Dinas Kesehatan DKI Terima Laporan Anak Terinfeksi Pneumonia
Dinas Kesehatan DKI Jakarta melaporkan sudah ada beberapa anak terinfeksi bakteri ”Mycoplasma pneumoniae” di DKI Jakarta. Anak-anak ini kini berada dalam perawatan di rumah sakit.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dinas Kesehatan DKI Jakarta menerima laporan anak terinfeksi bakteri Mycoplasma pneumoniae berdasarkan tes polymerase chain reaction atau PCR. Dinas masih menghimpun jumlah pasti anak yang terinfeksi melalui pemeriksaan yang spesifik untuk mengetahui jenis bakteri penyebab pneumonia.
Mycoplasma pneumoniae dilaporkan menjadi salah satu penyebab kenaikan kasus pneumonia di China. Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada 27 November meresponnya dengan Surat Edaran Nomor PM.03.01/C/4632/2023 tentang Kewaspadaan terhadap Kejadian Mycoplasma Pneumonia di Indonesia.
Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama menyebutkan, sudah ada beberapa anak terinfeksi bakteri Mycoplasma pneumoniae berdasarkan hasil tes PCR. Mereka berada dalam perawatan di rumah sakit.
Pihaknya kini masih menghimpun jumlah anak yang terinfeksi. Sebab, guna mengetahuinya, pemeriksaan spesifik diperlukan untuk mendeteksi keberadaan material genetik dari suatu bakteri atau virus. ”Gejala utamanya sesak napas karena radang paru. Butuh perawatan jika kondisinya berat,” kata Ngabila, Minggu (3/12/2023).
Ada beberapa virus penyebab pneumonia pada anak, antara lain influenza, adenovirus, dan respiratory syncytial virus (RSV). RSV menjadi virus yang paling banyak menginfeksi anak.
Ngabila mengatakan, dalam kasus Mycoplasma pneumoniae, bisa terjadi infeksi sekaligus. Artinya, lebih dari satu virus menginfeksi anak.
”Masuk pneumonia atipikal yang susah didiagnosis. Maka, butuh antibiotik kelas tinggi, seperti makrolid dan azithromycin,” ujar Ngabila.
Dalam konferensi pers Waspada Ancaman Pneumonia Mycoplasma di Jakarta, Jumat (1/12/2023), infeksi akibat bakteri Mycoplasma pneumoniae bukan merupakan penyakit baru atau misterius. Bakteri tersebut sudah banyak dilaporkan di dunia sebelum pandemi Covid-19 dan kasusnya banyak ditemukan pada anak usia sekolah (Kompas, 1 Desember 2023).
Anggota staf Divisi Respirologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RS Cipto Mangunkusumo, Nastiti Kaswandani, menyampaikan bahwa dari berbagai laporan, penyebab kematian terbesar akibat pneumonia pada usia balita terjadi karena bakteri Streptococcus pneumoniae.
Sementara merujuk pada studi yang dilakukan di Chengdu, China, pada 2014-2020, kasus penularan pneumonia akibat Mycoplasma pneumoniae lebih banyak ditemukan pada anak usia sekolah (32,9 persen) dan anak usia prasekolah (33,9 persen). Angka penularan pada anak balita dan bayi lebih rendah.
Oleh karena itu, Nastiti mengingatkan kewaspadaan tetap harus dilakukan. Sebab, sering kali penularan pneumonia pada anak tidak disebabkan oleh satu patogen saja. Sejumlah kasus pneumonia pada anak ditemukan dengan kondisi koinfeksi lebih dari satu patogen, baik virus, bakteri, maupun kuman.
Sejumlah kasus pneumonia pada anak ditemukan dengan kondisi koinfeksi lebih dari satu patogen, baik virus, bakteri, maupun kuman.
Sementara gejala dan tanda klinis yang bisa muncul dari penularan pneumonia atipikal yang sering disebabkan oleh Mycoplasma pneumoniae antara lain adanya demam, batuk, serta kondisi klinis yang baik tanpa sesak atau hipoksia.
Akan tetapi, pneumonia atipikal biasanya justru ditemukan gambaran rontgen yang parah meski gejala klinis tidak berat atau tidak sesak. Untuk itu, pemeriksaan lebih lanjut perlu dilakukan agar tata laksana bisa lebih tepat.