya, Andrew Septian (26), menilai pembangunan terowongan ini merupakan inisiatif yang baik dari sektor swasta. Menurut dia, properti yang terintegrasi dengan transportasi umum memiliki daya tarik tersendiri. Selain menambah akses para pejalan kaki, juga dapat memengaruhi warga agar menjajal transportasi umum, serta bermain ke mal.
Baca juga: Langkah Awal Mengembangkan Jakarta Kota Global
”Adanya terowongan ini juga lebih nyaman bagi para pejalan kaki. Meskipun capek jalan, setidaknya lebih aman dan nyaman. Terowongannya luas, jadi lega dan tidak sesak,” tutur Andrew.
Lain halnya dengan warga Tangerang Selatan, Muhammad Zuhdi Iqbal (27). Ia menilai, akses keluar stasiun melalui terowongan lebih jauh dibandingkan akses lama. Selain itu, tangga menuju area pick up juga dirasa masih kurang aman dan relatif sempit.
Di luar masih ada sisi yang dikritisi publik, tren pembangunan infrastruktur modern yang memanjakan pejalan kaki tengah melanda Jabodetabek. Sebelum terowongan Jurangmangu, sudah ada Skywalk Kebayoran Lama di Jakarta Selatan yang telah diresmikan sejak 27 Januari 2023. Skywalk itu merupakan jembatan khusus pejalan kaki yang menghubungkan Halte Transjakarta Velbak Koridor 13, Halte Transjakarta Pasar Kebayoran Koridor 8, dan Stasiun KRL Kebayoran Lama.
Skywalk yang meliuk seperti ular ini membentang sepanjang 450 meter dengan lebar 3,6 meter dan tinggi railing 1,25 meter. Masyarakat hanya butuh waktu kurang dari 10 menit saja untuk berjalan kaki di skywalk terpanjang di Jakarta ini. Berbagai akses tersedia untuk mengakses skywalk ini, mulai dari lift, eskalator, hingga tangga manual.
Baca juga: Pesan bagi DKI dari ”Trotoar untuk Kota Berkelanjutan”
Menurut warga Jakarta Selatan, Ayu Farah (23), jembatan penyeberangan ini dapat menghemat waktu 10-15 menit dari Stasiun Kebayoran menuju Halte Velbak. Sebelum skywalk ini dibangun, lalu lintas orang dari stasiun ke halte atau sebaliknya memerlukan waktu sekitar 30 menit.
”Bahkan, waktu tempuh ini bisa lebih lama jika pejalan kaki harus berhenti menunggu lampu merah. Saat hujan, jalanan juga sering terendam air dan menyulitkan pejalan kaki menuju stasiun atau halte,” katanya.
Di Dukuh Atas, Jakarta Pusat, juga telah lebih dulu terdapat kawasan berorientasi transit (KBT atau transit orianted development/TOD) yang populer. Sebab, ada lima pertemuan moda transportasi di sana, yakni MRT Jakarta, LRT Jabodebek, KRL Jabodetabek, Kereta Bandara, dan Transjakarta.
Kepala Departemen TOD Planning and Development PT MRT Jakarta Sagita Devi mengatakan, pembangunan kawasan TOD tidak hanya memikirkan satu bangunan. Namun, harus dirancang untuk memadukan fungsi transit.
Saat ini terdapat lima lokasi di sepanjang jalur MRT Jakarta Fase 1 yang siap dikembangkan menjadi kawasan TOD. Kelima lokasi tersebut meliputi Lebak Bulus, Fatmawati, Blok M-Sisingamangaraja, Istora-Senayan, dan Dukuh Atas.
Menurut Devi, dengan tata kota berbasis TOD, akan mendorong penggunaan transportasi umum dan meminimalkan penggunaan kendaraan pribadi yang menyebabkan kemacetan serta polusi udara.
Selain itu, juga dapat memfasilitasi para pejalan kaki, meningkatkan akses kesempatan kerja dan ekonomi, menciptakan peningkatan nilai properti, mendorong angka keterangkutan penumpang, serta menyediakan beragam pilihan moda transportasi publik.
Kota global
Berdasarkan laporan Global Liveability Index 2023 dari Economist Intelligence Unit (EIU), Indonesia berada di peringkat 139 dari 173 kota besar dunia yang nyaman untuk untuk ditempati. Angka tersebut naik 14 peringkat dari sebelumnya.
Penilaian tersebut berdasarkan indikator stabilitas, layanan kesehatan, edukasi, budaya, lingkungan, serta infrastruktur. Dari indikator infrastruktur, poin yang ditekankan adalah kualitas jaringan jalan, kualitas transportasi publik, kualitas hubungan internasional, ketersediaan perumahan berkualitas baik, kualitas penyediaan energi, kualitas penyediaan air, serta kualitas penyediaan komunikasi.
Pengembangan kota dipusatkan pada area radius 800 meter dari titik transit, serta pengembangan sistem transportasi umum terintegrasi
Perencana Ahli Utama Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Oswar Mungkasa menuturkan, indikator suatu kota, termasuk DKI Jakarta, bisa disebut kota yang layak adalah ketika sudah ramah bagi pejalan kaki.
Menurut dia, saat ini masih banyak warga yang menggunakan kendaraan pribadi untuk pergi ke suatu tempat dalam jarak dekat. Namun itu bukan tanpa alasan. Sebab, beberapa angkutan umum pada beberapa pemberhentian masih sulit diakses dan jauh dari hunian perumahan. Mau tidak mau, warga harus menggunakan kendaraan bermotor untuk menuju transportasi umum.
Kota global dinilai Oswar juga lekat dengan kemajuan teknologi. Untuk bisa bersaing dengan kota global lainnya, DKI Jakarta perlu mengembangkan jaringan 5G di seluruh kota. Oleh karena itu, pihaknya telah memiliki trajectory Jakarta menuju kota global dengan berpegangan dalam tiga aspek, yaitu tingkat daya hidup (livability), lingkungan, dan aksesibilitas.
”Arahan pengembangan kota dalam rencana tata ruang wilayah (RTRW) pada 2023-2043 yang dicanangkan adalah mengembangkan sistem pusat pelayanan kota berbasis transit. Pengembangan kota dipusatkan pada area radius 800 meter dari titik transit, serta pengembangan sistem transportasi umum terintegrasi," katanya.
Trotoar
Tren pembangunan ramah pejalan kaki di Jabodetabek diapresiasi. Meskipun demikian, ada fasilitas yang masih perlu perbaikan untuk menjadi kota keberlanjutan ialah trotoar.
Advisor Gerakan Aksesibilitas Umum Nasional, David Tjahjana, mengatakan, trotoar di Jakarta hingga kini semakin baik. Meskipun begitu, dari unsur material, desain, serta aspek aman dan nyaman belum dirasakan oleh kelompok rentan seperti ibu hamil atau penyandang disabilitas.
”Pengguna kursi roda harus bisa berjalan dengan mudah di trotoar ataupun naik ke atas angkutan umum,” katanya.
David juga masih menemukan keterbatasan jam operasional lift di jembatan penyeberangan orang (JPO). Ia menyarankan agar fasilitas lift bisa dioperasikan selama 24 jam agar dapat membantu para kelompok rentan.