Keruwetan Masalah Keluarga Berujung Petaka di Jagakarsa
Kala anak keempatnya lahir, PD dan istrinya, DP, tidak lagi bekerja. Sejak itu, sejumlah permasalahan pun muncul. Kasus KDRT menimpa DP dan berakhir dengan tewasnya keempat anak pasangan tersebut.
Oleh
RHAMA PURNA JATI, AGUIDO ADRI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejak awal tinggal di kontrakan, keluarga PD (40) tidak terbiasa berbagi kesulitan mereka dengan para tetangga. Permasalahan keluarga yang bergulir kemudian menumpuk dan berujung petaka itu pun tidak pernah terendus oleh warga. Beberapa warga bertanya masalah yang terjadi, tetapi tidak pernah ditanggapi.
Tragedi kematian empat anak di sebuah rumah kontrakan yang terletak di Gang Roman, Kelurahan Jagakarsa, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan, Rabu (6/12/2023), meninggalkan duka mendalam bagi warga. Empat anak, yakni A (6), Sa (4), Aa (3), dan Ak (1), ditemukan tidak bernyawa di kamar rumah. Adapun sang ayah, PD, terkulai lemas di kamar mandi setelah mencoba bunuh diri.
Ketua RT 004 RW 003 Kelurahan Jagakarsa, Yakub, Rabu malam, menyesalkan peristiwa ini terjadi di wilayahnya. ”Jika ada permasalahan keluarga, bisa dibicarakan. Warga pun pasti siap membantu,” katanya.
Sayangnya, PD dan keluarganya tergolong orang yang tertutup. ”Sampai sekarang saya tidak tahu dari mana mereka berasal karena keluarga ini tidak pernah memberikan keterangan,” kata Yakub.
PD dan istrinya, DP, bertemu dengan warga sekadarnya karena pasangan suami-istri ini sama-sama sibuk bekerja. ”Sejak pagi, keduanya sudah pergi bekerja dan pulang sore sehingga jarang berinteraksi,” ujarnya.
Yakub mengetahui, PD bekerja sebagai sopir di salah satu perusahaan transportasi, sedangkan DP merupakan pegawai kantoran. ”Karena kesibukannya, mereka jarang berinteraksi dengan warga sekitar,” katanya.
Hanya saja, kala anak keempatnya lahir, PD dan DP tidak lagi bekerja. Sejak itu, sejumlah permasalahan pun muncul. Permasalahan pertama, ujar Yakub, keluarga ini sudah empat bulan tidak membayar kontrakan. Namun, pemilik kontrakan tetap memperbolehkan mereka tinggal.
Puncaknya terjadi pada Sabtu (2/12/2023). Saat itu terjadi pertengkaran hebat yang membuat DP harus dibawa ke rumah sakit karena mengalami luka di kepalanya. Sekarang, DP sedang menjalani perawatan di RSUD Pasar Minggu.
Hanya saja, tetangga di sekitarnya tidak tahu ada kekerasan di dalam rumah itu karena tidak ada suara yang mencolok. Dia menyayangkan perbuatan PD kepada keempat anaknya. Menurut Yakub, jika PD merasa tidak bisa memenuhi kebutuhan keempat anaknya, warga bersedia membantu.
Anak baik
Titin (49), tetangga korban, sangat bersedih melihat kejadian ini. Ia merindukan keceriaan dari keempat anak yang menjadi korban. Dalam kesehariannya, keempat anak ini dikenal menurut dengan kedua orangtuanya. Mereka dikenal sangat ceria.
”Setiap hari kalau bapak-ibunya pergi, mereka sering main ke rumah saya,” kata Titin yang tinggal bersebelahan rumah dengan keluarga PD. Ketika awal tinggal, keluarga ini menyewa jasa pengasuh untuk merawat anak-anaknya. Namun, sejak anak keempat lahir, mereka merawat sendiri anak-anaknya.
Kami hanya tahu pernah ada konflik berujung KDRT pada Sabtu (2/12/2023).
Titin tidak menyangka permasalahan keluarga yang terjadi berakhir maut. Masalahnya, baik PD maupun DP tidak pernah berbincang soal masalah keluarganya. ”Kami hanya tahu pernah ada konflik berujung KDRT pada hari Sabtu (2/12/2023),” katanya.
Teman PD, Ahmad Irwan (53), adalah orang terakhir yang berkomunikasi dengan PD. Ia teringat pada Rabu pagi, PD meminta tolong kepada dirinya untuk dibelikan empat botol air mineral.
Ia tidak tahu untuk apa air mineral itu, tetapi PD bilang jika ia sangat membutuhkan cairan karena kondisi tubuhnya yang lemah. ”Karena itu, saya belikan air. Namun, PD tidak mengizinkan saya masuk dan meminta botol itu diletakkan di depan pintu saja,” kata Ahmad.
Terkait masalah keluarga, ujar Ahmad, PD tidak bercerita secara rinci masalah sebenarnya. Namun, setelah peristiwa kekerasan itu, Irwan menyarankan agar PD meminta maaf kepada istrinya. ”Waktu itu, PD hanya diam saja,” katanya.
Ahmad pun tidak menyangka peristiwa memilukan ini bisa terjadi. ”Kami kan hanya tetangga tidak bisa mencampuri urusan rumah tangga orang lain,” katanya.
Kepala Kepolisian Resor Metro Jakarta Selatan Komisaris Besar Ade Ary Syam Indradi mengatakan, Polres Metro Jakarta Selatan bekerja sama dengan dokter forensik, laboratorium forensik, psikologi forensik, dan interprofesi lainnya untuk mengungkap misteri kematian empat anak itu, termasuk sang ayah yang tergeletak dengan senjata tajam di kamar mandi. Eentah berniat bunuh diri atau tidak.
Tim gabungan sedang mengevakuasi empat anak yang tewas di dalam rumah kontrakan di Jagakarsa, Jakarta Selatan, Rabu. Di lokasi kejadian, polisi menemukan tulisan berwarna merah di lantai, ”Puas Bunda, tx for all”.
”Masih didalami itu ditulis siapa, warna merah apa, harus pasti tidak boleh berandai-andai. Ini yang menulis siapa warna merah ini apa harus kami pastikan, akan kami lakukan uji laboratorium,” kata Ade.
Dugaan sementara, berdasarkan laporan polisi Polsek Jagakarsa dari pemeriksaan sejumlah saksi, termasuk kakak D, istri PD merupakan korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
”Kami masih melakukan olah TKP karena tempat itu merupakan gudang barbuk (barang bukti) harus status quo. Kami harus hati-hati secara interprofesi agar barbuk bisa optimal yang kami dapatkan. Status quo sangat kami perlukan,” kata Ade.