LRT Jakarta Fase 1B Perlu Perhatikan Integrasi Antarmoda
Pembangunan LRT Jakarta Fase 1B Velodrome-Manggarai perlu memperhatikan integrasi antarmoda untuk meningkatkan jumlah penumpang.
Oleh
ATIEK ISHLAHIYAH AL HAMASY
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pembangunan LRT Jakarta Fase 1B Velodrome-Manggarai perlu memperhatikan integrasi antarmoda. Ketersediaan angkutan pengumpan juga harus diperhatikan untuk memudahkan warga mengakses stasiun dan berpotensi dapat meningkatkan jumlah penumpang LRT.
Hal itu disampaikan Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Arif Anwar dalam FGD Pengaruh Trase LRT Jakarta Velodrome-Manggarai terhadap Integrasi Transportasi di Jakarta, Selasa (12/12/2023).
”Beberapa proyek LRT masih perlu memperhatikan integrasi antarmoda, jadi feeder-nya belum tersedia. Oleh karena itu, dalam perencanaan LRT Velodrome-Manggarai, harus memperhatikan feeder,” kata Arif.
Menurut Arif, stasiun-stasiun LRT yang berlokasi di Jakarta sudah cukup baik dalam hal integrasi antarmoda. Misalnya, Stasiun LRT Cikoko yang terintegrasi dengan Stasiun KRL Cawang. Namun, stasiun-stasiun LRT yang berada di daerah pinggiran Jakarta masih perlu perhatian lebih.
”Yang perlu digarisbawahi ialah pentingnya integrasi sistem yang meliputi sistem pembayaran, sistem informasi, dan data. Dalam sistem pembayaran, DKI sudah punya integrasi pembayaran yang cukup bagus melalui Jaklingko. Kami berharap ini bisa dikembangkan di LRT Jakarta fase 1B,” ujar Arif.
Arif menilai, integrasi informasi dan data penting agar Kementerian Perhubungan dapat melakukan analisis untuk kebijakan-kebijakan yang akan datang. Ia pun meminta LRT Jakarta memperhatikan integrasi layanan dan integrasi pengelolaan.
”Selain itu, saya juga ingin agar masyarakat hanya sekali bayar untuk pindah ke moda lain,” katanya.
Sekretaris Dewan Transportasi Kota Jakarta Adrianus Satrio Adi Nugroho menilai, komunikasi antara Pemprov DKI Jakarta, LRT Jakarta, dan Direktorat Jenderal Perkeretaapian harus lebih intens terkait desain kawasan Manggarai agar integrasi berjalan lancar. Menurut dia, Manggarai sudah punya area pertemuan yang bisa diperpanjang sebagai akses integrasi dengan LRT Jakarta.
Adrianus juga mendorong perpanjangan LRT Jakarta fase 1B sampai fase 1C Manggarai ke Dukuh Atas. Hal ini dimaksudkan agar integrasi antarmoda lebih luas sekaligus meningkatkan jumlah pengguna.
Terintegrasi dengan Transjakarta
Direktur Utama PT LRT Jakarta Hendri Saputra menjamin seluruh stasiun LRT Jakarta Fase 1B rute Velodrome-Manggarai akan terintegrasi dengan halte Transjakarta. LRT Jakarta Fase 1B akan memiliki lima stasiun, yaitu Stasiun Rawamangun, Stasiun Pramuka BPKP, Stasiun Pasar Pramuka, Stasiun Matraman, dan Stasiun Manggarai.
Pertama, Stasiun LRT Rawamangun akan terintegrasi dengan Halte Transjakarta Sunan Giri. Integrasi ini berupa elevated linkway (jalur penghubung) yang dihubungkan dengan tangga dan lift.
Kedua, Stasiun LRT Pemuda BPKP akan terhubung dengan paid elevated linkway Transjakarta (Pramuka BPKP). Integrasinya berupa elevated linkway dengan ramp.
Ketiga, Stasiun LRT Pasar Pramuka akan terintegrasi dengan Halte Pasar Genjing, Integrasinya berupa elevated linkway yang dihubungkan dengan eskalator.
Keempat, Stasiun LRT Matraman akan terintegrasi dengan Halte Matraman 1 dan 2, berupa elevated linkway dengan beberapa break point area sebagai area pemberhentian sejenak. Terakhir, Stasiun LRT Manggarai akan terintegrasi dengan Halte Manggarai, Stasiun KRL Manggarai, dan Stasiun KA Bandara Manggarai.
”Nanti akan ada skybridge yang menyambungkan ke arah stasiun sentral dengan panjang sekitar 300 meter. Akan ada ritel area sepanjang koridor yang membuat warga nyaman dan mudah dalam berpindah moda,” kata Hendri.
Adapun LRT Fase 1B rute Velodrome-Manggarai dengan lintasan sepanjang 6,4 kilometer ini mulai dibangun pada Senin (30/10/2023) dan ditargetkan selesai pada 2026 dengan nilai anggaran Rp 5,5 triliun. Setelah itu, LRT Jakarta ditargetkan akan memiliki 11 stasiun dengan panjang jalur 12,2 kilometer yang dapat ditempuh selama 26 menit setelah pembangunan fase 1B selesai.
”Pembangunan LRT 1B direncanakan berjalan selama tiga tahun dengan trial run terbatas hingga Stasiun Rawamangun pada September 2024. Semua pihak yang terlibat dalam pembangunan LRT Jakarta 1B diharapkan dapat memaksimalkan kinerjanya sehingga seluruh proses pembangunan dapat berjalan dengan lancar dan selesai tepat waktu,” kata Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono.
Menurut Heru, selain meningkatkan konektivitas antarwilayah, pembangunan LRT Fase 1B juga berpotensi meningkatkan daya saing kota Jakarta sekaligus memberikan dampak ekonomi lainnya, seperti peningkatan pendapatan warga sekitar seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat di sekitar stasiun.
”Pemprov DKI Jakarta ingin menghadirkan moda transportasi berbasis rel untuk memfasilitasi peningkatan mobilitas masyarakat, mengurangi angka kemacetan, serta memperbaiki kualitas udara kota Jakarta,” ujar Heru.
Meningkatkan penumpang
Direktur Operasional dan Keselamatan PT Transjakarta Daud Josep menambahkan, integrasi angkutan umum di Jakarta mulai terbangun dengan baik dan berdampak pada naiknya jumlah penumpang.
Daud mencontohkan, ada empat rute Transjakarta yang bersinggungan dengan rute LRT Jabodebek. Namun, ia melihat hal tersebut bukan sebagai persaingan, melainkan sebuah peluang menciptakan integrasi untuk memberi kenyamanan kepada penumpang.
Dari data April 2023, jumlah penumpang Transjakarta mencapai 700.000 orang per hari. Kemudian, per Desember 2023 (setelah beberapa bulan LRT Jabodebek diresmikan), jumlah penumpang Transjakarta naik menjadi 1,17 juta orang sehari.
”Saya yakin salah satu penyebabnya adalah hadirnya moda transportasi baru sehingga ada integrasi,” ujarnya.
Begitu pula dengan hadirnya LRT Jakarta menuju Manggarai. Daud menegaskan, publik tidak perlu khawatir. Rute-rute Transjakarta yang bersinggungan dengan LRT Jakarta hingga Manggarai tidak akan dikurangi.