Banjir Ancam Bantaran Kali Ciliwung yang Belum Dinormalisasi
Bantaran Kali Ciliwung di Jakarta yang belum dinormalisasi sepanjang 17 kilometer paling terdampak banjir.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bantaran Kali Ciliwung yang belum dinormalisasi sepanjang 17 kilometer diperkirakan menjadi wilayah yang paling terdampak banjir ketika curah hujan meningkat. Risiko banjir pun makin mengintai Jakarta akibat curah hujan tinggi dan cuaca ekstrem yang terjadi pada akhir tahun ini.
Kerentanan wilayah bantaran Kali Ciliwung yang belum dinormalisasi ini terlihat dari dua peristiwa banjir terbaru di Jakarta. Banjir pertama terjadi pada 5 November 2023. Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, banjir melanda sedikitnya 54 kawasan RT di Jakarta. Banjir terjadi setelah hujan dengan intensitas tinggi mengguyur kawasan Ibu Kota pada 4-5 November 2023.
Saat itu, curah hujan sangat lebat, bahkan tergolong ekstrem. Di kawasan Jagorawi, Bogor, intensitas hujan 156 milimeter (mm) per hari , Depok 1 sebesar 148 mm per hari, Pasar Minggu 126 mm per hari, dan Bendung Katulampa 111 mm per hari.
Akibat hujan intensitas tinggi itu, timbul banjir setinggi 30-250 cm dari luapan Kali Ciliwung di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
Banjir kembali melanda Jakarta setelah hujan pada 29-30 November. Stasiun Iklim IPB University, Bogor, mencatat, curah hujan sebesar 168 mm per hari, Stasiun Klimatologi Jawa Barat 148 mm per hari, dan Stasiun Katulampa 140,4 mm per hari. Akibatnya 69 RT kebanjiran setinggi 30-245 cm di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur dari luapan Kali Pesanggrahan, Kali Ciliwung, dan Kali Item.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane Bambang Heri Mulyono, Minggu (3/12/2023), mengatakan, wilayah terdampak banjir pada 5 November dan 30 November adalah lokasi yang belum dinormalisasi sepanjang 17 km.
Proyek normalisasi itu menjadi satu kesatuan dengan dua bendungan kering (dry dam) di hulu (Kabupaten Bogor), yaitu Bendungan Ciawi dengan kapasitas tampung 6,05 juta meter kubik dan Bendungan Sukamahi berkapasitas tampung 1,68 juta meter kubik.
Proyek normalisasi juga dilakukan di Kali Ciliwung bagian tengah (Jakarta). Sejak 2013 hingga 2017, proyek normalisasi yang telah dikerjakan sepanjang 16,2 km dari total 33,7 km. Proyek berlanjut pada 2021, yakni sepanjang 1,2 km, serta proyek pengadaan tanah.
”Bendungan kering, sodetan Ciliwung, dan normalisasi merupakan satu kesatuan sistem pengendalian banjir. Masih perlu 17 km lagi untuk normalisasi. Sudah kami programkan untuk tahun 2024, semoga lahannya tersedia (dibebaskan)," kata Bambang.
Pemprov DKI Jakarta pada 2023 sudah membebaskan lahan sepanjang 1,5 km di Kramatjati, Jakarta Timur, untuk dinormalisasi mulai tahun 2024.
Bambang juga memastikan sodetan Ciliwung sudah berfungsi seperti yang direncanakan. Sodetan mengalirkan sebagian debit banjir Kali Ciliwung ke Kanal Timur. Dalam kondisi normal, sodetan dapat mengurangi debit banjir Kali Ciliwung 33 meter kubik per detik, sedangkan saat kondisi awas bisa mereduksi 63 meter kubik per detik.
Pada bagian hilir (pesisir Jakarta) dibangun tanggul pantai untuk pantai dan muara sungai yang kritis sepanjang 46,2 km. Tanggul telah dikerjakan sepanjang 13 km dan direncanakan akan dikerjakan sepanjang 33,2 km yang terbagi menjadi dua pengerjaan, yakni oleh Kementerian PUPR (10,8 km) dan Pemprov DKI Jakarta (22,4 km).
Banjir rob
Sebelumnya, untuk wilayah pesisir, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan adanya potensi banjir rob. Potensi banjir rob pada 26 November hingga 2 Desember 2023 itu terjadi karena fenomena pasang maksimum air laut yang bertepatan dengan fase bulan purnama.
Berdasarkan laman pemantauan banjir BPBD DKI Jakarta (https://bpbd.jakarta.go.id/infobanjir), Minggu sore, Pintu Air Marina Ancol berstatus Siaga 3 dengan ketinggian air 192 mm, dan Pintu Air Pompa Pasar Ikan berstatus Siaga 3 dengan ketinggian air 184 mm. Siaga 3 berarti pertanda waspada terhadap potensi banjir.
Sejak 2013 hingga 2017, proyek normalisasi yang telah dikerjakan sepanjang 16,2 km dari total 33,7 km. Proyek berlanjut pada 2021, yakni sepanjang 1,2 km, serta proyek pengadaan tanah.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta Ika Agustin Ningrum menyebutkan, pihaknya telah menyiagakan satuan tugas di lapangan dan mengoperasikan pompa stasioner maupun pompa mobile, serta meningkatkan koordinasi dengan BPBD DKI Jakarta, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, tingkat kota hingga RT/RW.
Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta mempunyai 578 pompa stasioner di 202 lokasi, 557 pompa mobile, 251 unit alat berat, pintu air sebanyak 845 unit di 589 lokasi, dan 4.189 pasukan biru.
”Kami juga mengajak seluruh pemangku kepentingan membersihkan saluran air, mulai dari selokan di depan rumah hingga kanal atau sungai, dan tidak membuang sampah sembarangan,” ucap Ika.