Motif Cemburu Melatari Pembunuhan Empat Anak di Jagakarsa
Dari keterangan para saksi dan sejumlah alat bukti, terungkap Panca tega menganiaya istri dan berujung pada pembunuhan empat anaknya karena cemburu.
Oleh
AGUIDO ADRI
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Panca Darmansyah (41) tega membunuh empat anaknya di rumah kontrakan di Gang Roman, Jagakarsa, Jakarta Selatan, diduga karena rasa cemburu terhadap istrinya. Panca membunuh anaknya dengan cara membekap mulut dan hidung hingga tidak bernapas.
Kepala Kepolisian Resor Metro Jakarta Selatan Komisaris Besar Ade Ary Syam Indradi mengatakan, rasa cemburu melatarbelakangi tindakan Panca yang menganiaya istrinya, D, pada Sabtu (2/12/2023) pagi. Tindakan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) itu pun berujung pembunuhan terhadap keempat anaknya, yaitu VA (6), SA (4), AA (3), dan AK (1), pada Minggu (3/12/2023) dini hari.
”Motif tersangka P karena cemburu kepada istrinya, D, sehingga akhirnya pada Sabtu pagi terjadi penganiayaan. Inilah yang mendasari dia memilih jalan pintas dengan alasan agar istrinya bisa hidup lebih leluasa dan dia pergi bersama anak-anaknya,” kata Ade, Rabu (13/1/2023).
Ade tidak merinci penyebab kecemburuan Panca kepada istrinya karena pihaknya fokus pada pemenuhan pembuktian kasus pembunuhan. Dalam pengungkapan kasus pembunuhan empat anak itu, polisi memeriksa 13 saksi dan barang bukti, seperti telepon seluler dan laptop.
Wakil Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Selatan Komisaris Henrikus Yossi mengatakan, pembunuhan dilakukan Panca dengan cara membekap mulut dan hidung anaknya sampai tidak bernapas. Tindakan itu dilakukan bergantian, dimulai dari anak bungsunya.
”Tersangka memvideokan aksinya itu,” ujar Yossi.
Sejak pembunuhan itu, Panca tinggal bersama anaknya yang telah tewas. Sejak itu pula, ia tidak makan dan minum. Baru pada Rabu (6/12/2023) pagi, Panca meminta salah satu tetangga untuk membelikan minuman karena tidak kuat menahan lapar. Ia meminta minuman itu diletakkan di depan pintu rumah kontrakannya.
Rasa frustrasi dan kondisi yang melemah karena tidak makan dan minum mendorong Panca untuk bunuh diri dengan senjata tajam. Dari darah pada luka di tubuhnya, Panca menulis ”Puas Bunda, Tx for All” di lantai rumah.
Kepala Rumah Sakit Polri Kramat Jati Brigadir Jenderal (Pol) Haryanto mengatakan, saat ini Panca masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Polri Kramat Jati. Terhitung dari Rabu hingga saat ini, tim kedokteran masih melakukan visum et repertum psikiatrikum.
”Psikiater mengobservasi selama 14 hari visum psikiatrikum. Setelah 14 hari, baru ada hasil visum psikiatrikum,” katanya.